Oleh: dr. M Faiq Sulaifi
Telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang hukum puasa pada hari Sabtu.
Dasar larangan puasa hari Sabtu adalah hadits Abdullah bin Busr t dari
saudarinya -yaitu Ash-Shama’- bahwa Rasulullah e bersabda:
لَا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا فِيمَا افْتَرَضَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلَّا لِحَاءَ عِنَبَةٍ أَوْ
عُودَ شَجَرَةٍ فَلْيَمْضُغْهُ
“Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali yang
difardlukan oleh Allah atas kalian. Jika salah seorang dari kalian tidak
mendapati sesuatu pun (untuk dimakan pada hari Sabtu, pen) kecuali
kulit pohon anggur atau batang kayu pohon maka hendaklah ia
mengunyahnya!” (HR. At-Tirmidzi: 675, Abu Dawud: 2423, Ibnu Majah: 1716, Ahmad: 17026, 25828).
Sikap Para Ulama
Para ulama berbeda pandangan terhadap hadits ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
وعلى هذا فيكون الحديث إما شاذا غير محفوظ وإما منسوخا وهذه طريقة قدماء
أصحاب أحمد الذين صحبوه كالأثرم وأبي داود وقال أبو داود حديث منسوخ وذكر
أبو داود بإسناده عن ابن شهاب أنه كان إذا ذكر له أنه نهى عن صيام السبت
يقول ابن شهاب هذا حديث حمصي وعن الأوزاعي قال ما زلت له كاتما حتى رأيته
انتشر بعد يعني حديث ابن بسر في صوم يوم السبت قال أبو داود قال مالك هذا
كذب وأكثر أهل العلم على عدم الكراهة
وأما أكثر أصحابنا ففهموا من كلام أحمد الأخذ بالحديث وحمله على الافراد
فإنه سئل عن عين الحكم فأجاب بالحديث وجوابه بالحديث يقتضي اتباعه
“Dan atas demikian maka hadits ini bisa jadi syadz (janggal) yang
tidak mahfuzh, atau bisa jadi di-mansukh (dihapus). Dan inilah jalan
orang-orang terdahulu dari murid-murid Al-Imam Ahmad seperti Al-Atsram
dan Abu Dawud. Abu Dawud menyatakan bahwa hadits ini telah di-mansukh (dihapus) hukumnya.
Abu Dawud menyebutkan dengan sanadnya dari Ibnu Syihab (Az-Zuhri) bahwa
jika diingatkan kepada beliau sebuah hadits tentang larangan puasa hari
Sabtu maka beliau menyatakan bahwa ini adalah hadits Himshi (isyarat
kelemahannya, pen). Dan dari Al-Imam Al-Auza’i bahwa beliau berkata: “Aku dulu selalu menyembunyikan hadits ini (larangan puasa pada hari Sabtu) sampai akhirnya tersebar luas.” Abu Dawud berkata: “Al-Imam Malik berkata: “Hadits ini adalah dusta.” Dan kebanyakan ulama menyatakan tidak dibencinya puasa pada hari Sabtu.”
Adapun kebanyakan dari para sahabat kami (ulama Hanabilah), maka mereka memahami dari ucapan Al-Imam Ahmad tentang berpendapat dengan hadits ini (larangan berpuasa hari Sabtu, pen) dan memahaminya dengan pengkhususan hari Sabtu (dengan puasa). Karena beliau pernah ditanya tentang ini (puasa hari Sabtu, pen) dan langsung menjawabnya dengan hadits Abdullah bin Busr ini.
Jawaban beliau –dengan membawakan hadits di atas- ini menunjukkan bahwa
beliau mengikuti hadits ini.” (Iqtidla’ush Shirathal Mustaqim:
263-264).
Alasan Pendlaifan Hadits Ini
Mereka yang melemahkan hadits ini memiliki 2 alasan. Alasan pertama adalah adanya idlthirab (kegoncangan) pada sanadnya. Alasan kedua adalah dimansukhnya (dihapusnya) hadits ini. Al-Imam An-Nasa’i berkata: “Hadits ini sanadnya goncang.”(Tuhfatul Ahwadzi: 3/373).
Alasan idlthirab (kegoncangan) dalam
sanadnya adalah bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Busr
dari saudarinya –yaitu Ash-Shama’- dari Rasulullah e. Ada sanad hadits
yang menyatakan dari Abdullah bin Busr dari Rasulullah e tanpa
perantaraan Ash-Shama’. Ada juga sanad yang menyebutkan dari Abdullah
bin Busr dari bapaknya dari Rasulullah e. (Subulus Salam: 2/171). Ada
juga yang menyebutkan dari Ash-Shama’ dari Aisyah dari Rasulullah e.
(Tuhfatul Ahwadzi: 3/373). Inilah kegoncangan sanadnya sehingga dapatmelemahkan hadits ini.
Alasan Penshahihan Hadits Ini
Tuduhan idlthirab pada hadits ini telah dibantah oleh Al-Allamah Ibnul Mulaqqin Asy-Syafi’i. Beliau berkata:
قلت : وَلَك أَن تَقول وَإِن كَانَت مضطربة فَهُوَ اضْطِرَاب غير قَادِح
؛ فَإِن عبد الله ابْن بسر صَحَابِيّ، وَكَذَا وَالِده والصماء مِمَّن
ذكرهم فِي الصَّحَابَة ابْن حبَان فِي أَوَائِل «الثِّقَات» فَتَارَة سَمعه
من أَبِيه، وَتارَة من أُخْته، وَتارَة من رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّم َ وَتارَة سمعته أُخْته من عَائِشَة، وسمعته من رَسُول
الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
“Aku berkata: “Silakan Anda berpendapat. Meskipun hadits ini mudltharib maka kegoncangannya tidak sampai melemahkan
hadits ini. Karena Abdullah bin Busr adalah seorang sahabat Nabi e.
Demikian pula ayahnya dan As-Shama’. Mereka dimasukkan ke dalam kategori sahabat Nabi oleh
Ibnu Hibban dalam permulaan Kitab Ats-Tsiqat. Maka kadang-kadang
Abdullah mendengarkan dari ayahnya, kadang-kadang dari saudarinya dan
kadang-kadang ia mendengarkan langsung dari Rasulullah e. As-Shama’ juga
kadang-kadang mendengarkan dari Aisyah dan kadang-kadang mendengarkan
langsung dari Rasulullah e. (Al-Badrul Munir: 5/762).
Adapun ucapan Al-Imam Malik bahwa hadits ini dusta, maka telah dibantah oleh Al-Imam An-Nawawi. Beliau berkata:
وهذا القول لا يقبل فقد صححه الائمة
“Pendapat Al-Imam Malik ini tidak bisa diterima karena hadits ini di-shahih-kan oleh banyak imam.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab: 6/439).
Para ulama yang menshahihkan hadits ini adalah At-Tirmidzi yang
meng-hasan-kannya, Al-Hakim dan An-Nawawi. (Tuhfatul Ahwadzi: 3/373).
Al-Allamah Abdur Rauf Al-Munawi Asy-Syafi’I juga ikut men-shahih-kan
hadits ini. (At-Taisir bi Syarh Al-Jami’ish Shaghir: 2/956).
Para ulama dari kalangan Hanabilah yang men-shahih-kan hadits ini adalah Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam Al-Kafi: 1/450 dan Al-Allamah Ibnu Muflih dalam Al-Furu’: 5/105.
Terakhir hadits ini juga di-shahih-kan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil: 960 (4/118) dan Tamamul Minnah: 405-406.
Pendapat inilah yang menenangkan hati kita apalagi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
وهؤلاء يكرهون إفراده بالصوم عملا بهذا الحديث بجودة إسناده
“Mereka (Hanabilah) membenci peng-khususan hari Sabtu dengan puasa dalam rangka mengamalkan hadits ini karena keadaan sanadnya yang jayyid (bagus).” (Iqtidla’:
264). Sehingga siapa pun dari orang-orang sekarang yang mau meneliti
kembali sanad hadits ini, niscaya ia tidak akan ragu untuk
men-shahih-kannya. Wallahu a’lam.
Benarkah hadits ini dimansukh atau dihapus?
Al-Imam An-Nawawi juga membantah Al-Imam Abu Dawud dengan perkataannya:
(وأما) قول أبى داود أنه منسوخ فغير مقبول وأى دليل علي نسخه
“Adapun ucapan Abu Dawud bahwa hadits ini mansukh
(dihapus), maka tidak bisa diterima. Dalil manakah yang menunjukkan
mansukhnya?” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab: 6/440).
Hadits yang dimaksudkan oleh Al-Imam Abu Dawud sebagai penghapus terhadap hadits ini adalah hadits Ummu Salmah t. Ia berkata:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَكْثَرُ مَا كَانَ يَصُومُ
مِنَ الأَيَّامِ يَوْمُ السَّبْتِ وَالأَحَدِ وَكَانَ يَقُولُ :«
إِنَّهُمَا يَوْمَا عِيدٍ لِلْمُشْرِكِينَ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ
أُخَالِفَهُمْ
“Bahwa kebanyakan hari yang mana Rasulullah e berpuasa
di dalamnya adalah hari Sabtu dan hari Ahad. Beliau berkata: “Keduanya
merupakan 2 hari raya kaum musyrikin. Aku ingin menyelisihi mereka
(dengan berpuasa).” (HR. Ahmad: 25525, An-Nasa’i dalam
Al-Kubra: 2776 (2/146), Al-Baihaqi dalam Al-Kubra: 8760 (4/303),
Al-Hakim dalam Al-Mustadrak: 1593 (1/602) dan Ibnu Khuzaimah dalam
Shahihnya: 2167 (3/318)).
Al-Allamah Ibnul Mulaqqin berkata:
وَأعله ابْن الْقطَّان بِأَن قَالَ : فِيهِ مَجْهُولَانِ .
“Hadits Ummu Salmah ini dinilai cacat oleh Ibnu Qaththan
dengan ucapannya bahwa di dalamnya terdapat 2 orang perawi yang majhul
(tidak diketahui).” (Al-Badrul Munir: 5/761).
Penulis berkata: Hadits Ummu Salmah di atas
diriwayatkan oleh Abdullah bin Muhammad bin Umar bin Ali dari bapaknya
dari Kuraib dari Ummu Salmah t.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Abdullah bin Muhammad Umar bin Ali bin Abi Thalib Al-Madani Al-Alawi adalah perawi maqbul.” (Taqribut Tahdzib: 543). Haditsnya di-hasankan jika ia memiliki mutaba’ah. Jika tidak, maka haditsnya di-dlaifkan.
Al-Allamah Al-Albani juga mendlaifkan hadits Ummu Salmah di atas dalam Dlaif At-Targhib wat Tarhib: 639 (1/160).
Penulis berkata: Hadits dlaif tidak bisa menghapus hadits yang shahih. Wallahu a’lam.
Metode Kompromi Lebih Selamat
Jika kedua hadits yang kelihatannya bertentangan maka hendaknya
berusaha dikompromikan selagi mampu. Jika tidak mampu maka bisa
menggunakan An-Nasikh dan Al-Mansukh.
Al-Allamah Ibnu Utsaimin berkata:
وإن تعارضت، وأمكن الجمع وجب الجمع، وإن لم يمكن الجمع عمل بالنسخ إن تمت شروطه
“Jika kedua hadits bertentangan dan mampu dikompromikan
maka wajib dikompromikan. Jika tidak mungkin dikompromikan maka
dilakukan An-Naskh (menghapus dan dihapus) jika syarat-syaratnya
sempurna.” (Al-Ushul fi Ilmil Ushul: 82).
Maka hadits larangan puasa hari Sabtu adalah dipahami untuk orang yang mengkhususkan puasa hari Sabtu saja. Larangan itu akan hilang jika ia berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad, atau hari Jumat dan Sabtu. Ini karena dikompromikan dengan hadits lain seperti hadits Aisyah t:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ
الشَّهْرِ السَّبْتَ وَالْأَحَدَ وَالِاثْنَيْنِ وَمِنْ الشَّهْرِ الْآخَرِ
الثُّلَاثَاءَ وَالْأَرْبِعَاءَ وَالْخَمِيسَ
“Adalah Rasulullah e berpuasa pada sebuah bulan, hari Sabtu, Ahad dan Senin. Pada bulan lainnya beliau berpuasa hari Selasa, Rabu dan Kamis.” (HR. At-Tirmidzi: 677 dan dihasankan olehnya. Al-Albani men-shahih-kannya dalam Mukhtashar Asy-Syamail: 260).
Dan juga hadits Juwairiyyah bintul Harits t:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا
يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ فَقَالَ أَصُمْتِ أَمْسِ قَالَتْ لَا
قَالَ تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا قَالَتْ لَا قَالَ فَأَفْطِرِي
“Bahwa Rasulullah e memasuki rumah Juwairiyyah pada hari Jumat dalam keadaan Juwairiyyah sedang berpuasa. Maka Rasulullah e bertanya: “Apakah kamu berpuasa kemarin?” Ia jawab: “Tidak.” Beliau juga bertanya: “Apakah kamu juga akan berpuasa besok?” Ia menjawab: “Tidak.” Maka beliau bersabda: “Kalau begitu berbukalah (batalkan puasamu)!” (HR. Al-Bukhari: 1850, Abu Dawud: 2069 dan Ahmad: 25530). Dan tidak diragukan lagi bahwa hari besoknya adalah hari Sabtu.
Dan juga hadits Aisyah t. Ia berkata:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ
شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ
كُلَّهُ
“Rasulullah e belum pernah berpuasa dalam sebulan dengan
puasa yang lebih banyak daripada puasa pada bulan Sya’ban. Karena beliau
berpuasa pada bulan Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Al-Bukhari: 1834, Muslim: 1957, At-Tirmidzi: 668, Ibnu Majah: 1639). Dan tentulah di dalamnya terdapat hari Sabtu.
Sehingga larangannya terletak
pada puasa pada hari Sabtu secara sendirian. Larangan tersebut akan
hilang jika seseorang menggandengkan puasa hari Sabtu dengan hari
sebelumnya atau sesudahnya. Wallahu a’lam.
http://sulaifi.wordpress.com/2010/12/15/polemik-puasa-hari-sabtu
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2011
(1346)
-
▼
November
(126)
- Shalat Zhuhur bagi Wanita di Hari Jum’at
- Hukum Mempunyai Rekening di Bank
- Saudariku.. Kenalilah Tuhanmu, Nabimu, Dan Agamamu...
- Hukum Puasa di Awal dan Akhir Tahun Hijriyah
- Kitab Baru: Al-Ibanah Karya Syaikh Muhammad Al-Imam
- Tips Bagaimana Mendapatkan Pasangan Idaman
- Da’i Ilallah, Pemilik Perkataan Terbaik
- Saudariku.. Kenalilah Tuhanmu, Nabimu, Dan Agamamu...
- Hukum doa akhir tahun dan doa awal tahun
- Melampaui Batas dalam Mengagungkan Orang Shalih
- Keutamaan Bulan Muharram
- Support untuk Jihad di Dammaj Yaman
- Keutamaan Bulan Muharram
- Hukum Makan Kelelawar
- Fitnah Wanita Menurut Said Bin Al Musayyib
- Mengucapkan ‘Bismillah’ Ketika Berwudhu di Toilet
- Tata Cara Shalat Istikharah
- Ini Dalilnya (10): Terapi Intensif bagi Pelaku Bid’ah
- Ini Dalilnya (9): Meluruskan Pemahaman Tentang Bid’ah
- Hukum mengucapkan selamat tahun baru
- Hukum Bulan Madu
- Haramkah Wanita Memperdengarkan Suaranya?
- KISAH NABI DANIAL 'Alaihissalam
- Ini Dalilnya (11): Benarkah Rasulullah Tidak Khawa...
- Hukum Nadzar
- Kiat Menghafal Al Qur’an
- Memahami Dua Jenis Rezeki
- Shalat Jenazah
- Muharram
- Cahaya Allah akan Jauh dari Pelaku Maksiat
- Rakaat Shalat Dhuha
- Apakah semua orang kafir pada zaman ini halal dara...
- Tata Cara Pengurusan Jenazah [disertai gambar!] & ...
- Ucapan “al marhum fulan”
- Launching Website CintaSunnah.com | Website Pribad...
- Nikah Beda Agama
- Dosa-Dosa Yang Disegerakan Adzabnya
- Keutamaan Adzan
- Kritik Ritual Awal Tahun
- Berdakwah lewat Pesan Singkat
- Kehormatanmu, Wahai Saudaraku … 6 (Pengaruh Syahwat)
- Masa Muda Taat, Masa Tua akan Allah Jaga
- Bernarkah Menjaga 99 Nama Asmaul Husna Akan Masuk...
- Memiliki Sifat Tawadhu’
- Lowongan Kerja Untuk Guru Diniyah Madrasah Aliyah ...
- Ini Mengikuti Sunnah Siapa?
- Hari Kebangkitan
- Ini Dalilnya (8): Pembagian Bid’ah yang Tepat
- (LENGKAP) JADWAL PEMULANGAN & TANGGAL KEDATANGAN J...
- Kisah 3 Orang Bani Israil: Pelajaran Mengenai Syukur
- Nikah peredam fitnah
- Memilih Pasangan Idaman
- Pelajaran dari kisah Luqman Al Hakim (2)
- INI DALILNYA (5): MAKNA SETIAP BID’AH ADALAH SESAT
- Islam Adalah Pertengahan
- Hubungan Seksual yang Terlarang
- Panduan Wudhu Praktis
- Nauzubillah, Masih SMA Pernah Berzina
- Hukum Oral Seks
- Antara mencium Al Qur’an dan Hajar Aswad
- Ciri-Ciri Pengikut Kebenaran
- Ini Dalilnya (6): Benarkah Pembagian Bid’ah Menjad...
- Bolehkah Mematikan Dering Hp Saat Shalat?
- Seputar Kata ‘Insya Allah’ (Jika Allah menghendaki)
- Sorotan Tajam Terhadap Perayaan Haul
- Lafal Ijab Kabul Akad Nikah
- Anggapan Sial terhadap Angka, Hari/Bulan Tertentu
- Kehormatanmu, Wahai Saudaraku … (4)
- Kehormatanmu, Wahai Saudaraku … 5 (Internet, HP, d...
- Haruskah Jabat Tangan Memasuki Majelis?
- Jujur Akan Menuai Berkah
- Hukum Sungkeman
- Hukum Sujud Kepada Manusia
- Ini Dalilnya (3): Tidak Semua yang Baru Berarti Bi...
- Air Zam-zam
- Kisah Perdebatan Al-Qadhi Al-Baqillani Dengan Raja...
- Ucapkanlah Alhamdulillah Sesudah Makan
- Faidah Dari Surah Al-Mulk : Hanya Allah Pemberi Rizqi
- Polemik Puasa Hari Sabtu
- Menghidupkan Sunnah, kenikmatan tiada tara
- Amalan Hari Tasyrik
- Memperlama Sujud Ketika Shalat Jamaah
- Faidah Dari Surah Al-Mulk : Mereka yang Berjalan T...
- Doamu Tak Kunjung Terkabul? Mungkin Ini Penyebabnya
- Daging Kurban Untuk Walimah Nikah
- Derajat Hadits Puasa Hari Tarwiyah [8 Dzulhijjah]
- Hukum Mengucapkan “Halo” ketika Menjawab Telepon
- Logo Halal Pada Kemasan Produk Makanan
- Surat Terbuka untuk Saudariku Muslimah
- Bagi siapakah syariat ibadah kurban ?
- Kehormatanmu, Wahai Saudariku… 2 (Menjaga Kemuliaa...
- Pendalilan Habib Munzir dengan Perkataan Al-Baidha...
- Amalan Ringan yang Besar Pahalanya
- Sabar, Syukur, dan Istighfar
- Syarat Agar Hewan Sembelihan Menjadi Halal
- Takbiran Sebelum Idul Adha
- Ini Dalilnya (2): Jadikan Manhaj Salaf Sebagai Ruj...
- Jangan Sembarangan Memakai Wadah Plastik!
- Lowongan Kerja Untuk Guru Diniyah Madrasah Aliyah ...
- Cara KB yang Mudah Dan Sederhana [Selamat Mencoba!]
-
▼
November
(126)