Fungsi Keempat: Ilustrasi Nyata Tentang Metode Turunnya Rezeki Anda
Dan diantara hikmah yang dapat Anda petik dari siklus hujan, seperti yang telah Anda pelajari, adalah sebagai ilustrasi nyata bahwa Allah menurunkan rezeki-Nya kepada Anda sedikit demi sedikit. Allah Subhanahu wa Ta’ala melakukan ini semua bukan karena Dia pelit atau kawatir kehabisan stok rezeki, namun sepenuhnya demi menjaga kemaslahatan Anda. Andai Allah Ta’ala meurunkan rezeki-Nya kepada Anda sekonyong-konyong bagaikan turunnya air terjun, niscaya Anda celaka dan binasa. Sebagaimana Anda pasti binasa bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan air hujan bagai turunnnya air terjun. Karenanya nikmatilah hidup Anda, karena sejatinya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan rezeki yang cukup untuk Anda.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan hal ini melalui firman-Nya,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا
فِي الْأَرْضِ وَلَكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاء إِنَّهُ
بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ {27} وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن
بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ -
الشورى: 27-28
“ Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada
hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah
mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha
Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. As Syuura 27-28)Cermatilah saudarakku, setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa Allah menurunkan rezekinya secara bertahap, Allah Ta’ala menyebut hujan sebagai bukti dan sekaligus ilustrasi nyata tentang turunnya rezeki. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui lagi Maha Melihat kondisi hamba-hamba-Nya, maka Allah menurunkan hujan dan demikian pula rezekinya secara bertahap, agar manusia tidak celaka.
Bagaimana rasanya bila Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan hujan bagaikan air terun? Atau Allah menyatukan jatah hujan untuk satu bulan lalu diturunkan pada satu hari saja?
Demikian pula halnya dengan jatah rezeki Anda. Anda pasti akan ditimpa celaka bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan rezekinya tidak tepat waktu. Anda pasti kesusahan bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh jatah rezeki Anda sekali seumur hidup. Bila hal itu terjadi, pasti Anda kesusahan mencari almari guna menyimpan jatah baju, dan bingung mencari lumbung guna menyimpan jatah beras, dan kesulitan membangun waduk guna menampung jatah air Anda.
Menyadari akan hal ini, Rasulullah e berpesan kepada umatnya dengan bersabda:
لا تستبطئوا الرزق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق
هو له، فأجملوا في الطلب: أخذ الحلال، وترك الحرام )رواه ابن ماجة وعبد
الرزاق والحاكم، وصححه الألباني
"Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu telat datangnya, karena
sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia mengenyam
rezeki terakhirnya. Tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki,
yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram." (Riwayat Ibnu Majah, Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishahihkan oleh Al Albani)Fungsi Kelima: Hujan Adalah Tentara Allah
Akhir-akhir ini berbagai penjuru negeri kita sering dilanda bencana dan petaka. Salah satu penyebab datangnya bencana ialah air hujan. Fenomena yang sering terjadi di depan mata kita ini adalah bukti nyata bahwa hujan yang sedia kala adalah wujud dari rahmat Allah, namun bisa saja berubah menjadi tentara Allah yang membinasakan orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Dengan demikian, hujan bagaikan pisau bermata dua, bisa menguntungkan dan bisa mencelakakan.
Di antara bukti sejarah akan fungsi hujan yang kelima ini ialah kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Bagaimana dengan hujan yang turun dari langit, Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas keangkuhan kaum nabi Nuh ‘alaihissalam .
فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاء بِمَاء مُّنْهَمِرٍ {11}
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاء عَلَى أَمْرٍ قَدْ
قُدِرَ - القمر: 11-12
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air
yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka
bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah
ditetapkan.” (QS. Al Qamar: 11-12)Dan seperti yang Anda saksikan dan mungkin juga pernah rasakan, bila hujan telah berubah menjadi tentara Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada kekuatan yang dapat membendungnya.
وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ
ارْكَب مَّعَنَا وَلاَ تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ {42} قَالَ سَآوِي إِلَى
جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاء قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ
أَمْرِ اللّهِ إِلاَّ مَن رَّحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ
مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di
tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami
dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya
menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari
ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan
gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu
termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)Memahami fungsi hujan yang bagaikan pisau bermata dua, dahulu Nabi e bila menyaksikan mendung beliau begitu kawatir dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berkata,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan mendung ini.”dan bila hujan telah turun beliau berdoa,
اللهُم صَيباً نَافعاً
“Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.” (HR. Bukhari, Abu Daud, dan lainnya.Saudaraku, fenomena yang sekarang terjadi di negeri kita sudah sepantasnya mengetuk pintu hati kita. Betapa negeri kita yang dahulu gemah ripah loh jinawi namun sekarang semua seakan tinggal kenangan. Di musim kemarau, sawah-sawah puso dan banyak dari saudara kita yang kekeringan sehingga kesulitan mendapatkan air, walau hanya sekedar untuk minum. Namun di musim hujan kondisi ternyata tidak berubah, sawah-sawah tetap saja banyak yang puso dan banyak dari saudara kita yang menderita, bukan karena kekeringan namun karena kebanjiran, tanah longsor atau lainnya.
Mungkinkah ini sebagai bukti nyata bahwa air hujan yang sedianya membawa keberkahan, kini tidak lagi membawanya, namun sebaliknya membawa murka Allah Azza wa Jalla. Tentu semua ini terjadi karena ulah tangan kita, kekufuran, kemunafikan, dan kemaksiatan yang kian hari semakin meraja lela.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41)Saat ini, kita sebagai penduduk dunia tengah merasakan dampak dari ulah tangan kita sendiri, kekeringan, banjir, dan tanah longsor, terjadi di mana-mana. Walau demikian, kita tidak segera menyadari kesalahan, dan bahkan terus mencari kambing hitam atas petaka yang menghimpit. Bukannya mengakui bahwa kerusakan iman, akhlak, dan mentalitas kita adalah biang segalanya. Namun kita malah mengkambing hitamkan alam, sehingga dengan hati yang dingin kita berkata, “Pemanasan global atau ungkapan serupa.”
Keserakahan telah mendorong kita untuk bersikap membabi buta, menghalalkan segala macam cara dan memanfaatkan kekayaan alam dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Keserakahan ini terjadi karena adanya kepanikan dalam urusan rezeki. Kita menduga bahwa bila tidak membabi buta maka tidak mungkin bisa menikmati kekayaan, atau akan digilas oleh roda kehidupan yang terus berputar.
Andai kita dapat menangkap berbagai pelajaran yang telah Allah Ta’ala sisipkan pada berbagai kejadian di sekitar kita niscaya petaka tidak akan mengimpit kehidupan kita. Rezeki Anda hanya Anda yang dapat menikmatinya, dan tidak mungkin ada kekuatan yang dapat merampasnya dari mulut Anda. Sebagaimana Anda pun tidak akan kuasa merampas rezeki saudara Anda, atau mendatangkan rezeki yang bukan milik Anda.
Kerakusan yang telah menyelimuti jiwa kita ini bukannya menyegerakan datangnya rezeki atau melipatgandakannya. Namun keserakahan jiwa malah menjadi awal dari datangnya bencana dan petaka.
إن هذا المال خضرة حلوة، فمن أخذه بسخاوة نفس، بورك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يبارك له فيه، وكالذي يأكل ولا يشبع )متفق عليه
“Sesungguhnya harta ini bak bauh yang segar lagi manis.
Barangsiapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (tanpa serakah atau
atas kerelaan pemiliknya), niscaya hartanya tersebut diberkahi. Dan
barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (rakus), niscaya
hartanya tersebut tidak diberkahi, dan permisalannya bagaikan orang
yang makan namun tidak pernah merasa kenyang.." (Muttafaqun 'alaih)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer