Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang “Akhlak yang Mulia”, tulisan kali ini akan membahas sekelumit sisi kehidupan sosok yang diakui oleh semua orang sebagai pribadi yang berakhlak paling mulia. Tidak ada satu manusia pun yang mengingkarinya, baik tua atau muda, besar atau kecil, kaya atau miskin, entah itu kawan atau lawan semua mengakui kemuliaan akhlaknya, bahkan tidak hanya sebatas itu, Allah Rabbul Alamin pun menyatakan,
{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
“Dan sesungguhnya kamu (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS al-Qalam:4)
Benar! Siapa lagi kalau bukan Rasulallah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Bandingkan dengan diri kita, betapa banyak orang yang membenci kita karena buruknya akhlak yang kita miliki?? Semoga Allah memberi kekuatan pada kita untuk dapat meneladani Nabi kita, kekasih kita, panutan kita, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, karena beliaulah sebaik-baik panutan kita dalam hidup ini. Allah Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21)
Telah ada bagi kita pada diri Rasulullah teladan yang baik karena beliau adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Berbagai macam peristiwa dan kejadian di masa hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam merupakan bukti nyata tentang keagungan pribadi beliau. Berikut beberapa peristiwa yang menunjukkan keutamaan akhlak beliau :
1. Perhatian Terhadap Anak Kecil
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, bahkan pada anak kecil sekalipun. Beliau memiliki kepedulian dan perhatian pada anak kecil, bahkan beliau mencandai mereka. Pernah suatu saat beliau bersabda,
يَا أَبَا عُمَيْرٍ! مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ
“Wahai Abu Umair apa yang dilakukan Nughair (burung kecil)?”1
Abu Umair adalah kunyah (panggilan) seorang anak kecil dan pada saat itu dia membawa nughair, yaitu burung kecil seperti burung pipit/gereja. Burung tersebut mati sehingga anak tersebut sedih. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun menghiburnya dengan perkataan tadi.
2. Kisah Arab Badui yang Kencing di Masjid
Pernah suatu saat datang arab badui lalu kencing di masjid, maka para sahabat pun membentak dan melarangnya dengan keras tetapi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mencegah para sahabat untuk melakukannya. Setelah arab badui tadi selesai buang air maka Nabi memerintahkan para sahabat untuk menyiramkan seember air pada bekas yang terkena kencing. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun memanggil arab badui tadi dan bersabda padanya,
إن هذه المساجد لا يصلح فيها شيء من الأذى أو القذر؛ وإنما هي للصلاة وقراءة القرآن
“Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk membuang kotoran di dalamnya, namun ia dipersiapkan untuk shalat dan membaca al Qur’an ”2
Lihatlah betapa bagusnya akhlak yang ditunjukkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dia tidak menghardik dan juga tidak menyuruh para sahabat untuk memukulnya. Tetapi membiarkannya sampai selesai hajatnya setelah itu baru mengajarinya bahwa tidak selayaknya kecing di masjid karena masjid itu tempat untuk ibadah, shalat, dzikir dan membaca qur’an.
Akhirnya arab badui tersebut berdo’a:
اللهم ارحمني ومحمدًا، ولا ترحم معنا أحدً
“Ya Allah rahmati aku dan Muhammad, dan jangan rahmati yang lainnya”.
Subhanallah, ini tidak lain karena baiknya cara beliau dalam menasehati sehingga arab badui ini tidak hanya menerima nasehat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tetapi juga kagum dan mendo’akan beliau.3
3. Kisah Seorang yang Berhubungan Badan dengan Istrinya di Bulan Ramadhan
Ada seseorang sahabat datang yang berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, binasalah saya!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah yang telah membuatmu binasa?” Dia berkata, “Saya telah berhubungan intim dengan istriku pada siang hari Ramadhan.“ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau memiliki kemampuan untuk membebaskan seorang budak?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau sanggup untuk berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau sanggup untuk memberi makan enam puluh orang miskin?” Dia menjawab, “Tidak.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terduduk, hingga ada yang membawa setandan kurma kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda kepada orang tersebut, “Bersedekahlah dengan korma ini.” Dia bertanya, ”Apakah -sedekah tersebut- kepada yang paling miskin diantara kami? Karena tidak ada diantara dua batas desa kami, penduduknya yang lebih butuh dari pada kami.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa hingga geraham beliau menjadi terlihat, dan bersabda, “Pergilah dan berilah keluargamu makan dengan kurma ini.”4
Lihatlah betapa indah akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak langsung memaki ataupun memarahi laki-laki karena beliau tidak suka tergesa-gesa menghukumi sesuatu. Beliau melihat laki-laki tersebut datang dengan keadaan menyesal, malu, dan takut atas perbuatannya sehingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun memandang tidak selayaknya memarahinya tetapi menyikapinya dengan lemah lembut.
Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulallah serta keluarga dan sahabatnya.
Selesai ditulis di Riyadh, 9 Rabi’ul Awwal 1432 H (12 Februari 2011)
Abu Zakariya Sutrisno
Artikel: www.thaybah.or.id / www.ukhuwahislamiah.com
Maraji’: Tulisan ini kami sarikan dari kutaib berjudul “Makaarimil Akhlaq” oleh syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah.
Note :
[1]. HR. Bukhari dalam kitab Adab (6129) dan Muslim dalam kitab Adab (2150)
[2]. Muslim dalam kitab Thaharah (285)
[3]. Betapa indah cara Nabi mendidik umatnya, beliau tidak serta merta melarang tetapi memberitahu alasan larangan perbuatan tersebut. Patut disayangkan sebagian orang yang baru belajar agama saat mengetahui suatu perbuatan terlarang dengan serta merta mereka menyalahkan -dengan adab yang kurang baik- orang yang melakukan perbuatan tersebut padahal bisa jadi mereka jahil atas hal tersebut. Sehingga tidak jarang masyarakat (mungkin termasuk orang tuanya) pun menolak dakwahnya, padahal sebenarnya apa yang ia serukan adalah benar.
[4]. Bukhari (1937), Muslim (1111)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers