Faedah keempat : Sesungguhnya syukur nikmat harus dengan hati, lisan dan amal perbuatan. Ketiga hal ini terkumpul dari firman Allah ta’ala :
أن اشكر لله
“ dan hendaknya dia bersyukur kepada Allah”Seorang hamba yang diberi oleh Allah ta’ala hikmah, ilmu yang bermanfaat serta amal shalih hendaknya dia bersyukur dengan hatinya yaitu dengan mengakui dan meyakini bahwa yang memberikan nikmat adalah Allah ta’ala. Kemudian memuji Allah ta’ala dengan lisannya, dan yang tidak kalah penting lagi adalah menjadikan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.
Sebagaimana firman Allah ta’ala :
اعملوا ءال داود شكرا
“Beramallah wahai keluarga Dawud sebagai bentuk rasa syukur (kepada Allah)” (Saba’ : 13)Ketika mentafsirkan ayat ini Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
وقوله : اعملوا آل داود شكرا أي : وقلنا لهم اعملوا شكرا على ما أنعم به عليكم في الدنيا والدين .
Friman-Nya : “Beramallah wahai keluarga Dawud sebagai bentuk rasa syukur (kepada Allah)” yaitu Kami katakan kepada mereka (keluarga Dawud) beramal-lah kalian sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kalian di dunia dan akhirat.Beliau rahimahullah berkata :
وشكرا : مصدر من غير الفعل ، أو أنه مفعول له ، وعلى التقديرين فيه دلالة على أن الشكر يكون بالفعل كما يكون بالقول وبالنية
Kata “syukran” statusnya sebagai mashdar dari fi’il atau maf’ul lahu.
Berdasarkan kedua kemungkinan ini menunjukkan bahwa syukur itu dengan
perbuatan sebagaimana syukur juga dengan perkataan dan niat.Maka hendaknya seorang hamba rajin untuk beramal shalih, bersemangat menjalankan ketaatan kepada Allah. Serta memanfaatkan semua nikmat-nikmat tersebut pada di jalan Allah.
Faedah kelima : Sesungguhnya Allah ta’ala tidak memperoleh manfaat sama sekali dari syukurnya seorang hamba dan tidak memperoleh madharat sama sekali dari kufurnya seorang hamba.
Sebagaimana firman-Nya :
ومن يشكر فإنما يشكر لنفيه ومن كفر فإن الله غني حميد
“ Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang kufur maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (Luqman : 12)Imam Al Qurtubhi rahimahullah berkata :
ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه أي من يطع الله تعالى فإنما يعمل لنفسه ; لأن نفع الثواب عائد إليه . ومن كفر أي كفر النعم فلم يوحد الله فإن الله غني عن عبادة خلقه حميد عند الخلق ; أي محمود . وقال يحيى بن سلام : غني عن خلقه حميد في فعله .
“ Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri” yaitu barangsiapa yang mentaati Allah ta’ala maka dia telah beramal untuk dirinya sendiri, karena faedah pahala kembali kepada dirinya.“Dan barangsiapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” yaitu siapa saja yang kufur terhadap nikmat-nikmat (Allah) dan tidak mentauhidkan-Nya maka Allah tidak butuh dari peribadatan makhluknya namun demikian Dia tetap terpuji disisi makhluknya.
Yahya bin Salam berkata : Allah (Maha Kaya) tidak butuh terhadap makhluknya dan terpuji dalam setiap perbuatan-Nya.
(Lihat Tafsir Al Jaami’ lii Ahkaamil Qur’an ketika Imam Qurtubhi mentafsirkan surat Luqman ayat 12)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
ثم قال تعالى : ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه أي : إنما يعود نفع ذلك وثوابه على الشاكرين لقوله تعالى : ومن عمل صالحا فلأنفسهم يمهدون ] الروم : 44[ .
Firman-Nya “Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri” yaitu sesungguhnya manfaat dan pahala syukur tersebut kembalinya kepada hamba yang bersyukur, berdasarkan firman-Nya :“Dan barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan)” (Ar Rum : 44)
وقوله : ومن كفر فإن الله غني حميد أي : غني عن العباد ، لا يتضرر بذلك ، ولو كفر أهل الأرض كلهم جميعا ، فإنه الغني عمن سواه; فلا إله إلا الله ، ولا نعبد إلا إياه .
“Dan barangsiapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” yaitu
Dia Maha Kaya (tidak butuh) kepada para hamba-Nya, kekufuran mereka
tidaklah memadharatkan Allah. Bahkan seandainya semua manusia di bumi
ini kufur kepada-Nya, Dia tetap Maha Kaya, tidak butuh kepada
selain-Nya. Maka tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Allah dan kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya.(Lihat Tafsir Al Qur’an Al Adzim ketika mentafsirkan surat Luqman ayat 12)
Oleh karena itu Allah ta’ala berkata dalam sebuah hadits qudsi dari hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu di shahih Muslim :
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ
أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“ Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu dan yang
terakhir di antara kalian, baik manusia maupun jin, mereka itu bertaqwa
seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah
kekuasaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-Ku seandainya orang-orang yang
terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, baik manusia maupun jin,
mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara
kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.”Maka tidak bermanfaat bagi Allah ketaatan orang yang taat dan tidak memadharatkan Allah kemaksiatan orang yang berbuat maksiat, bahkan :
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.” (Al Israa : 15)
Allah ta’ala Dia Maha Kaya, tidak butuh terhadap makhluk-Nya dan Dia Maha Terpuji, sedangkan kita sangat butuh dan faqir kepada-Nya, oleh karena itu Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“ Wahai manusia! Kalianlah yang faqir (sangat membutuhkan) kepada
Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dan
Maha Terpuji.” (Fathir : 15)Faedah keenam : Sesungguhnya syukur hamba terhadap nikmat-nikmat Allah manfaatnya kembali kepada hamba sendiri.
Sebagaimana firman-Nya :
ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه
“Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri” Syaikh Abdurrazaq Al Abbad hafidzahullah berkata :
فالعبد إذا شكر كان شكره عائدا عليه في الدنيا
والآخرة, ففي الدنيا ثباتا للنعمة ودواما لها, وجلبا للنعم الأخرى –كما
تقدم- وفي الآخرة أجرا ومثوبة وحسن عاقبة, فالعبد إذا شكر عاد شكره عليه
وانتفع هو به, ومن ذلك قول الله تعالى : من اهتدى فإنما يهتدي لنفسه ومن ضل فإنما يضل عليها (الإسراء : 15)
“ Seorang hamba, apabila dia bersyukur maka (faedah) syukurnya
kembali kepadanya sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, dia
akan tetap mendapatkan nikmat serta memperolah nikmat yang lain.-telah
berlalu penjelasannya- Sedangkan di akhirat, dia akan mendapatkan pahala
dan hasil akhir yang baik. Maka seorang hamba , jika dia bersyukur,
manfaat syukurnya akan kembali kepadanya sendiri. Diantara yang
menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah ta’ala :“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.” (Al Israa : 15)
Faedah ketujuh : Beriman dengan kesempurnaan tidak butuhnya Allah kepada makhluk-Nya secara mutlak dan faqirnya semua hamba kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
ومن كفر فإن الله غني حميد
“Dan barangsiapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” Faedah kedelapan : penetapan kesempurnan pujian bagi Allah ta’ala.
Berdasarkan firman-Nya :
ومن كفر فإن الله غني حميد
Demikianlah beberapa faedah dari surat Luqman ayat 12 ini. Syaikh Abdurrazaq Al Abbad hafidzahullah memiliki risalah khusus tentang hal ini, beliau hafidzahullah telah menuliskan 50 faedah dari kisah Luqman dalam risalah beliau yang berjudul “ Fawaaid Mustanbithah min Qishah Luqman Al Hakim”
Semoga bermanfaat . . .
http://abukarimah.wordpress.com/
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer