Pertama, sujud ibadah itulah sujud yang bertujuan mendekatkan diri kepada manusia. Ini jelas kemusyrikan
Kedua, sujud
penghormatan dan pemuliaan kepada manusia yang sujud itu ditujukan
kepadanya semisal sujudnya para saudara nabi Yusuf kepada Yusuf dan
sujud Muadz kepada Nabi. Sujud jenis kedua ini mubah dalam syariat para
nabi terdahulu lalu diharamkan dalam syariat kita bahkan dinilai sebagai
bagian dari dosa besar.
Sedangkan bersujud kepada benda yang tidak bisa kita bayangkan sama sekali bahwa benda semacam itu layak mendapatkan penghormatan dan pemuliaan semisal sujud kepada patung atau matahari atau semisalnya maka ini adalah kemusyrikan yang nyata.
An Nawawi asy Syafii mengatakan,
وأما ما يفعله عوام الفقراء وشبههم من سجودهم بين يدي المشايخ وربما كانوا محدثين فهو حرام بإجماع المسلمين
“Adapun kelakuan orang-orang sufi yang awam atau orang awam lain
semisal mereka yang bersujud kepada para kyai atau ustadz sufi atau
boleh jadi pakar hadits maka itu adalah perbuatan yang hukumnya haram
dengan sepakat seluruh kaum muslimin”.
وسئل ابن الصلاح عن هذا السجود الذي قدمناه فقال (( هو من عظائم الذنوب ونخشى أن يكون كفراً.))
Ibnu Shalah asy Syafii ditanya mengenai sujud sebagaimana yang telah
kami sampaikan di muka, jawaban beliau, “Itu terhitung dosa besar dan
kami khawatir itu tergolong kekafiran” [al Majmu 2/44, pada topik
bahasan menyentuh mushaf dalam kondisi berhadats]Ketika membahas berbagai perbuatan dan perkataan yang membatalkan keimanan, Ibnu Hajar al Haitami asy Syafii mengatakan,
((
ومنها ما يفعله كثيرون من الجهلة من السجود بين يدي المشايخ إذا قصدوا
عبادتهم أو التـقـرب إليهم.لا إن قصدوا تعظيمهم أو أطلقوا فلا يكون كفراً
بل هو حراماً قطعاً ))
“Diantara pembatal iman adalah perbuatan banyak orang-orang bodoh
yang bersujud di hadapan kyai. Ini adalah pembatal keimanan jika maksud
sujud adalah ibadah dan mendekatkan diri kepada mereka, para kyai
tersebut. Jika maksud sujud adalah menghormati atau tanpa maksud yang
jelas maka hal itu bukanlah pembatal keimana namun jelas perbuatan yang
hukumnya haram” [al I’lam bi Qawathi’il Islam].Dasar pelarangan sujud penghormatan kepada manusia adalah sabda Nabi,
لو كنت آمر أحداً أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
“Seandainya boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada
seseorang maka niscaya kuperintahkan isteri untuk bersujud kepada
suaminya” [HR Tirmidzi dari Abu Hurairah].Tidaklah diragukan bahwa sujud penghormatan kepada sesama manusia adalah hal yang haram dan terlarang dan termasuk jalan dan sarana menuju kemusyrikan.
Jadi sujud kepada manusia dalam rangka memberikan penghormatan dan bukan karena ibadah adalah bid’ah yang sesat. Sedangkan jika dilakukan karena ibadah dan memohon perlindungan maka itu adalah kemusyrikan.
Sehingga hukum sujud kepada manusia perlu mendapatkan rincian. Jika dalam rangka menghormati maka hukumnya adalah dosa dan maksiat karena menghormati manusia adalah hal yang mungkin untuk dibayangkan. Namun jika dalam rangka ibadah maka itu adalah kekafiran dan kemusyrikan dengan sepakat ulama. Dasar rincian ini adalah menimbang bahwa sujud dalam rangka menghormati itu dibolehkan di syariat nabi terdahulu sedangkan kemusyrikan itu haram dalam semua syariat para nabi. Seandainya semua sujud kepada manusia itu kemusyrikan untuk sujud dalam bentuk apapun tidaklah dibolehkan dalam syariat para nabi terdahulu.
Sedangkan bersujud kepada selain manusia semisal kuburan, pohon, matahari dan rembulan adalah kemusyrikan karena tidak mungkin kita bayangkan adanya penghormatan dan pemuliaan terhadap benda-benda tersebut dan sujud kepada benda-benda semacam ini tidak pernah dibolehkan dalam syariat para nabi terdahulu. Padahal kemusyrikan adalah kemusyrikan baik dalam syariat nabi terdahulu ataupun dalam syariat kita.
Ajaran semua para nabi itu sama, perbedaan hanya terjadi pada rincian syariat masing-masing nabi. Andai sujud dalam rangka penghormatan itu kemusyrikan niscaya statusnya juga kemusyrikan dalam ajaran para nabi terdahulu.
Adapun orang yang berpendapat bahwa bolehnya sujud kepada manusia dalam rangka penghormatan adalah itu sudah dihapus dan sekarang hukumnya adalah kemusyrikan pada ‘sudah dihapus’ adalah benar, namun menilai bahwa sujud penghormatan dalam syariat kita adalah kekafiran adalah anggapan yang tidak benar. Orang tersebut dituntut untuk mendatangkan dalil syariat yang menunjukkan benarnya perkataanya.
Jadi tauhid dan kekafiran itu adalah hal yang disepakati dalam syariat semua para nabi. Perbedaan syariat para nabi itu hanya ada pada rincian atau detail syariat semisal sujud dalam rangka penghormatan.
Sumber:
http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?p=152560#post152560
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer