Sejarah mencatat orang Cina-lah yang menemukan serbuk mesiu dan penggunaannya pada roket. Roket ala Cina ini sekedar batang bambu diisi sendawa, belerang, dan arang. Mereka menggunakannya pada festival keagamaan. Beberapa abad kemudian, mereka menggunakan roket ini dalam militer untuk menakuti orang Mongol yang kadang menyerang.
Walau dicatat sebagai penemu serbuk mesiu dan roket pertama kali, orang Cina belum bisa menemukan komposisi campuran serbuk mesiu yang pas. Hasilnya ,roket mereka nggak meledak sesuai yang mereka inginkan. Mereka juga belum menemukan teknologi pemurnian potassium nitrat, hal yang penting bagi pengembangan roket.
Sumbangsih Hassan Ar-Rammah
Orang Islam-lah yang kemudian menyempurnakannya. Tersebutlah, di Suriah pada abad XIII, seorang ilmuwan militer bernama Hassan Ar-Rammah (wafat 1295 M). Ia menulis sebuah kitab tentang teknologi militer, yaitu Al-Furusiyyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah, yang diduga ditulis antara 1270-1280 M. Kitab ini diduga bukan hasil karya Ar-Rammah seorang, ia mengambilnya dari nenek moyangnya dan orang lain – sebagaimana diindikasikan di mukadimahnya. Di kemudian hari, kitab ini begitu terkenal di Barat.
Kitab inilah yang pertama kali menerangkan tata cara pemurnian potassium nitrat dan menerangkan resep-resep untuk bikin serbuk mesiu dengan komposisi yang benar sehingga menghasilkan ledakan. Orang Cina, Huo Long Ching, baru menemukan komposisi bahan peledak yang tepat pada 1412.
Kitab Hassan Ar-Rammah tersebut berisi 107 resep serbuk mesiu. Ada 22 resep untuk pembuatan roket. Komposisi serbuk mesiu dari 17 roket dianalisis, dan ditemukan bahwa nilai rata-rata potassium nitrat adalah 75%.
Komposisi ideal untuk bahan peledak sebagaimana dikatakan sejarawan modern adalah 75% potassium nitrat, 10% belerang, dan 15% karbon. Rata-rata komposisi di kitab Ar-Rammah tersebut adalah 75% potassium nitrat,9.06% belerang, dan 15.94% karbon. Komposisi yang sangat mendekati komposisi ideal bahan peledak modern.
Analisis komposisi bahan peledak di militer Islam pada abad XIII dan XIV juga serupa dengan resep Ar-Rammah. Termasuk yang digunakan pada perang mengusir Tartar di Ain Jalut pada 1260 M.
Formula ini tidak pernah diketahui orang Cina dan Eropa sampai satu abad kemudian.
Meriam dan Torpedo
Dugaan penemuan bahan peledak sebelum penulisan kitab Ar-Rammah tersebut memang berdasar. Ar-Razi, Al-Hamdani, dan manuskrip dari abad ke-10 telah menerangkan potassium nitrat. Ibnu Al-Bitar menulisnya pada 1240 M. Manuskrip Suriah pada abad ke-10 menuliskan beberapa resep serbuk mesiu.
Bukti penggunaan serbuk peledak selama Perang Salib di Fustat, Mesir pada 1168 M ditemukan dalam bentuk sisa residu potassium nitrat. Residu seperti ini juga ditemukan dalam saat pengepungan Dumyat dan pertempuran Al-Manshurah pada 1249 M.
Pada perang muslimin mengusir Tartar yang bersejarah di Ain Jalut, 1260 M, bahkan telah digunakan meriam. Sebuah manuskrip dari 1320 M mendeskripsikan meriam portable tersebut. Ini adalah meriam portable pertama. Deskripsi ini secara dasar, sama dengan yang ada pada senapan masa kini.
Kitab Ar-Rammah juga menerangkan senjata yang belum pernah ada pada bangsa lain pada saat itu, senjata yang menjadi cikal bakal torpedo.
J.R. Partington dalam A History of Greek Fire and Gunpowder menulis, “Hassan Ar-Rammah menerangkan beberapa jenis panah api dan menggambarkan suatu senjata yang diduga sebagai sebuah torpedo. Ia dinamai ‘telur yang bergerak sendiri lalu meledak’. Ilustrasi dan teks yang ada pada kitab itu menggambarkan bahwa ‘torpedo’ ini dibuat agar berjalan di atas permukaan air. Dua buah ‘wajan’ besi saling dilekatkan dan dikaitkan dengan pelat, sebelumnya diisi dengan nafta, logam, dan serbuk campuran (sepertinya berisi sendawa), dan ‘telur’ itu disangga dengan dua batang (sepertinya untuk kemudi) dan didorong oleh sebuah roket besar.”
Sayang, catatan penggunaan senjata ‘baru’ ini tidak ditemukan.
Barat Tahu dari Arab
Saat orang Eropa masih menggunakan senjata tajam, orang Islam sudah menggunakan senjata api.
Muslim Spanyol menggunakan meriam untuk mempertahankan Seville (pada 1248 M), Granada (1319 M), Baza /Albacete (1324 M), Huescar dan Martos (1325 M), Alicante (1331 M), dan Algeziras (1342-1344 M). Partington berkata, “Sejarah artileri di Spanyol erat kaitannya dengan meriam orang Arab.”
Ia menambahkan, “Orang Arab-lah yang mengenalkan senjata api ke Spanyol, kemudian ke Italia, lalu ke Prancis, dan akhirnya Jerman.”
Buku latin, Liber Ignium, tulisan Marcus Graceus, sebenarnya merupakan terjemahan dari sebuah kitab Arab yang memberikan resep pembuatan serbuk mesiu.
Orang Eropa yang membawa resep rahasia bahan peledak dan meriam dari orang Muslim ke Inggris adalah Earls of Derby and Salisbury, yang ikut dalam pengepungan Al-Jazira pada 1342-1344 M.
Frank H. Winter, dalam The Genesis of the Rocket in China and its spread to the East and West, berkata, “Orang Arab dalam banyak peristiwa, tampaknya merupakan orang yang pertama kali mewarisi (bahkan mungkin menemukan) rahasia roket. Dan lewat kitab-kitab Arab-lah –daripada naskah Mongol- orang-orang Eropa mengenal roket.” (irvsya) Dari berbagai sumber
——————-
Diketik ulang dengan judul yang sama dari Majalah Elfata Edisi 07 Volume 08 Tahun 2008 halaman 58-59


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers