KETERASINGAN SUNNAH DAN AHLU SUNNAH DI TENGAH MARAKNYA BID'AH DAN AHLI BID'AH
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al Atsari
Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma berkata: "Semua bid'ah sesat walaupun seluruh manusia menganggapnya baik."[1]
Ucapan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma ini menjadi peringatan bagi siapa
saja, bahwa kwantitas atau jumlah bukan ukuran kebenaran. Salah satu
kaidah yang telah disepakati oleh ulama menyatakan: "Popularitas sebuah
perbuatan dan penyebarannya, sama sekali tidak menunjukkan kebolehannya,
sebagaimana halnya keterasingan sebuah perbuatan, bukan dalil bahwa
perbuatan itu dilarang".
Ibnu Muflih mengatakan di dalam kitab Al Adabusy Syar'iyyah (I/263):
"Perlu diketahui, banyak perbuatan yang dilakukan oleh mayoritas manusia
justru bertentangan dengan syariat. Lalu perbuatan itu menjadi populer
di tengah-tengah mereka. Lalu banyak pula manusia yang mengikuti
perbuatan mereka tersebut. Satu hal yang sudah jelas bagi seorang yang
berilmu ialah menolak hal tersebut, baik diungkapkan lewat perkataan
maupun perbuatan. Janganlah ia mundur karena merasa asing dan karena
sedikitnya pendukung".
Imam an Nawawi rahimahullah berkata: "Janganlah seorang insan terpedaya
dengan banyaknya orang-orang yang melakukan perbuatan yang dilarang
melakukannya, yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan adab-adab Islam.
Ikutilah perkataan al Fadhl bin Iyadh, ia berkata: ˜Janganlah merasa
asing dengan jalan hidayah karena sedikitnya orang yang melaluinya. Dan
jangan pula terpedaya dengan banyaknya orang-orang yang sesat
binasa."[2]
Abul Wafaa' Ibnu 'Uqail berkata di dalam kitab al Funun: "Siapa saja
yang membangun aqidahnya di atas dalil, maka tidak perlu ia berkamuflase
untuk menenggang orang lain. Allah berfirman:
أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
"Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)" [Ali Imran : 144]
Dalam hal ini Abu Bakar ash Shiddiq Radhiyallahu a'nhu termasuk orang
yang tetap teguh menghadapi simpang siur pendapat manusia.
Tekanan-tekanan dari kanan dan kiri yang kerap kali membuat manusia
tergelincir tidaklah membuat beliau Radhiyallahu 'anhu labil atau maju
mundur..."
Demikianlah seharusnya seorang mukmin yang memegang teguh Sunnah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam di tengah maraknya bid'ah dan ahli bid'ah.
Dia harus memiliki pendirian yang kuat dan tidak terpengaruh dengan
tekanan-tekanan di kanan kirinya, yang terkadang membuatnya goyah dan
mundur ke belakang. Banyak saudara kita dari kalangan ahlu sunnah
menjadi lemah pendiriannya karena merasa terasing di tengah
masyarakatnya yang rata-rata sebagai pelaku bid'ah. Dia sering dianggap
asing dan aneh. Lalu penyakit futurpun mulai menyerang hatinya, sehingga
mulailah sikapnya melemah, sedikit demi sedikit dan lambat laun ia
mengikuti bid'ah-bid'ah tersebut. Ambillah pelajaran dari keteguhan
sikap Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu dalam menjalankan pesan-pesan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Perlu ia camkan baik-baik,
bahwa ia sendirilah yang akan mempertanggung jawabkan amal perbuatannya,
bukan orang lain. Jadi, janganlah ia terpengaruh dengan ucapan-ucapan
jahil di kanan kirinya. Terutama bagi orang awam yang sering menjadikan
jumlah sebagai ukuran. Seperti perkataan mereka, bagaimana dihukumi
sesat atau bid'ah, sementara kaum muslimin sejak dahulu sampai sekarang
terus melakukannya? Atau perkataan mereka, mungkinkah perbuatan itu
disebut bid'ah, padahal banyak orang yang membolehkan dan bahkan
mengerjakannya?
Banyak sekali ayat yang menjelaskan, jumlah yang banyak sering kali memperdaya manusia. Diantaranya adalah firman Allah:
َإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". [Al An'am : 116].
قُلْ لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ
الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
"Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai
orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". [Al Maidah :
100].
Allah Azza wa Jalla telah menegaskan, bahwa manusia yang menentang itu memang lebih banyak jumlahnya:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya". [Yusuf:103].
Sebaliknya, merupakan sunnatullah bahwa para pengikut kebenaran dan yang
tetap teguh di atas perintah Allah itu jumlahnya sedikit. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
"Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit saja".[Huud : 40].
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّاهُمْ
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih; dan amat sedikitlah mereka ini". [Shad : 24].
Allah juga telah menyebutkan salah satu karakteristik pengikut setia
ajaran para nabi itu lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
orang-orang yang menentang.
إِنَّ هَؤُلآءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ
"(Fir'aun berkata): "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil (sedikit jumlahnya)". [Asy Syu'araa : 54].
Dan Allah berfirman:
وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih" [Saba' : 13].
Masih banyak lagi ayat-ayat yang semakna dengan ini.
Al Allamah Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata di dalam kitab Ighatsatul
Lahfaan min Mashaayidis Syaithaan, hlm. 132-135: "Orang yang mempunyai
bashirah dan kejujuran, tidaklah merasa asing karena sedikitnya
pendukung dan karena kehilangan dukungan. Apabila hatinya merasa telah
menyertai generasi awal yang telah Allah beri nikmat atas mereka dari
kalangan nabi, para shiddiqin, para syuhada' dan orang-orang shalih,
sungguh mereka adalah sebaik-baik penyerta. Keterasingan seorang hamba
dalam perjalanannya menuju Allah merupakan bukti ketulusan niatnya".
Ishaq bin Rahuyah pernah ditanya tentang sebuah masalah, lalu iapun
menjawabnya. Kemudian dikatakan kepadanya: "Sesungguhnya saudaramu, Imam
Ahmad bin Hambal juga berpendapat seperti itu". Maka beliau berkata:
"Aku kira tidak ada orang lain yang sependapat denganku dalam masalah
ini".
Setelah nyata kebenaran itu bagimu, maka janganlah merasa asing karena
tidak ada orang yang menyertaimu. Karena apabila kebenaran itu bersinar,
maka cahayanya akan tampak dan tidak butuh lagi penguat untuk
menguatkannya. Hati dapat menilai kebenaran sebagaimana mata dapat
melihat matahari. Apabila seseorang telah melihat matahari, maka tidak
perlu lagi bukti lain untuk menguatkan pengelihatannya itu.
Sungguh baik apa yang dikatakan oleh Abu Muhammad Abdurrahman bin Ismail
Abu Syaamah dalam bukunya al Hawaadits wal Bida': "Perintah untuk
melazimi jama'ah, maksudnya ialah melazimi kebenaran dan mengikutinya
walaupun yang mengikutinya sedikit dan yang menyelisihinya banyak
jumlahnya. Karena kebenaran itu ialah yang dipegang oleh jama'ah pertama
dari zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Jadi,
janganlah engkau melihat banyaknya pelaku bid'ah sesudah mereka".
Amru bin Maimun al Audi berkata: "Aku menyertai Mu'adz di Yaman, dan aku
tidak meninggalkannya hingga aku memakamkan jenazahnya di Syam.
Kemudian sesudah itu aku menyertai orang yang paling faqih, Abdullah bin
Mas'ud Radhiyallahu 'anhu. Aku mendengar beliau mengatakan, hendaklah
kalian memegang teguh jama'ah. Karena tangan Allah di atas jama'ah.
Kemudian suatu hari aku mendengar beliau berkata, nanti kalian akan
diperintah oleh para penguasa yang mengakhirkan shalat dari waktunya.
Shalatlah kalian tepat pada waktunya, itulah shalat fardhu bagi kalian,
lalu shalatlah bersama mereka, dan itu menjadi shalat sunnat bagi
kalian," maka aku berkata: "Wahai sahabat Rasulullah, aku belum paham
apa yang engkau sampaikan itu".
"Apa itu?" selidik beliau.
Aku berkata, Engkau suruh aku mengikuti jama'ah dan menganjurkanku
kepadanya. Kemudian engkau katakana, Shalatlah sendiri di awal waktu,
dan itu menjadi shalat wajib bagi kalian. Lalu shalatlah bersama
jama'ah, dan itu menjadi shalat sunnat."
Maka Ibnu Mas'ud berkata: "Wahai Amru bin Maimun! Tadinya aku kira
engkau adalah orang yang paling paham di kampung ini. Tahukah engkau,
apa itu jama'ah?"
Aku menjawab: "Tidak!"
Beliau berkata: "Sesungguhnya mayoritas manusia itulah yang menyelisihi
jama'ah. Sesungguhnya jama'ah itu adalah yang sesuai dengan kebenaran,
walaupun engkau seorang diri" [3].
Nu'aim bin Hammad berkata: "Yakni apabila jama'ah manusia sudah rusak,
maka hendaklah engkau mengikuti jama'ah awal sebelum rusak, walaupun
engkau seorang diri. Karena engkaulah jama'ah di kala itu".
Cobalah simak perkataan Imam al Auzaa'i berikut ini: "Hendaklah engkau
mengikuti jejak Salaf, walaupun manusia menolakmu. Dan tinggalkanlah
pendapat manusia, walaupun mereka menghiasinya dengan kata-kata manis".
Demikianlah kondisinya, seperti yang digambarkan oleh al Hasan al
Bashri: "Sesungguhnya Ahlu Sunnah adalah yang minoritas jumlahnya pada
masa lalu dan pada masa yang akan datang".
Seperti itulah kondisi yang dialami oleh al Imam asy Syatibi dalam
menghadapi orang-orang pada zamannya. Beliau menuturkan : "Aku
dihadapkan kepada dua pilihan. Aku tetap mengikuti sunnah tetapi
menyelisihi adat kebiasan manusia. Maka aku pasti mengalami apa yang
dialami oleh siapa saja yang menyelisihi adat kebiasaan. Apalagi mereka
menganggap adat yang mereka lakukan itu adalah sunnah. Jelas, hal itu
merupakan beban yang berat, namun di dalamnya tersedia pahala yang
besar. Atau aku mengikuti adat kebiasaan mereka tetapi menyelisihi
sunnah dan Salafush Shalih. Maka akupun dimasukkan ke dalam golongan
orang-orang sesat, wal iyadzu billah. Hanya saja, aku dipandang telah
mengikuti adat, dipandang sejalan dan bukan orang yang menyelisihi. Maka
aku lihat, bahwa hancur karena mengikuti sunnah adalah jalan
keselamatan. Sesungguhnya manusia itu tidak ada gunanya bagiku nanti di
hadapan Allah".
Itulah makna dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
"Sesungguhnya Islam itu awalnya asing, kemudian akan kembali menjadi
asing seperti awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang dianggap
asing".
Coba simak wasiat Sufyan ats Tsauri rahimahullah berikut ini: "Tempuhlah
jalan kebenaran dan janganlah merasa asing karena sedikitnya
orang-orang yang melaluinya sehingga membuatmu ragu-ragu".
Bukankah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan
tentang perpecahan umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan yang
selamat darinya cuma satu golongan saja? Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً
"Umat Yahudi terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan. Umat
Nasrani terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini
akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan".[4]
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan satu golongan yang selamat itu:
كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
"Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu al Jama'ah" [5]
Adapun tentang tafsir al jama'ah telah kita sebutkan di atas.
Kesimpulannya, janganlah kita terpukau dengan banyaknya bid'ah dan para
pelakunya. Jangan pula kita merasa asing dalam mengamalkan Sunnah karena
sedikitnya jumlah orang-orang yang mengikutinya. Karena yang menjadi
ukuran adalah hujjah dan dalil al Qur`an dan as Sunnah menurut pemahaman
Salaf, bukan kwantitas atau jumlah.
Maraji :
1. Ilmu Ushul Bida', Syeikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.
2. Al I'tishaam, Al Imam asy Syathibi.
3. Al Adabusy Syar'iyyah, Ibnu Muflih.
4. Syarah Ushul I'tiqad Ahlu Sunnah wal Jama'ah, Al Laalikaai.
5. Tafsir Ibnu Katsir.
6. Al Bida' al Hauliyah.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun IX/1426H/2005M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnotes.
[1]. Diriwayatkan oleh al Laalikaai (nomor 126), Ibnu Baththah (205), al
Baihaqi dalam kitab al Madkhal Ilas Sunan (191), Ibnu Nashr dalam kitab
as Sunnah (nomor 70).
[2]. Ucapan ini dinukil oleh adz Dzahabi dalam kitab Tasyabbuhil Khasis, halaman 33.
[3]. Al-Laalikaai dalam as Sunnah (nomor 160)
[4]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad-nya (II/332), Abu Dawud dalam
Sunan-nya (V/4) dalam kitab as Sunnah hadits nomor 4596. Lafazh di atas
adalah riwayat Abu Dawud, at Tirmidzi dalam Jami'-nya (IV/134-135) dalam
Abwaabul Imaan, hadits nomor 2778, beliau berkata: “Hadits hasan
shahih”. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (II/1321) dalam kitab al Fitan
hadits nomor 3991 secara ringkas.
[5]. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya (II/1322) dalam kitab
al Fitan, hadits nomor 3993, dalam az Zawaa-id dikatakan: "Sanadnya
shahih dan perawinya tsiqah".
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2011
(1346)
-
▼
September
(104)
- Habib Munzir [Juga] Berdusta Atas Nama Imam Ibnu H...
- Lupa mengerjakan shalat beberapa hari
- Ada Apa Dengan Bank Konvensional?
- Tata cara umrah
- Jilbab… Menutup Aurat Atau Membalut Aurat ???
- Mari Kenali Kaidah Tentang Bid’ah Sebelum Membantah..
- Buah Tauhid,sudah pada diri kita?
- Perkataan 4 Imam Madzhab di dalam Mengikuti Sunnah
- Metode Mendatangkan Hujan (2)
- Ketika lupa tasyahud awal
- Meluruskan Kedustaan Sejarah Versi ‘Syaikh’ Idahra...
- Berdialog Dengan Teroris
- Pasutri Dalam Rumah Tangga Yang Ideal
- Jangan Asal nge-Bom Bung !.. Tidak Semua Kafir Hal...
- sholat jamaah tanpa iqamah
- Lezatnya Ketaatan yang Dipertanyakan
- Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahab...
- Cara Berfacebook yang Syar’i??
- Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.2)
- Hukum memakai Toga Sarjana
- Saudariku, Maukah Engkau Menjadi Seorang Ratu?
- uang bank itu riba
- Hukum Tepuk Tangan, Memberi Applause
- Habib Munzir Al-Musawwa Berdusta Atas Nama Imam As...
- Tidak Suka Dengan Sebuah Fatwa Ulama
- Semangat Para Ulama dalam Ibadah
- Apa Kata Imam Syafi’i Mengenai Masalah Mengucapkan...
- Belajar Ilmu Manajemen dan Pemasaran
- Pengumuman Kelulusan UIM 1432 H
- Umrah
- Haramkah Foto?
- Jika Pemerintah Menetapkan Hari Raya Dengan Hisab
- Shalat Istisqa (2)
- Potong rambut wanita
- Merasa keluar kentut waktu shalat
- Tumbal dan Sesajen dalam Pandangan Islam
- Metode Mendatangkan Hujan (1)
- Hukum Tanaman Yang Dipupuk Dengan Kotoran Hewan
- Antara Halal & Haram Ada Syubhat
- Qadha shalat tahajud
- Shalat Istisqa (1)
- Download Video Dan Audio Dari Imam Masjidil Haram ...
- Suci Haidh Sebelum Matahari Tenggelam
- Menggabungkan puasa syawal dengan puasa senin kamis
- Download Video Tanya Jawab: Apakah Kerajaan Saudi ...
- Utang emas
- Menguburkan bagian tubuh
- Celakalah Pelaku Sodomi
- Pasukan dari Kota Aden
- Shodaqoh di hari jumat
- Hukum Membaca surat Yasin di atas kubur
- Hukum Memakai Sepatu Dalam Keadaan Berdiri
- Adakah doa khatam quran?
- Untukmu…Yang Dirundung Rindu dan Sendu (Bag.1)
- HUKUM MEMAKAI/MENYEMATKAN GELAR “HAJI/HAJJAH” DI D...
- Hukum Zakat Emas Perhiasan
- Angkat Tangan dalam Doa
- Bertingkatnya Dosa Zina
- Kesimpulan Hasil Bahasan tentang Nikah Mut’ah
- Dia Tak Mau Bertanggung Jawab
- Bantahan Untuk Setan Berwujud Manusia Yang Membole...
- Apa-Apa Pakai Bismillah
- Mahramkah kakak ipar?
- Kisah Si Kusta, Si Botak dan Si Buta (Seri Kisah A...
- Kisah Seorang Yang Meninggalkan Rokok
- Pembinaan Aqidah Untuk Buah Hati
- Derita Ahwaz Lebih Dahsyat Dari Palestina
- Orang Tua Menginginkan Putrinya di Rumah
- 5 Pelanggaran dalam Pacaran
- Pelajaran dari Ramadhan
- Iman Terhadap Kitab-kitab Suci
- Gaji Pensiunan
- Apakah Punggung Telapak Tangan Termasuk Aurat?
- Keutamaan Basmalah
- Jual Beli Trayek
- Nasikh dan Mansukh
- Adakah Ayat Al Qur'an yang Mansukh?
- Sudah Lama “Ngaji” Tetapi Akhlak Tidak Baik
- Jangan jadi pengemis
- Celakalah Rentenir
- Calo yang suka sogok
- Suap Menyuap
- Mencuri Akses Internet
- Sering terucap namun lalai di lakukan
- Perluasan Masjidil Haram Diluncurkan
- Adab Bertanya Kepada Ahli Ilmu
- Akhlak Mulia Kepada Khaliq dan Makhluq
- Jadwal Sholat Subuh Dipermasalahkan
- Adab Majelis Ilmu
- Keterasingan Sunnah dan Ahlu Sunnah di Tengah Mara...
- Kunci Sukses Bermu'amalah
- Jalan Menuju Kemuliaan Akhlaq
- Wasiat - Wasiat Generasi Salaf
- Larangan Pengkhususan Puasa Hari Jum'at
- Tata Cara Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
- Hisab dan Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal
- Membaca Al Quran Sendiri atau Mendengarkan dari Se...
- Kaidah - Kaidah Menuntut Ilmu
- Penjelasan Dalam Al Quranul Karim Mengenai ushul d...
- Ingin Menguasai Bahasa Inggris
-
▼
September
(104)