Jilbab bukan lagi menjadi kata yang asing
didengar, terlebih belakangan ini, di mana wanita muslimah
berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab – dengan prasangka baik –
bahwa mereka melakukannya sebagai wujud ketaatan akan perintah Allah dan
Rasul-Nya. Ada perasaan nyaman bagi sebagian orang yang mengenakannya,
karena pakaian yang dikenakannya akan meninggalkan kesan yang ‘lebih
Islami’, terlepas dari cara dan mode pakaian yang dia kenakan.
Yang tidak banyak disadari, atau mungkin
lebih sering diabaikan, bahwa jilbab bukan sekedar mengenakan pakaian
lengan panjang, betis tertutup hingga tumit, dada dan leher terhalang
dari padangan orang. Bahwa jilbab bukan sekedar membalut anggota-anggota
tubuh yang tidak semertinya terlihat selain mahram. Tidak, Jilbab lebih
dari itu!
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ
“Hai Nabi katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS
Al-Ahzab [33] : 59)
Jilbab sejatinya adalah ‘body covering’,
penutup tubuh (aurat) yang akan melindungi seorang wanita, dari
pandangan dan penilaian orang lain, khususnya laki-laki, dan bukannya
‘body shaping’, pembalut tubuh yang menampilkan seluruh lekuk liku tubuh
seorang wanita, membuat orang menoleh kepadanya.
Jilbab, di tangan wanita muslimah masa
kini, telah kehilangan esensinya. Seperti komentar seorang rekan kerja
dulu, ketika melihat dua orang gadis remaja berboncengan dengan jilbab
yang serba ketat, “Yah.. jilbab sekarang kan untuk membalut aurat, bukan
untuk menutup aurat!”
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan:
وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,” (QS An-Nuur [24] : 31)
Saat ini, di tangan wanita muslimah masa
kini, jilbab itu sendiri adalah perhiasan. Sebagian orang yang
mengenakannya justru mengundang orang (baca: laki-laki) untuk
melihatnya, Betapa tidak, pakaian terututup yang serba ketat justru
menggoda orang ingin tahu apa yang ada di baliknya. Baju model baby doll
berlengan pendek, dipadu dengan manset dan jeans atau bicycle pants
super ketat, atau jenis pakaian ketat yang menampilkan lekuk tubuh
lainnya. Jika sudah begitu lalu apa bedanya dengan pakaian yang lainnya?
Tambahan sepotong kain yang dililitkan pada kepala dan leher tidak
menjadikan sebuah pakaian dikatakan berjilbab, karena toh yang
memakainya masih terlihat seperti telanjang. Padahal Rasulullah telah
memberikan peringatan keras, kepada para wanita yang berpakaian tetapi
telanjang:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang sekarang saya belum melihat keduanya, yaitu: wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan memiringkan kepalanya seperti punuk unta, dimana mereka tidak akan masuk surga, bahkan mencium baunya pun tidak bisa” (HR Muslim dan Ahmad)
Hadits ini telah diabaikan, entah karena
tidak tahu, atau mungkin tidak diperdulikan! Atau mungkin terlalu takut
untuk mengetahui kebenaran yang akan menyebabkannya merasa terasing dari
masyarakat, lalu membuatnya mentup mata, hati dan telinga. Atau bahkan
yang lebih mengerikan lagi, dengan sengaja memberikan penafsiran berbeda
mengenai perintah untuk menutup aurat itu, demi memenuhi hawa nafsunya!
Aduhai, entah kemana perginya rasa takut
itu, seolah-olah kehidpan di dunia ini akan berlangsung selamanya dan
ancaman manusia mulia, hamba dan utusan Allah untuk memberikan
peringatan kepada manusia, tidak berarti apa-apa kecuali hanya sekedar
gertak sambak! Na’udzubillah! Entah kemana perginya rasa malu yang
seharusnya bermanifestasi pada prilaku dan cara berpakaian? Sebagian
besar kita justru terlena pada penilaian kebanyakan orang. “Berjilbab
bukan berarti ketinggalan zaman.” Atau, “Dengan jilbab pun bisa tampil
modis dan trendi.” Entah mengapa, kita menjadi latah dengan penilaian
orang kafir, mengenakan jilbab syar’I adalah symbol keterbelakangan,
bahkan yang lebih menyedihkan lagi yang terjadi akhir-akhir ini, jilbab
besar adalah cirri aliran sesat dan pengikut paham esktrimis!
Islam telah memuliakan wanita, menjaga
kehormatan wanita dengan menetapkan batasan-batassannya, bukan untuk
menjadikan wanita terkekang, sebaliknya bahkan untuk melindungi kaum
wanita. Tubuh seorang wanita adalah milik pribadinya, bukan properti
umum yang dapat dilirik, ditaksir dan diberikan penilaian. Wanita
sejatinya adalah individu yang bebas, ketika dia mengikuti apa yang
telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya bagi dirinya. Jangan mengira bahwa
wania-wanita yang tampil trendi itu adalah orang-orang yang memiliki
lebebasam memilih, karena toh mereka terkungkung oleh pandangan orang
lain. Sederhana sekali, jika seseorang atau beberapa orang mengatakan
kepada anda “kamu cantik dengan baju ini, atau dengan warna itu,” anda
lalu mengikuti perkataannya. Padahal cantik adalah sebuah ukuran relatif
yang senantiasa berfluktuasi sepanjang zaman. Layaknya mata uang, ia
bisa mengalami devaluasi, Lalu di mana letak kebebasan itu, ketika
seorang wanita membiarkan dirinya terbawa arus fluktuasi itu? Pilihan
orang banyak adalah pilihannya? Pendapat orang banyak adalah
pendapatnya?
Pada kenyataannya, jilbab adalah sesuatu
yang masih asing di kalangan wanita muslimah, karena yang bertebaran
saat ini hanyalah sekedar penutup kepala, pembalut tubuh, trend mode dan
bukannya jilbab yang seharusnya berfungsi untuk menutup aurat dengan
sempurna. Wallahu a’lam.
Semoga Allah memberikan kita taufik dan
hidayah untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan istiqamah di atas
ketaatan itu. Amin. [Sumber]
Saudariku, Jilbab Ketatmu Itu….
Ketat, tansparan, dan membentuk tubuh,
itulah ciri-ciri jilbab sebagian wanita masa kini. Tampil cantik dan
trendi dengan jilbab menjadi moto sebagian muslimah zaman sekarang. Ya..
cantik.. dengan pakaian tipis dan ketat yang menggoda, pernak-pernik
perhiasan yang menggelantung mulai dari kepala sampai pin besar di dada,
sapuan make up di wajah, sepatu hak tinggi runcing dengan wangi parfum
yang menggelitik sambil berlenggok laksana bandul jam.… lengkaplah sudah
wanita menjadikan dirinya layaknya etalase.
Saudariku, sadarkah engkau jilbab ketatmu
itu adalah etalase auratmu? Seperti etalase toko yang memajang barang –
yang biasanya produk unggulan – untuk menarik perhatian calon konsumen,
seperti itulah jilbab ketat yang dipakai sebagaian kaum muslimah,
etalase yang memamerkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Dan jika
fungsi etalase untuk menarik perhatian calon pembeli… lalu menurutmu apa
fungsi jilbab ketatmu itu? Perhatian siapa yang hendak kau pancing agar
menoleh ke arahmu?
Saudariku, cobalah menatap dirimu lebih
lama.. sedikit lebih lama di depan cermin, dengan perspekif berbeda.
Perhatikan pakaianmu ketatmu. Apa yang terlintas di benakmu? Aurat
sebelah mana yang berhasil kau sembunyikan dari pandangan orang lain
yang bukan mahrammu dengan pakaian transparan atau pakaian ketatmu itu?
Tanyakanlah pada dirimu, apa gunanya jilbab bagimu? Untuk siapa engkau
mengenakannya? Jika engkau mengenakannya untuk memenuhi kewajiban
menutup aurat, lalu di mana letak pakaian ketatmu dalam firman Allah
berikut?
(artinya) “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu…” (QS Al-A’raf : 26)
Dan Allah berfirman:
(artinya): “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita….” (QS An-Nuur : 31)
Dan juga firman Allah:
(artinya) “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS Al-Ahzab [33] : 59).”
Pernahkah terbetik di pikiranmu bahwa
Sang Pembuat Syariat, memerintahkan wanita untuk menutup aurat agar
kehormatannya terjaga? Bukankah lekuk liku tubuhmu yang engkau tampakkan
dengan jilbab tipismu nan ketat itu justru memancing siulan dan
pandangan maksiat dari lawan jenismu? Ataukah memang itu tujuannya?
Banyak kaum wanita meneriakkan protes
atas nama kebebasan dan kesetaraan, agar hukum lebih melindungi wanita
dari tindak pelecehan seksual, baik berupa perbuatan, perkataan, atau
bahkan sekedar isyarat. Tidakkah terpikir olehmu, pakaian ketatmu itu
justru mengundang pelaku pelecehan untuk beraksi?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang
belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk
seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia;
wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan
berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak
ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka
tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau
wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits
shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673).
Ah, saudariku, jangan rendahkan dirimu!
Jangan hinakan dirimu dengan menjadikan jilbabmu sebagai etalase
auratmu! Jangan jadikan dirimu obyek siulan laki-laki iseng di pinggir
jalan. Engkau bukan mannequin, bukan barang pajangan untuk
dilirik, dinilai, ditaksir dan diberi label harga yang pantas oleh orang
yang memandangmu. Tidak! Engkau jauh lebih berharga dari itu! Bahkan
jauh lebih mulia dengan jilbab syar’i. Bangkitlah dan bangun kepercayaan
dirimu! Sesungguhnya kecantikanmu bukan pada pakaian yang menampilkan
keindahan tubuh, juga tidak pada riasan. Tetapi kecantikanmu akan
terpancar dari ketakwaan, akhlak terpuji dan rasa malu, yang salah
satunya akan tampak dari pakaian syar’i yang engkau kenakan. Ingatlah
bahwa Allah telah berfirman:
(artinya): “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’raaf : 26)
***
Penulis: Ummu Abdillah al-Buthoniyyah (23-06-2011) [Sumber]
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer