Kamis, 02/02/2012 12:36 WIB
Seorang mantan pengikut Syi’ah, Roisul Hukama, pernah mengatakan bahwa
Revolusi seperti yang terjadi di Iran, juga tengah dipersiapkan kalangan
Syi’ah di Indonesia. Salah satunya dengan menanam kader-kader Syiah di
berbagai ormas dan pemerintahan. Ini merupakan konspirasi global.
Apalagi, doktrin Imamah merupakan suatu kewajiban bagi paham sesat
Syi’ah ini, sehingga Imamah menjadi sesuatu yang wajib dan harus
diperjuangkan.
Persiapan untuk itu, nampaknya memang suatu yang bisa dirasakan, antara
lain dengan banyaknya lembaga-lembaga (yayasan) Syi’ah di Indonesia,
yang bisa ditemukan di banyak kota. Di Jakarta saja, yayasan Syi’ah
jumlahnya bejibun, seperti: Yayasan Fatimah (Condet, Jakarta Timur),
Yayasan Al-Muntazhar, Yayasan Al-Mahdi (Jakarta Utara), Yayasan Insan
Cita Prakarsa, Yayasan Asshodiq (Jakarta Timur), Yayasan Azzahra
(Cawang, Jakarta Timur), dan sebagainya.
Yang menarik perhatian, maraknya gerakan Syi’ah di Indonesia akhir-akhir
ini, dibarengi dengan maraknya penyelundupan narkoba yang dilakoni
warga negara Iran ke Indonesia.
Boleh dibilang serangan Syi’ah ke tengah-tengah jantung umat Islam bagai
tak terkendali. Kasus Sampang (29 Desember 2011) boleh jadi hanyalah
riak kecil yang kemungkinan akan menjadi gelombang konflik horizontal
yang besar bila pergerakan paham sesat Syi’ah di Indonesia tidak bisa
diredam sejak SEKARANG JUGA.
***
SECARA EKONOMI, Iran jauh lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia,
apalagi bila dibandingkan dengan Nigeria. Setidaknya, bila diukur dari
pendapatan perkapita yang sering dijadikan tolok-ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan di sebuah negara. Maksudnya, semakin besar
pendapatan perkapita sebuah negara, maka negara tersebut dapat dikatakan
semakin makmur.
Berdasarkan data yang ada, pendapatan per kapita Iran pada tahun 2005
mencapai US$7.594 dan di tahun 2008 meningkat menjadi US$10,600.
Sementara itu, di tahun yang sama (2008) pendapatan per kapita Indonesia
sekitar US$3,700 sedangkan Nigeria sekitar US$2,000 saja.
Bahkan menurut situs Iran-Indonesian Radio (IRIB World Service), dengan
bangga dikemukakan bahwa Iran dengan produksi nasional bruto sebesar
US$828 miliar berada di posisi ke-18 diantara negara-negara dengan
ekonomi terkuat di dunia, sekaligus menunjukkan bahwa Iran kian kokoh di
saat negara lain belum pulih akibat imbas krisis ekonomi 2009.
Perekonomian dunia mengalami krisis sejak September 2008, yang ditandai
dengan terjadinya krisis di bank-bank dan lembaga keuangan Amerika
Serikat, terutama yang bergerak di sektor properti. Dari sektor ini,
krisis ekonomi dengan cepat menyambar ke sektor-sektor lain.
Begitulah fakta indah tentang Iran
dari sudut ekonomi, yang mengesankan betapa seolah-olah Iran itu begitu
sejahtera, sehingga tidak mungkin rakyatnya jadi kurir narkoba. Tapi
fakta yang kita temukan di sini terasa begitu miris. Menurut catatan
aparat, sejak 2009 kurir narkoba warga negara Iran kian deras membanjiri
Indonesia secara bergelombang. Bahkan menggusur dominasi kurir narkoba
asal Nigeria yang selama ini merajai pasokan narkoba dari luar negeri.
Nigeria adalah sebuah negara di Afrika Barat yang merdeka pada 01
Oktober 1960 dari penjajahan Inggris.
Hingga kini (2012), dominasi kurir narkoba warga negara Iran tetap
terjaga, dengan berbagai modus operandi yang berhasil dipatahkan oleh
aparat. Tentu kita tidak boleh lupa dengan fenomena gunung es di dalam
mewaspadai setiap peristiwa kriminal. Maksudnya, boleh jadi yang
tertangkap aparat jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kurir
narkoba asal Iran yang berhasil lolos.
Yang membuat lebih miris, kurir narkoba warga negara Iran dibayar jauh
lebih murah, tidak sampai separuh upah yang diterima kurir asal Nigeria.
Rata-rata, kurir asal Nigeria dibayar US$ 5 ribu sedangkan kuris Iran
‘hanya’ US$ 2 ribu. Apalagi ada perbedaan harga yang tajam antara Iran
dan Indonesia. Bahkan ketika harga narkoba di Iran turun hingga Rp 50
juta per kilogram, di Indonesia justru mengalami kenaikan fantastis
hingga menyentuh angka Rp 2 milyar per kilogram.
Sepanjang 2009, modus operandi yang dilakukan kurir narkoba Iran adalah
membungkus narkoba dalam kemasan makanan, menempatkan narkoba pada
dinding palsu di tas dan koper, disembunyikan di sol sepatu, dililitkan
ke badan (body stripping), disembunyikan melalui pakaian dalam, dan
memasukkan narkoba (methamphetamine) cair ke dalam botol sampo,
detergen, atau air mineral. Juga, menyembunyikan narkoba di balik kimono
berbahan handuk dan di dalam kaki palsu, sebagaimana pernah terjadi
pada 3-4 November 2009. Modus ini sebagian berulang di tahun-tahun
berikutnya.
Sebenarnya, sejak sebelum 2009 kurir narkoba asal Iran sudah beroperasi
di Indonesia. Namun intensitasnya mulai terasa di pertengahan 2009.
Mungkin akibat dampak krisis ekonomi dunia yang juga menerpa Iran. Di
tahun 2002 aparat menangkap penyelundup narkoba asal Iran bernama Peyman
bin Azizallah alias Sorena (saat itu berusia 33 tahun). Sorena kemudian
mendekam di LP Cirebon hingga 2004.
Namun pada 30 Oktober 2009, Sorena kembali ditangkap aparat Indonesia.
Diperoleh barang bukti berupa sabu atau metamphetamine cair dengan
jumlah bruto total 9.000 mililiter atau setara dengan 5.130 gram, yang
dikirim dari Iran. Metamphetamine cair tersebut dikemas dalam 6 botol
minuman bertuliskan bahasa Iran (Persia), dengan nilai taksiran mencapai
lebih dari sebelas milyar rupiah. (selengkapnya bisa dibaca di http://nahimunkar.com/1674/iran-tak-sekedar-selundupkan-paham-sesat-syi%E2%80%99ah-tetapi-juga-narkoba/)
Fakta-fakta
yang ditemukan di atas, melahirkan sebongkah keraguan tentang tingkat
kemakmuran Iran yang digambarkan begitu baik. Kasus narkoba ini hanya
salah satu aspek saja dari kasus-kasus lain seperti pelacuran yang
dilakoni warga negara Iran usia dini (gadis cilik belasan tahun).
Koran Tempo edisi 12 Desember 2002 pernah melaporkan hasil investigasi
wartawan BBC tentang profil pelacur cilik berusia 19 tahun (di tahun
2002, berarti kini usianya sekitar 29 tahun) yang sudah aktif melacur
sejak usia 11 tahun (berarti sekitar tahun 1994). Namanya Leilah,
penduduk kota Teheran ibukota Republik Syi’ah Iran. Leilah melacur untuk
bertahan hidup. Namun demikian, itu bukan satu-satunya alasan para
pelacur cilik turun ke jalan. Ada yang sengaja kabur dari rumah untuk
membebaskan diri dari kekangan, dan memilih jadi pelacur di jalan.
Kasus-kasus seperti terjadi pada
Leilah, tidak bisa banyak diungkap oleh media massa, karena pemerintahan
Republik Syi’ah Iran begitu ketat mengawasi kiprah para jurnalis
mancanegara.
Inikah gambaran sebuah negara yang makmur, yang “syari’ah Islam “ (?)
tegak di dalamnya? Pastinya bukan. Justru kontradiktif. Republik Syi’ah
Iran jauh dari gambaran sebuah negara yang Islami dan makmur. Namun
mengapa mereka begitu menggebu menyalurkan beasiswa kepada pemuda-pemudi
kita untuk bersekolah di Qum, Iran?
Sebagaimana diberitakan Republika online (edisi Kamis, 03 Maret 2011
16:18 WIB), ada sekitar 6000 hingga 7000 pemuda-pemudi kita yang belajar
Syi’ah langsung di Iran. Angka tersebut diungkap Ali Maschan Musa
(anggota Komisi VIII DPR RI). Jumlah itu jelas lebih besar dibanding
dengan jumlah pemuda-pemudi Indonesia yang belajar di Mesir (sekitar
4000-5000 orang).
Apa artinya? Kemungkinan besar Republik Syi’ah Iran sedang melakukan
serangan ke Indonesia secara aktif dan progresif melalui jalur pemberian
beasiswa. Dalam beberapa tahun ke depan para lulusan Syi’ah itu akan
kembali ke Indonesia. Tentu mereka akan terjun menjalankan misi sebagai
penjaja Syi’ah di Indonesia. Mereka pastinya akan memerangi akidah umat
Islam.
Saat ini saja Syi’ah sudah begitu berani mengangkangi umat Islam. Bahkan
MUI yang konon di dalamnya bersemayam sejumlah ulama ahlussunnah, tidak
berkutik oleh satu tokoh Syi’ah bernama Umar Shihab (abang kandung
Quraish Shihab). Bahkan NU yang selama ini paling lantang mengaku-aku
representasi ahlussunah, justru dipimpin oleh Said Agil Siradj (SAS)
yang sejak lama sudah menjadi pembela Syi’ah. Padahal SAS konon lulusan
bukan Qum. Belum lagi kiprah dan akrobatik argumen yang digelontorkan
Jalaluddin Rakhmat yang bukan lulusan Qum, namun menjadi tokoh pengusung
paham sesat syi’ah yang gigih sejak beberapa dekade belakangan ini.
Sebelumnya, umat Islam hanya mengenal segelintir lulusan Qum yang tampil
di depan publik, seperti Ali Ridho Al-Habsy cucu dari Habib Ali Kwitang
(1974), Umar Shahab (1976), kemudian dilanjutkan oleh generasi di
bawahnya seperti Abdurrahman Bima, Khalid Al-Walid, Muhsin Labib, Alwi
Husein, Muhammad Taqi Misbah dan sebagainya.
Dari perguruan tinggi swasta bisa disebut beberapa nama, seperti Zulfan
Lindan (aktivis HMI-MPO, alumnus Universitas Jayabaya, Jakarta, yang
pernah menjadi anggota DPR-RI dari PDI-P, dan kini aktif di Nasdem).
Dari perguruan tinggi negeri ada Haidar Bagir (lulusan Institut
Teknologi Bandung, yang pernah menjadi wartawan Harian Republika) yang
kini menjabat sebagai Presiden Direktur Mizan Group, dan Dosen Pemikiran
Islam di Islamic College. Dari Universitas Indonesia, ada nama-nama
seperti Agus Abubakar Al-Habsyi dan Sayuti As-Syatiri.
Masih ada nama-nama lain seperti O. Hashem, Husein al-Habsyi, Riza
Sihbudi, Sulaiman Marzuqi Ridwan, Dimitri Mahayana Syamsuri Ali, Ahmad
Baraqbah, Hasan Daliel al-Idrus yang sudah diidentifikasi sebagai
misionaris Syi’ah. Beberapa tahun ke depan umat Islam pasti kewalahan
menghitung dan menyebutkan misionaris syi’ah yang boleh jadi sangat
gigih menyebarkan paham sesatnya. Ini bukan sekedar penyusupan, tetapi
sudah sampai pada tahap PERANG.
Bukti lain, kalangan Syi’ah sudah mengelola sejumlah pendidikan mulai
tingkar dasar. Kalau dulu hanya kita kenal Pesantren YAPI (Bangil),
Pesantren Al-Hadi (Pekalongan), SMA Plus Muthahhari (Bandung dan
Jakarta), kini ada Islamic College for Advanced Studies (Jakarta),
Sekolah Lazuardi (Jakarta) dari playgroup hingga SMP, Madrasah Nurul
Iman (Sorong), Sekolah Tinggi Madina Ilmu (Depok), juga ada lembaga
Pendidikan Islam Al-Jawad.
Masih pula serangan Syi’ah itu dilancarkan melalui didirikannya lembaga
kebudayaan untuk menyebarkan paham sesat syi’ah. Sejak 2003 didirikan
Islamic Cultural Center (ICC) yang beralamat di Jl. Buncit Raya Kav. 35
Pejaten Barat Jakarta 12510. Dari ICC inilah didirikan Iranian Corner di
sejumlah perguruan tinggi Islam. Di Jakarta, Iranian Corner bisa
ditemukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Di Jogjakarta lebih banyak lagi, ada tiga
Iranian Corner, yaitu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bahkan kini Iranian Corner sudah mencapai belasan jumlahnya, yang
tersebar di sejumlah perguruan tinggi.
Sejumlah nama tokoh Syi’ah yang aktif di Islamic Cultural Center (ICC),
antara lain Umar Shihab, Quraish Shihab, Jalaluddin Rahmat, Haidar
Bagir, O. Hashem, Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.
Sejumlah keturunan Arab (Habaib) juga aktif menjadi penggerak ICC.
Boleh dibilang serangan Syi’ah ke tengah-tengah jantung umat Islam bagai
tak terkendali. Kasus Sampang (29 Desember 2011) boleh jadi hanyalah
riak kecil yang kemungkinan akan menjadi gelombang konflik horizontal
yang besar bila pergerakan paham sesat Syi’ah di Indonesia tidak bisa
diredam sejak SEKARANG JUGA.
Seorang mantan pengikut Syi’ah, Roisul Hukama, bahkan pernah mengatakan
bahwa Revolusi seperti yang terjadi di Iran, juga tengah dipersiapkan
kalangan Syi’ah di Indonesia. Salah satunya dengan menanam kader-kader
Syiah di berbagai ormas dan pemerintahan. Ini merupakan konspirasi
global. Apalagi, doktrin Imamah merupakan suatu kewajiban bagi paham
sesat Syi’ah ini, sehingga Imamah menjadi sesuatu yang wajib dan harus
diperjuangkan.
Persiapan untuk itu, nampaknya memang suatu yang bisa dirasakan, antara
lain dengan banyaknya lembaga-lembaga (yayasan) Syi’ah di Indonesia,
yang bisa ditemukan di banyak kota. Di Jakarta saja, yayasan Syi’ah
jumlahnya bejibun, seperti: Yayasan Fatimah (Condet, Jakarta Timur),
Yayasan Al-Muntazhar, Yayasan Al-Mahdi (Jakarta Utara), Yayasan Insan
Cita Prakarsa, Yayasan Asshodiq (Jakarta Timur), Yayasan Azzahra
(Cawang, Jakarta Timur), dan sebagainya.
Yang menarik perhatian, maraknya gerakan Syi’ah di Indonesia akhir-akhir
ini, dibarengi dengan maraknya penyelundupan narkoba yang dilakoni
warga negara Iran ke Indonesia. Para kurir narkoba itu bekerja untuk
bandar narkoba asal Iran yang telah lebih dulu mukim di Indonesia. Kalau
gerakan Syi’ah di Indonesia ini mempunyai korelasi positif dengan
maraknya penyelundupan narkoba, bisa dipastikan dampaknya akan sangat
dahsyat. Yaitu, kerusakan akidah dan kerusakan moral sekaligus: sebuah
kondisi sosial yang layak bagi terjadinya sebuah revolusi.
Ilustrasi LPPIMakassar dan poskota
(haji/tede/nahimunkar.com)
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2013
(644)
-
▼
May
(49)
- SYAHKAH SHOLAT DENGAN MELIPAT/MENYINGSINGKAN/MENGG...
- Penjarahan Hajar Aswad
- Menyentuh istri membatalkan wudhu?
- Hukum Anak Kecil Menjadi Imam Shalat Jamaah
- Doa Qunut & Maknanya
- Cara memasang Streaming Rodja TV di Blog
- Cara sujud sahwi
- Makna Taghut
- Manfaat Mengikuti Sunnah
- Hakikat Syi’ah dan Hizbullah
- Shalat Jumat bagi Wanita
- Hukum Mahar Uang Rp 2013
- Perjalanan Ruh Manusia Setelah Kematian
- Pantang Putus Asa!
- Download Murottal Terjemah Rodja
- Saat Perbedaan Pendapat Diakui
- Sikap Islami Menghadapi Kenaikan Harga BBM
- Apakah Sihir itu benar Ada?
- Beda Pendapat Dengan Calon Suami
- Bertaubat dari Pacaran
- Musibah Datang Boleh Jadi Karena Dosa
- [LENGKAP] DAFTAR/TABEL MAKANAN UNTUK PENDERITA KOL...
- Kebencian Yahudi Terhadap Malaikat Jibril
- Dasar shalat israq
- Ketika Amal Terhalang Sakit Atau Bepergian
- Apakah Said Aqil Siradj Tak Pernah Shalat Malam, P...
- Membaca Al Quran di Sisi Kubur
- Gembong Aliran Sesat Syiah Jalaluddin Rakhmat Meny...
- Tanggal dan Hari Baik Untuk Menikah
- Hadiah dari Koruptor, Bagaimana Hukumnya?
- Fatwa tentang wanita mengiklankan diri untuk dinikahi
- Iran, Narkoba dan Syi’ahnya Menyerang Indonesia
- Dr. SAID AQIL SIRADJ, DULU DAN KINI [Ketua Umum Pe...
- Keputusan Allah Pasti Lebih Baik
- KAJIAN KITAB MATAN JURUMIYAH
- Shalat Gerhana ketika Tidak Melihat Gerhana
- HUKUM MEMBUNUH SEMUT, KECOA, JANGKRIK DAN SEMISALNYA
- Print E-Book: Bekal-Bekal Pernikahan Menurut Sunna...
- Status Ijazah Ketika Ujian Mencontek
- Imam As-Syafii, Imam An-Nawawi dan Imam Ibnu Hajr ...
- BENARKAH MEREKA TIDAK BISA MEMBEDAKAN ANTARA SALAF...
- Kenapa Wanita Lebih Banyak Di Neraka Daripada Laki...
- Bolehkah Menggugurkan Mahar?
- Keutamaan ilmu agama
- Syubhat dan Bantahan Seputar Turunnya Nabi Isa
- Hikmah Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam
- ketika Syirik dan Bid'ah Dibela
- Hukuman Zina dan Larangan Membelanya,
- Apakah pintu ijtihad sudah tertutup ?
-
▼
May
(49)