KUNCI SUKSES BERMU'AMALAH
Oleh
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
Dalam hidup ini, setiap insan pasti berhubungan dengan orang lain. Ia
hidup dikelilingi tetangga kanan dan kiri, muka dan belakangnya, dengan
berbagai macam corak ragam, tingkah laku dan latar belakangnya. Ada yang
muslim, dan barangkali ada pula yang non muslim. Ada yang multazim, dan
ada pula yang fasik. Ada yang terpelajar dan ada yang awam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan kepada kita
pentingnya menjaga hak-hak tetangga ini. Tetangga memiliki kedudukan
yang agung dalam kehidupan beliau. Beliau bersabda:
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
"Malaikat Jibril Alaihissallam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat
baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan
hak waris (bagi mereka)". [Muttafaqun 'alaihi].
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu :
يَا أَبَا ذَرٍّ, إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاؤُهَا وَ تَعَاهَدْ جِيْرَانَكَ
"Wahai, Abu Dzar. Jika engkau memasak makanan, perbanyaklah kuahnya,
janganlah engkau lupa membagikannya kepada tetanggamu". [HR Muslim]
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga memperingatkan dari bahaya menggangu tetangga.
لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
"Tidak akan masuk surga, seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya". [HR Muslim]
Dengan akhlak seperti ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah berhasil menguasai hati, perasaan dan pikiran manusia. Sehingga,
dalam bermu'amalah kepada manusia, kita harus mengedapankan akhlak yang
terpuji.
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepadaku :
اتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
"Bertaqwalah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan jelek
dengan perbuatan baik, niscaya akan menghapusnya, dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang mulia" [HR at Tirmidzi, dan ia
berkata,"Hadits hasan shahih". Juga dishahihkan oleh al Albani di dalam
kitab Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 2516]
Demikian pula dalam bermu'amalah dengan manusia, seharusnya bersikap
santun, memilih kata-kata yang dapat menyejukkan hati. Allah Subhanahu
wa Ta'ala memerintahkan Nabi Musa dan Harun Alaihissalam untuk berkata
lemah-lembut kepada orang yang paling keras kekafirannya, yaitu Fir'aun
:" Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah-lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". [Thaha/20:44].
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku :
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ
"Janganlah engkau menganggap remeh suatu kebaikan, walaupun sekedar
bermanis muka ketika engkau bertemu dengan saudaramu" [Diriwayatkan oleh
Muslim]
Diriwayatkan dari 'Adiy bin Hatim Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
"Jagalah dirimu dari neraka, meskipun dengan memberikan sebutir kurma.
Jika kamu tidak mendapatinya, maka dengan mengucapkan kata-kata yang
baik".[Muttafaq alaihi]
Begitu pula, seharusnya menghindari sikap keras dalam bermu'amalah dan
kata-kata yang kasar dalam berbicara. Allah Subhanhu wa Ta'ala
berfirman, yang artinya : "Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [Ali Imran/3 :
159]
Diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لاَ يَرْحَمِ النَّاسَ لاَ يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
"Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia, maka Allah Azza wa Jalla pun tidak akan menyayanginya" [Muttafaqun 'alaihi]
Secara tabiat, manusia tidak suka dikasari. Sulaiman bin Mihran berkata,
"Tidaklah engkau membuat marah seseorang, lalu ia mau mendengarkan
kata-katamu."
Oleh karena itu, sikap kasar dan berlagak dalam berbicara merupakan
perkara yang dibenci oleh Nabi. Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu
'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا. وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ
وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ
وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ
قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا
الْمُتَفَيْهِقُونَ: قَالَ: الْمُتَكَبِّرُونَ
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang
paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat kelak, yaitu orang
yang terbaik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh
kedudukannya dariku pada hari kiamat kelak, yaitu tsartsarun,
mutasyaddiqun dan mutafaihiqun". Sahabat bertanya : "Ya, Rasulullah.
Kami sudah mengetahui arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti
mutafaihiqun?" Beliau menjawab,"Orang yang sombong." [HR at Tirmidzi, ia
berkata: "Hadits ini hasan". Hadits ini dishahihkan oleh al Albani
dalam kitab Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 2018]
الثَّرْثَارُونَ (tsartsarun), banyak omong dengan pembicaraan yang menyimpang dari kebenaran.
الْمُتَشَدِّقُونَ (mutasyaddiqun), kata-kata yang meremehkan orang lain
dan berbicara dengan suara lagak untuk menunjukkan kefasihannya dan
bangga dengan perkataannya sendiri.
الْمُتَفَيْهِقُونَ (mutafaihiqun), berasal dari kata al fahq, yang
berarti penuh. Maksudnya, seseorang yang berbicara keras panjang lebar,
disertai dengan perasaan sombong dan pongah, serta menggunakan kata-kata
asing untuk menunjukkan, seolah dirinya lebih hebat dari yang lainnya.
At Tirmidzi juga meriwayatkan dari 'Abdullah bin al Mubarak rahimahullah
mengenai maksud akhlak yang mulia. Ia berkata,"Yaitu bersikap ramah,
memberikan kebaikan kepada orang lain, serta tidak mengganggunya."
Apalagi menghadapi kebanyakan orang, kita harus banyak bersabar. Jika
menolak terhadap perbuatan mereka yang kasar, lakukanlah dengan cara
yang terbaik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya : "Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia
ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan, melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar" [Fushshilat/41 :
34-35].
Hal seperti ini telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Dalam sebuah kisah disebutkan, dari Mu'awiyah bin al
Hakam as Sulami , ia berkata :
Ketika aku mengerjakan shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam, tiba-tiba ada seseorang yang bersin. Aku (pun) berkata :
"Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)."
Orang-orang memandang ke arahku. Aku berkata: "Malangnya ibuku! Mengapa
kalian memandangku seperti itu?" Merekapun menepukkan tangan ke paha.
Setelah mengerti, bahwa mereka menyuruhku diam, maka akupun diam.
Setelah Rasulullah menyelesaikan shalat, maka demi Allah, tidak pernah
aku melihat seorang pendidik sebelum maupun sesudahnya yang lebih baik
pengajarannya daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak membentakku,
tidak memukulku dan tidak mencelaku. Beliau hanya berkata:
إِنَّ هَذِهِ الصَّلاَةَ لاَ يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلاَمِ النَّاسِ
إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya ibadah shalat tidak boleh dicampuri percakapan manusia.
Ibadah shalat hanya boleh diisi dengan ucapan tasbih, takbir dan bacaan
al Qur`an".
Atau sebagaimana yang dikatakan oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Aku berkata,"Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya aku baru saja masuk Islam.
Allah telah menurunkan dinul Islam kepada kami. Sesungguhnya di antara
kami masih ada yang mendatangi dukun."
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menimpali: "Jangan datangi dukun!"
"Di antara kami masih ada yang suka bertathayyur," [1] lanjutku.
Rasulullah menjawab,"Itu hanyalah sesuatu yang terlintas dalam hati, maka jangan sampai mereka menangguhkan niat karenanya."
Kemudian aku lanjutkan: "Sesungguhnya di antara kami masih ada yang mempraktekkan ilmu ramal".
Rasulullah menjawab,"Dahulu ada nabi yang menggunakan ilmu ramal.
Apabila yang terjadi sesuai dengan ramalannya, maka itu hanyalah
kebetulan saja."
Mu'awiyah bin al Hakam as Sulami melanjutkan ceritanya :
"Aku memiliki beberapa ekor kambing yang digembalakan oleh salah seorang
budak wanitaku di antara gunung Uhud dan bukit Jawwaniyah. Pada suatu
hari, aku datang memeriksa kambing-kambingku. Ternyata seekor serigala
telah membawa lari seekor kambingku. Sebagaimana lumrahnya seorang
manusia, akupun marah lalu kutampar budak wanita itu. Lalu aku datang
menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengadukan
peristiwa tersebut. Beliau menganggap perbuatanku itu sangat
keterlaluan.
Maka kukatakan kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Wahai,
Rasulullah. Tidakkah lebih baik jika kubebaskan saja budak wanita itu?"
Rasulullah menjawab,"Panggilah ia kemari!" Akupun memanggil budak wanita itu. Rasulullah bertanya kepadanya :
أَيْنَ اللهُ؟
"Dimana Allah?"
"Di langit," jawabnya.
"Siapakah aku?" tanya Rasulullah lagi.
"Engkau adalah utusan Allah," jawabnya. Maka Rasulullah pun berkata:
أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
"Merdekakan ia, karena ia seorang wanita mukminah". [HR Muslim]
Coba lihat, bagaimana terjadi dialog yang panjang antara Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Mu'awiyah bin al Hakam, yang waktu
itu ia baru saja memeluk Islam. Dengan sikap beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam yang santun, Mu'awiyah tergerak untuk berdialog dengan beliau.
Ia mendengarkan kata-kata beliau dan mengadukan masalah-masalah yang ia
hadapi kepada beliau.
Coba lihat penuturannya: "Demi Allah. Tidak pernah aku melihat seorang
mu'allim (pendidik) sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya
daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak membentakku, tidak memukulku
dan tidak mencelaku. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya berkata:
'Sesungguhnya ibadah shalat tidak boleh dicampuri percakapan manusia.
Ibadah shalat hanya boleh diisi dengan ucapan tasbih, takbir dan bacaan
al Qur`an'."
‘Aisyah Radhiyallahu 'anha menuturkan, setiap kali disampaikan kepada
beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak berkata
“apa diinginkan 'fulan' (menyebut nama) berkata demikian", namun beliau
mengatakan "apa yang diinginkan 'mereka' berkata demikian”. [HR
Tirmidzi].
Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu menceritakan, pernah, suatu kali
seorang lelaki datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan bekas celupan berwarna kuning pada pakaiannya (bekas za’faran).
Biasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat jarang menegur
sesuatu yang dibencinya pada seseorang di hadapannya langsung. Setelah
lelaki itu pergi, beliau pun berkata: “Alangkah elok bila engkau suruh
lelaki itu supaya menghilangkan bekas za’faran dari bajunya”. [HR Abu
Dawud dan Ahmad].
'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ حُرِّمَ عَلَى النَّارِ أَوْ تُحْرَمُ عَلَيْهِ
النَّارُ ؟ تُحْرَمُ عَلَى كُلِّ قَرِيْبٍ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ
"Inginkah aku kabarkan kepadamu orang yang diselamatkan dari api neraka,
atau dijauhkan api neraka darinya? Yaitu setiap orang yang ramah,
lemah-lembut dan murah hati". [HR Tirmidzi]
‘Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata :
لَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ n فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا, وَلاَ
صَخَّابًا فِي الأَسْوَاقِ وَلاَ يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ,
وَلكَنْ يَعْفُو وَ يَصْفَحُ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah seorang yang keji,
dan (ia) tidak suka berkata keji. Beliau bukan seorang yang suka
berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan" [HR Ahmad].
Demikianlah akhlak beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selaku Nabi
dengan penuh kasih sayang selalu memberi petunjuk dan memberi nasihat.
Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.
"Al Husain, menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata : Aku
bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau.
Ayahku mengatakan, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa
tersenyum, berbudi pekerti luhur lagi rendah hati. Beliau bukan seorang
yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang mencela, tidak
suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang
mengharapkannya, pasti tidak akan kecewa. Dan siapa saja yang memenuhi
undangannya, pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga
perkara, (yaitu) riya, berbangga-bangga diri, dan dari yang tidak
bermanfaat. Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga
perkara, (yaitu): beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain,
beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya
berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala. Jika berbicara,
pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan
kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam,
barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau.
Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya
sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka di sisi beliau hanyalah
pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa.
Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang
asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada
beliau, sehingga para sahabat Radhiyallahu 'anhum selalu mengharapkan
kedatangan orang asing seperti itu, guna mengambil manfaat. Beliau
bersabda,"Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari
kebutuhannya, maka bantulah dia.” Beliau tidak mau menerima pujian orang
kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan
pembicaraan seseorang, kecuali orang itu melanggar batas. Beliau segera
menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya, atau berdiri
meninggalkan majelis" [HR at Timidzi].
Tak hilang dari ingatan kita, yaitu kisah seorang Arab Badui yang buang
air kecil di dalam masjid, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata kepadanya: "Sesungguhnya masjid ini bukan untuk kencing atau
membuang kotoran lainnya. Sesungguhnya masjid ini untuk dzikrullah dan
bacaan al Qur`an."
Rasulullah berkata kepada para sahabat : "Biarkanlah dia, dan siramlah
kencingnya dengan seember air. Atau segayung air. Sesungguhnya aku
diutus untuk memudahkan, bukan untuk menyusahkan".
Saking gembiranya orang Arab Badui itu, sehingga ia berdoa: "Ya Allah
ampunilah aku dan Muhammad, dan jangan ampuni selain kami berdua."
Sikap-sikap seperti ini yang diterapkan dalam bermu'amalah di antara
sesama manusia. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
mencontohkannya kepada kita. Demikian pula para ulama, mereka adalah
pewaris Nabi. Mereka juga telah mencontohkan sikap-sikap seperti ini
dalam bermu'amalah kepada manusia. Tidak bersikap mentang-mentang dan
semau gue. Sebagai misal, coba lihatlah akhlak yang dicontohkan Syaikh
Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin dalam bermu'amalah kepada orang lain.
Beliau t mempunyai sifat ulama rabbani yang rendah hati, juga rajin
membantu keluarga.
Sebagaimana dikisahkan oleh Abdul Karim bin Shalih al Muqrin dalam kitab
14 'Aaman Ma'a Samahatul 'Allamah Muhammad bin Shalih bin 'Utsaimin.
Pada suatu hari, saat kami sedang merekam program Nurun 'Ala Darb pada
waktu dhuha. Tiba-tiba pintu diketuk seorang tukang pipa yang sudah
berjanji dengan syaikh untuk memperbaiki pipa air. Maka beliau
memberikan isyarat kepadaku agar menghentikan rekaman. Lalu beliau
mempersilakan tukang pipa tersebut masuk. Kemudian beliau mendatangiku
sambil tersenyum dan berkata: "Maaf ya Abu Khalid, kami memotong waktu
Anda setengah jam untuk menperbaiki pipa air yang ada di halaman."
Kukatakan: "Tidak mengapa ya Syaikh," kemudian tukang pipa itu memulai
pekerjaannya memperbaiki pipa, dan syaikh membantunya untuk memegang
beberapa perkakas tukang pipa tersebut hingga ia selesai memperbaikinya.
Untuk memanfaatkan waktu senggang tersebut aku membaca kembali soal-soal
yang akan ditanyakan kepada Syaikh. Setelah tukang pipa itu selesai
memperbaiki pipa air, ia pun keluar. Lalu Syaikh mendatangiku dengan
tersenyum.
Kisah yang lain yaitu, ketika rekaman sedang berlangsung lebih kurang
jam sepuluh pagi, tiba-tiba ada dua orang yang mengetuk pintu, lalu
Syaikh membukakan pintu dan memberikan salam. Beliau melihat, bahwa
orang ini nampaknya datang dari jauh, kemudian beliau mempersilahkan
untuk masuk dan mengabarkan kepada mereka, bahwa beliau sedang merekam
untuk acara radio. Kemudian beliau menanyakan keperluan mereka.
Salah seorang mereka berkata: "Kami datang dari salah satu kota di
negara ini yang akan menanyakan tentang masalah perceraian". Karena
salah seorang mereka telah menceraikan istrinya dan ingin rujuk. Mereka
juga membawa surat pengantar dari perwakilan dakwah yang ada di kota
mereka yang ditujukan kepada Syaikh, dan di dalamnya terdapat keterangan
yang rinci tentang duduk permasalahannya.
Setelah beliau menanyaikan beberapa permasalahan tentang perceraian
tersebut, beliau menuliskan jawaban permasalahan ini kepada kantor
dakwah dan irsyad yang ada di kota mereka. Orang tersebut kelihatannya
mempunyai beberapa kekurangan dalam melaksanakan syari'at. Ia memakai
baju yang melebihi mata kaki, dan hal lain yang menyalahi syar'i. Adapun
temannya, kelihatannya seorang yang taat.
Satu jam lamanya syaikh melayani keperluan orang ini. Setelah beliau
selesai memberikan fatwa kepada orang ini, Syaikh mengingatkannya agar
memperbaiki pakaiannya, dan memberi nasihat agar mereka berusaha
melakukan amalan-amalan kebaikan, serta menghindari hal-hal yang
dilarang syar'i. Kemudian syaikh pergi ke dalam untuk menghidangkan teh,
kopi dan kurma. Kami duduk bersama beliau sambil menikmati teh dan kopi
tersebut.
Di tengah pembicaraan kami, orang yang mempunyai permasalahan tersebut
berkata: "Ya Fadhilatusy- Syaikh. Aku banyak mempunyai kekurangan dalam
menjalankan syari'at. Namun setelah Anda menasihatiku, melepaskan dari
kesulitan yang menimpaku, dan setelah aku rujuk kepada istriku, aku
berjanji kepada Allah kemudian kepadamu, untuk istiqamah dan melakukan
amal kebaikan serta mentaati Rabb-ku."
Mendengar hal itu, Syaikh merasa gembira dan wajahnya berbinar-binar.
Kemudian kedua orang itu pamit dan mencium kening Syaikh serta berdoa
untuk beliau. Kemudian, sekitar pukul setengah dua belas kami meneruskan
rekaman. Kisah ini masih segar di ingatanku. Syaikh berkata: "Tahukah
engkau, ya Abdul Karim betapa banyak pahala yang kita peroleh jika orang
itu bertaubat, melaksanakan kebaikan dan melakukan amal shalih," lalu
beliau tersenyum dan memuji Allah, kemudian kami meneruskan rekaman.
Juga terdapat kisah lainnya. Kami bertugas di bagian perekaman. Ketika
kami merekam beberapa pertemuan untuk program siaran Nurun 'Ala Darb,
pada saat yang sama terdengar suara pekerja bangunan yang sedang bekerja
di dekat rumah beliau, yaitu tetangga beliau. Kelihatannya ia sedang
membetulkan sesuatu pada mesin, dan suara tersebut masuk ke dalam
rekaman. Syaikh Ibnu 'Utsaimin berdiri mendatangi mereka, meminta agar
mereka menghentikan pekerjaan tersebut. Ketika sampai di pintu ruangan,
beliau kembali dan bertanya: "Wahai Abdul Karim, siapa yang mulai
terlebih dahulu?"
"Mereka, ya Syaikh," jawabku.
Karena kewara'an dan kekhawatirannya, beliau membiarkan mereka bekerja,
beliau berkata: "Kalau begitu, kita tunda dulu rekaman ini sampai mereka
menyelesaikan pekerjaan tersebut".
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Walau bagaimanapun keadaan saudara-saudara kita sesama muslim yang awam
itu, mereka ibarat tambang emas dan perak. Jikalau Allah membuka hati
mereka untuk menerima kebenaran, maka akan menjadi asset yang berguna
bagi Islam. Bahkan kadang kala, mereka rela berkorban demi membela agama
ini.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
النَّاسُ مَعَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ خِيَارُهُمْ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي اْلإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا
وَالْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ
وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
"Manusia ibarat barang tambang berharga seperti tambang emas dan perak.
Orang yang mulia pada masa jahiliyah, akan menjadi orang yang mulia juga
dalam Islam apabila ia berilmu. Ruh ibarat pasukan yang dikumpulkan, ia
akan bersatu jika serasi dan akan berselisih jika tidak serasi". [HR
Muslim].
Setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan. Tidak ada manusia
yang sempurna. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan,
semua anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah
adalah yang cepat-cepat bertaubat. Ini merupakan asas yang paling
agung. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah meletakkan asas
tersebut dalam bermu’amalah terhadap manusia.
Jika kita membangun hubungan mu’amalah kita dan sikap kita terhadap
manusia atas dasar akhlak-akhlak yang terpuji, niscaya kita melihat
sambutan yang hangat dari mereka. Diriwayatkan dari Anas bin Malik
Radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
"Tidak beriman salah seorang dari kamu, hingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". [Muttafaqun 'alaihi]
Washallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa ash-habihi wa sallam.
Maraji':
1. Al Qur`anul-Karim.
2. 14 'Aaman Ma'a Samahatul-Allamah Muhammad bin Shalih bin 'Utsaimin, Penyusun: Abdul Karim bin Shalih al Muqrin.
3. Ad-Durruts-Tsamin min Riyadhish-Shalihin, Abdul 'Aziz Sa'ad al 'Utaibi.
4. Mausu’ah Adab Islami, 'Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nidaa.
5. Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush-Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali.
6. Tafsir al Qur`anul-'Azhim, Ibnu Katsir.
7. Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar al Asqalani.
7. Tuhfatul Ahwadzi Syarah Jami’ at-Tirmidzi, al Mubarakfuri.
8. Syarah Shahih Muslim, an-Nawawi.
9. Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun X/1428H/2007M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Tathayyur adalah anggapan sial karena melihat atau mendengar
sesuatu. Misalnya, melihat burung tertentu atau mendengar suara binatang
tertentu, kemudian beranggapan akan terjadi suatu musibah. (Pen)
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2011
(1346)
-
▼
September
(104)
- Habib Munzir [Juga] Berdusta Atas Nama Imam Ibnu H...
- Lupa mengerjakan shalat beberapa hari
- Ada Apa Dengan Bank Konvensional?
- Tata cara umrah
- Jilbab… Menutup Aurat Atau Membalut Aurat ???
- Mari Kenali Kaidah Tentang Bid’ah Sebelum Membantah..
- Buah Tauhid,sudah pada diri kita?
- Perkataan 4 Imam Madzhab di dalam Mengikuti Sunnah
- Metode Mendatangkan Hujan (2)
- Ketika lupa tasyahud awal
- Meluruskan Kedustaan Sejarah Versi ‘Syaikh’ Idahra...
- Berdialog Dengan Teroris
- Pasutri Dalam Rumah Tangga Yang Ideal
- Jangan Asal nge-Bom Bung !.. Tidak Semua Kafir Hal...
- sholat jamaah tanpa iqamah
- Lezatnya Ketaatan yang Dipertanyakan
- Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahab...
- Cara Berfacebook yang Syar’i??
- Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.2)
- Hukum memakai Toga Sarjana
- Saudariku, Maukah Engkau Menjadi Seorang Ratu?
- uang bank itu riba
- Hukum Tepuk Tangan, Memberi Applause
- Habib Munzir Al-Musawwa Berdusta Atas Nama Imam As...
- Tidak Suka Dengan Sebuah Fatwa Ulama
- Semangat Para Ulama dalam Ibadah
- Apa Kata Imam Syafi’i Mengenai Masalah Mengucapkan...
- Belajar Ilmu Manajemen dan Pemasaran
- Pengumuman Kelulusan UIM 1432 H
- Umrah
- Haramkah Foto?
- Jika Pemerintah Menetapkan Hari Raya Dengan Hisab
- Shalat Istisqa (2)
- Potong rambut wanita
- Merasa keluar kentut waktu shalat
- Tumbal dan Sesajen dalam Pandangan Islam
- Metode Mendatangkan Hujan (1)
- Hukum Tanaman Yang Dipupuk Dengan Kotoran Hewan
- Antara Halal & Haram Ada Syubhat
- Qadha shalat tahajud
- Shalat Istisqa (1)
- Download Video Dan Audio Dari Imam Masjidil Haram ...
- Suci Haidh Sebelum Matahari Tenggelam
- Menggabungkan puasa syawal dengan puasa senin kamis
- Download Video Tanya Jawab: Apakah Kerajaan Saudi ...
- Utang emas
- Menguburkan bagian tubuh
- Celakalah Pelaku Sodomi
- Pasukan dari Kota Aden
- Shodaqoh di hari jumat
- Hukum Membaca surat Yasin di atas kubur
- Hukum Memakai Sepatu Dalam Keadaan Berdiri
- Adakah doa khatam quran?
- Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.1)
- HUKUM MEMAKAI/MENYEMATKAN GELAR “HAJI/HAJJAH” DI D...
- Hukum Zakat Emas Perhiasan
- Angkat Tangan dalam Doa
- Bertingkatnya Dosa Zina
- Kesimpulan Hasil Bahasan tentang Nikah Mut’ah
- Dia Tak Mau Bertanggung Jawab
- Bantahan Untuk Setan Berwujud Manusia Yang Membole...
- Apa-Apa Pakai Bismillah
- Mahramkah kakak ipar?
- Kisah Si Kusta, Si Botak dan Si Buta (Seri Kisah A...
- Kisah Seorang Yang Meninggalkan Rokok
- Pembinaan Aqidah Untuk Buah Hati
- Derita Ahwaz Lebih Dahsyat Dari Palestina
- Orang Tua Menginginkan Putrinya di Rumah
- 5 Pelanggaran dalam Pacaran
- Pelajaran dari Ramadhan
- Iman Terhadap Kitab-kitab Suci
- Gaji Pensiunan
- Apakah Punggung Telapak Tangan Termasuk Aurat?
- Keutamaan Basmalah
- Jual Beli Trayek
- Nasikh dan Mansukh
- Adakah Ayat Al Qur'an yang Mansukh?
- Sudah Lama “Ngaji” Tetapi Akhlak Tidak Baik
- Jangan jadi pengemis
- Celakalah Rentenir
- Calo yang suka sogok
- Suap Menyuap
- Mencuri Akses Internet
- Sering terucap namun lalai di lakukan
- Perluasan Masjidil Haram Diluncurkan
- Adab Bertanya Kepada Ahli Ilmu
- Akhlak Mulia Kepada Khaliq dan Makhluq
- Jadwal Sholat Subuh Dipermasalahkan
- Adab Majelis Ilmu
- Keterasingan Sunnah dan Ahlu Sunnah di Tengah Mara...
- Kunci Sukses Bermu'amalah
- Jalan Menuju Kemuliaan Akhlaq
- Wasiat - Wasiat Generasi Salaf
- Larangan Pengkhususan Puasa Hari Jum'at
- Tata Cara Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
- Hisab dan Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal
- Membaca Al Quran Sendiri atau Mendengarkan dari Se...
- Kaidah - Kaidah Menuntut Ilmu
- Penjelasan Dalam Al Quranul Karim Mengenai ushul d...
- Ingin Menguasai Bahasa Inggris
-
▼
September
(104)