Pertanyaan:
Tolong beri saya nasihat tentang sabar, syukur, dan ridha, sebab saat ini saya mengalami rasa rendah diri yang luar biasa setelah bercerai.

Jawaban:
Ssaudariku, pembahasan tentang makna sabar, syukur, dan ridha amat luas sekali. Rasanya berat menulis semua mengingat terbatasnya halaman. Adapun pertanyaan Saudari tentang bagaimana kita harus bersabar ketika merasa rendah diri setelah dicerai oleh suami, saran kami adalah sebagai berikut:
Ketahuilah bahwa sebelum manusia dilahirkan, semua urusan hidupnya sudah ditakdirkan, bahkan sampai tempat kembalinya di akhirat nanti, berdasarkan hadits yang shahih. Akan tetapi, kita baru mengetahui takdir kita ketika takdir itu tiba, misalnya yang dialami oleh Saudari.
Kita dilarang berputus asa dan merasa rendah diri atau minder karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menilai dan membalas orang dari sisi amalnya, bukan dari takdirnya. Bukankah banyak janda pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetapi mereka tetap sabar?
Berikutnya, wajib bagi kita untuk bersabar ketika ditimpa musibah, apalagi hanya perceraian, karena musibah yang besar adalah syirik. Adapun sabarnya hati, hendaknya Saudari meyakini bahwa itu semua sudah takdir Ilahi, sedangkan sabarnya lisan adalah dengan menahan diri dari mengucapkan kata-kata yang jelek, seperti keluh kesah, mencaci dan menuduh yang bukan-bukan. Adapun sabarnya anggota badan adalah dengan tidak menampar pipi dan merusak anggota badan dan harta benda, sebagaimana yang sering dilakukan orang jahil (bodoh).
Disunnahkan untuk ridha dengan musibah yang ada. Ini adalah tingkatan kedua setelah orang itu bersabar, karena ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala menyejukkan jiwa dan melapangkan segala urusan dan sebagai obat sakit hati insya Allah.
Lebih utama lagi, bila ditimpa musibah mau bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini merupakan puncak kenikmatan ketika ditimpa musibah yaitu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan datangnya musibah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah pahala, karena sabar adalah pekerjaan hati. Syukur ada tiga macam: syukurnya hati adalah ridha dengan datangnya bala’ (ujian, ed) karena sebagai penghapus dosa, syukurnya lisan adalah dengan berkata yang baik, dan syukurnya anggota badan adalah dengan beribadah kepada Allah semaksimal mungkin.
Berhusnuzhanlah (berprasangka baik) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Allah-lah yang Maha Mengetahui maslahat (yang terbaik buat) hamba-Nya
Pada saat kita ditimpa musibah, lihatlah orang yang lebih parah musibahnya agar kita tetap menjadi orang yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sumber: Majalah Mawaddah, Edisi 12, Tahun 1, Jumadil Tsaniyah-Rajab 1429 H (Juli 2008).
(Dengan beberapa pengubahan tata bahasa oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers