Konsultasi Syariah – Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Berbagai
respon yang beraneka ragam mereka lakukan dalam menghadapi fenomena ini.
Sebagai orang yang beriman, kita tentu yakin bahwa Islam mengajarkan
aturan terkait masalah ini. Hanya saja ada yang tahu dan ada yang belum
tahu aturan itu.
Sebagai orang yang beriman, kita tentu yakin bahwa aturan syariah merupakan aturan yang paripurna. Aturan yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, meskipun bisa jadi tidak sejalan dengan logika kita. Ini penting untuk kita pahami, karena bisa jadi di antara kita ada yang merasa tidak puas dengan aturan ini. Bisa jadi di antara kita merasa aturan ini tidak sesuai dengan kepentingannya. Namun apapun itu, Anda perlu yakin bahwa aturan syariat harus dinomor-satukan. Dengan demikian, kita layak untuk disebut telah mendapat hidayah, karena kita mengambil sikap yang berbeda dengan mereka yang tidak sesuai aturan Alquran dan sunnah.
Sebagai orang yang beriman, kita tentu yakin bahwa aturan syariah merupakan aturan yang paripurna. Aturan yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, meskipun bisa jadi tidak sejalan dengan logika kita. Ini penting untuk kita pahami, karena bisa jadi di antara kita ada yang merasa tidak puas dengan aturan ini. Bisa jadi di antara kita merasa aturan ini tidak sesuai dengan kepentingannya. Namun apapun itu, Anda perlu yakin bahwa aturan syariat harus dinomor-satukan. Dengan demikian, kita layak untuk disebut telah mendapat hidayah, karena kita mengambil sikap yang berbeda dengan mereka yang tidak sesuai aturan Alquran dan sunnah.
لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ
“Sehingga semakin tersesat orang yang tersesat setelah mendapat
penjelasan dan hiduplah orang yang hidup (dengan hidayah) setelah
mendapat penjelasan.” (QS. Al-Anfal: 41)
Pertama, sesungguhnya Allah Dzat yang menakdirkan semua harga
Kasus naiknya harga barang, tidak hanya terjadi di akhir zaman. Fenomena ini bahkan pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam riwayat bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan,
Kasus naiknya harga barang, tidak hanya terjadi di akhir zaman. Fenomena ini bahkan pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam riwayat bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan,
يا رسول الله غلا السعر فسعر لنا
“Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik, maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
إن الله هو المسعر القابض الباسط الرازق وإني لآرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطلبني بمظلمة في دم أو مال
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat
yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang
Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam
keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan
kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad, Abu Daud,
Turmudzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan Al-Albani)
Dengan memahami hal ini, setidaknya kita berusaha mengedepankan sikap
tunduk kepada takdir, dalam arti tidak terlalu bingung dalam menghadapi
kenaikan harga, apalagi harus stres atau bahkan bunuh diri. Semua sikap
ini bukan solusi, tapi justru menambah beban dan memperparah keadaan.
Kedua, sesungguhnya kenaikan harga tidak mempengaruhi rezeki seseorang
Bagian penting yang patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jatah rezeki yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.
Allah menyatakan,Bagian penting yang patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Jatah rezeki yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ
لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ
بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syura: 27)Ibnu Katsir mengatakan,
أي: ولكن يرزقهم من الرزق ما يختاره مما فيه صلاحهم، وهو أعلم بذلك فيغني من يستحق الغنى، ويفقر من يستحق الفقر.
“Maksud ayat, Allah memberi
rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung
maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu, sehingga Allah
memberikan kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah
menjadikan miskin sebagian orang yang layak untuk miskin.” (Tafsir Alquran al-Adzim, 7:206)
Terkait dengan hal ini, jauh-jauh hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai mereka merasa rezekinya terlambat atau jatah rezekinya serat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا
النَّاسُ ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ،
فَلا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ،
وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna
jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian
terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah
rezeki dengan baik, ambil yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Baihaqi, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak dan disepakati Ad-Dzahabi)
Setelah memahami hal ini,
seharusnya tidak ada lagi yang namanya orang stres berlebihan ketika
mengalami ujian ekonomi. Apapun ujian yang dialami manusia, sama sekali
tidak akan mengurangi jatah rezekinya.
Namun satu hal yang perlu Anda
catat tebal-tebal, hadis ini sama sekali bukan untuk memotivasi Anda
agar tidak bekerja atau meninggalkan aktivitas mencari rezeki. Bukan
demikian maksudnya. Kita tidak tahu seberapa jatah rezeki kita, sehingga
tidak ada seorang pun yang mogok kerja, meninggalkan anak istri
terlunta-lunta, karena latar belakang keyakinan bahwa rezekinya sudah
dipatok harganya. Ini jelas pemahaman yang salah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan demikian, tujuannya agar manusia tidak terlalu ambisius
dengan dunia, sampai harus melanggar yang dilarang syariat. Kemudian
ketika terjadi musibah, manusia tidak sedih yang berlebihan, apalagi
harus stres.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer