بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: Redaksi Buletin Iqtiqomah
Kaum Yahudi adalah orang-orang kafir
yang kebenciannya kepada kaum muslimin sangatlah besar. Allah berfirman, “Sungguh engkau akan dapati orang yang
paling keras permusuhannya kepada kalian adalah orang-orang Yahudi dan kaum
musyrikin.” (QS. Al-Maidah: 82)
Mereka adalah kaum yang dimurkai
oleh Allah . Mereka terus berupaya agar ada di antara kelompok kaum muslimin
yang mengikuti mereka. Allah berfirman,
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada
kalian hingga kalian mengikuti agama mereka. ” (QS. Al-Baqarah:
120)
Allah melarang kita
berloyalitas dengan mereka. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin (teman dekat kalian); sebagian
mereka adalah pemimpin (teman dekat) bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di
antara kalian menjadikan mereka menjadi pemimpin (teman dekat), maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. ” (QS. Al-Ma`idah:
51)
Rasulullahb mengajarkan kepada kita
untuk senantiasa menyelisihi mereka. Beliau bersabda (yang artinya), “Panjangkanlah jenggot, selisihilah oleh
kalian orang-orang Yahudi.”
Akan tetapi sudah merupakan sunnatullah, akan ada orang-orang yang
mengikuti mereka. Beliau berkata:
“Kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga jika mereka masuk ke lubang dhabb
niscaya kalian akan mengikutinya.” Kami katakan: “Ya Rasulullah, apakah (yang
dimaksud) Yahudi dan Nasrani?” Beliau berkata: “Siapa lagi (kalau bukan
mereka)?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara amalan dan keyakinan
Yahudi yang diikuti sebagian muslimin,
1.
Ghuluw
Ghuluw artinya melampaui batas.
Adapun dalam syariat, artinya adalah melampaui batas dalam memuji dan mencela.
Ghuluw terjadi dalam masalah aqidah, ibadah, muamalah, maupun adat. Allah
berfirman, “Katakanlah:
‘Hai ahli kitab, janganlah kalian berbuat ghuluw (melampaui batas) dengan cara
tidak benar dalam agama kalian’.” (QS. Al-Ma`idah: 77)
Di antara bentuk ghuluw kaum Yahudi
adalah mengkultuskan dan menyembah manusia. Allah berfirman tantang
perbuatan Yahudi dan Nasrani,
“Mereka menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai rabb selain Allah.” (QS.
At-Taubah: 31)
Mereka mengkultuskan ‘Uzair,
sebagaimana firman Allah , “Orang-orang
Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.’ Orang-orang Nasrani berkata:
‘Al-Masih (Isa) adalah anak Allah.’ Itulah ucapan yang diucapkan mulut-mulut
mereka, menyerupai ucapan orang-orang kafir sebelum mereka.” (QS.
At-Taubah: 30)
Kemudian muncul di kalangan muslimin
orang-orang yang ghuluw terhadap Rasulullah dan orang-orang shalih.
Padahal Rasulullah berkata:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ
“Janganlah kalian mengultuskan aku,
sebagaimana orang-orang Nasrani mengultuskan Isa ibnu Maryam.”
Di kalangan umat ini ada kelompok
Sufi yang mengkultuskan Rasulullah , mengklaim bahwa beliau mengetahui ilmu
ghaib. Bahkan sebagian mereka menyatakan semua makhluk diciptakan karena Nabi
Muhammad . Padahal Allah menyatakan tentang hikmah diciptakannya jin dan
manusia,
“Tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS.
Adz-Dzariyat: 56)
Demikian juga kelompok Syi’ah yang
mengkultuskan orang-orang yang mereka anggap sebagai imam mereka. Di antara
bentuk pengkultusan mereka adalah meyakini bahwa imam mereka ma’shum (terjaga
dari kesalahan) dan mengetahui perkara ghaib. Khomeini (tokoh Syiah) berkata:
“Sesungguhnya termasuk perkara yang penting dalam madzhab kami, bahwasanya para
imam memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabun (yang
dekat) ataupun nabi yang diutus.”
Dalam kitab sesat mereka Al-Kafi
disebutkan: “Bab: Para imam mengetahui apa yang telah dan akan terjadi, serta
tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi mereka.”
Inilah ucapan-ucapan kufur yang
menunjukkan ghuluw kaum Syi’ah terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai
imam.
2.
Mentahrif Kalamullah
Tahrif maknanya memalingkan ucapan
dari makna yang dzahir kepada makna lain yang tidak ditunjukkan oleh konteks
kalimat, tanpa ada dalil yang menunjukkannya. Tahrif ada dua macam: tahrif
lafdzi dan tahrif maknawi.
Tafrif lafdzi ada tiga macam:
a.
Mengubah harakat, seperti mereka mentahrif firman Allah :
وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada
Musa secara langsung.” (An-Nisa`: 164)
Mereka membacanya dengan
me-nashab-kan/mem-fathah lafzhul jalalah sehingga dibaca: اللهَ sehingga maknanya
Nabi Musa-lah yang berbicara kepada Allah .
b.
Menambah satu huruf, seperti tahrif yang dilakukan ahlul bid’ah terhadap kata: اسْتَوَى (naik di atas) mereka tahrif menjadi
اسْتَوْلَى (menguasai).
c.
Menambah satu kata, seperti tahrif yang mereka lakukan dalam firman Allah :
وَجَاءَ رَبُّكُ (Rabb-mu datang) menjadi وَجَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ (perintah Rabb-mu datang).
Tahrif maknawi adalah mengubah makna
suatu kata tanpa mengubah harakat atau lafadznya. Sebagai contoh mereka memaknakan:
يَدُ اللهُ (tangan Allah ) dengan makna kekuatan Allah .
Tahrif adalah perbuatan orang-orang
Yahudi. Allah berfirman tentang mereka:
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
“Di antara orang Yahudi ada yang
mentahrif (menyelewengkan makna) firman Allah dari makna yang benar.” (QS. An-Nisa`: 46)
Di antara bentuk tahrif Yahudi,
ketika mereka diperintah untuk mengucapkan حِطَّةٌ (ampunilah) mereka malah mengucapkan حِنْطَةٌ (gandum).
Di kalangan umat ini muncul
kelompok-kelompok yang men-tahrif firman Allah untuk mendukung kebid’ahan
dan aqidah mereka yang rusak, seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, dan
ahlul bid’ah lainnya. Mereka melakukan tahrif lafdzi dan maknawi yang telah
diterangkan di atas.
3.
Menjadikan kuburan sebagai masjid
Di antara sebab dilaknatnya Yahudi
dan Nasrani adalah menjadikan kuburan sebagai masjid. Rasulullah
bersabda:
لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah melaknat Yahudi dan Nasrani
karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”
Rasulullah memperingatkan
umatnya dari perbuatan yang demikian. Beliau pernah berkata:
اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan
kuburanku sebagai berhala yang disembah.”
Namun muncul orang-orang Sufi dan
semisal mereka –seperti Rafidhah dan lainnya– yang mengagungkan kuburan-kuburan
dan menyembahnya. Mereka melakukan haul, thawaf, dan berbagai macam ritual yang
tidak diajarkan oleh Rasulullah .
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata: “Di antara bentuk ghuluw kepada kuburan dan penghuni
kubur adalah mendirikan bangunan di atas kuburan, memberinya lentera,
meletakkan kelambu padanya, menulisi nisannya, mengapur (mengecatnya) serta
bentuk ghuluw lainnya. Oleh karena itu, Rasulullah melarang semua
perbuatan ini.” (Syarh Masa`il Jahiliyyah, hal. 226)
4.
Berloyalitas kepada musuh-musuh Allah
Allah berfirman tentang
perbuatan Bani Israil (Yahudi),
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka berwala’ (berloyalitas) kepada orang-orang
yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka persiapkan
bagi diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal
dalam siksaan.” (QS. Al-Ma`idah: 80)
Allah telah mengharamkan
berloyalitas dengan orang kafir. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (teman
dekatmu); sebagian mereka adalah pemimpin (teman dekat) bagi sebagian yang
lain. Barangsiapa di antara kamu berwala’ (berloyalitas) kepada mereka
(menjadikannya sebagai pemimpin atau teman dekat), maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma`idah: 51)
Allah melarang kaum muslimin
melakukan perbuatan seperti Yahudi yaitu berloyalitas dan cinta kepada
orang-orang kafir. Allah berfirman, “Janganlah
orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (teman dekat)
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri
dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” (QS. Ali ‘Imran: 28)
Jelaslah bahwa memusuhi dan berlepas
diri dari orang kafir dan agama mereka adalah wajib. Prinsip al-wala` wal bara`
termasuk kewajiban dalam Islam yang paling besar.
Namun, ada beberapa pihak yang
menyatakan diri sebagai orang Islam, semisal orang Syi’ah Rafidhah dan kaum
Sufi sering membuka hubungan dan ber-wala` dengan orang kafir. Mereka tidak
segan-segan berkhianat untuk membantu orang kafir dalam menghadapi muslimin.
Pengkhianatan yang pernah mereka
lakukan merupakan satu di antara sekian banyak sejarah kelam mereka. Seorang
tokoh Rafidhah bernama Nashir At-Tushi membuat bait-bait syair menyanjung
Al-Mu’tashim, salah seorang pemimpin dari Bani Abbasiyyah. Tetapi ketika
pemimpin Tartar, Hulagu Khan punya kesempatan untuk membunuhnya, ia pun
memberikan isyarat untuk membunuhnya. Pengkhianatan inipun melibatkan seorang
Rafidhah lainnya yang bernama Ibnu Alqami. Dialah yang menyarankan Al-Mu’tashim
untuk mengurangi pasukan sehingga Hulagu bisa leluasa membunuhnya. (‘Aqidah
Ahlus Sunnah wa Mafhumuha, hal. 65)
5.
Sihir
Orang-orang Yahudi termasuk
orang-orang yang menggunakan sihir, bahkan salah seorang mereka telah menyihir
Rasulullah . Mereka telah membuang apa yang dibawa para rasul, lalu beriman
kepada kitab-kitab sihir, sebagaimana Allah terangkan,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang
Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka,
sebagian orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke
belakang (punggung)-nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah
Kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setanlah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS.
Al-Baqarah: 101-102)
Amalan Yahudi yang kufur inipun
diikuti oleh sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam. Sebagian mereka
mendalami ilmu sihir dan menjauhkan diri dari ilmu agama Allah .
6.
Beriman kepada sebagian ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengingkari sebagian
yang lain.
Allah berfirman menerangkan
sebagian sifat Yahudi, “Apakah
kalian beriman kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagiannya?”
(QS. Al-Baqarah: 85)
Mereka tidak beriman kecuali yang
sesuai dengan hawa nafsu mereka. Padahal keimanan mereka kepada sebagian ayat
Allah tidaklah bermanfaat bagi mereka jika mendustakan yang
lainnya. Asy-Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata:
“Termasuk orang yang
mengingkari sebagian ayat adalah orang yang menyatakan Al-Qur`an adalah
makhluk, baik lafadz dan maknanya. Atau menyatakan: Lafadznya makhluk, adapun
maknanya bukan; seperti ucapan Asy’ariyah. Ini semua adalah ucapan yang
mendustakan Al-Qur`an. Barangsiapa yang menyatakan Al-Qur`an adalah makhluk,
baik lafadz dan maknanya sebagaimana ucapan Jahmiyah; atau menyatakan bahwa
lafadznya makhluk sedangkan maknanya dari Allah , inipun kufur. Kecuali jika
yang mengucapkannya adalah seorang muqallid (orang yang taklid) atau muta`awil
(mentakwil) maka dia telah sesat. Karena Al-Qur`an adalah Kalamullah, baik
lafadz dan maknanya. Huruf-huruf dan maknanya, semuanya adalah Kalamullah…”
(Syarh Masa`il Jahiliyyah, hal. 170)
7.
Hiyal (tipu muslihat)
Di antara amalan Yahudi yang tercela
adalah melakukan hiyal dalam rangka menolak apa yang dibawa para rasul serta
menyelamatkan kekufuran dan kesesatan mereka. Hal ini mereka lakukan karena
tidak mampu menolak secara terang-terangan, sehingga mereka melakukan makar
secara tersembunyi. Allah berfirman tentang mereka, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya,
dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu
daya.” (QS. Ali ‘Imran: 54)
Ketika Rasulullah hijrah ke
Madinah dan menang dalam perang Badr, orang Yahudi tidak mampu menghalangi
manusia dari agama Nabi Muhammad . Mereka pun melakukan hiyal dan makar.
Sekelompok mereka berkata: “Masuk Islamlah kalian di awal siang, jika sudah di
akhir siang murtadlah kalian dari Islam. Ucapkanlah oleh kalian: ‘Tidak kami
dapati kebaikan di dalam agama Muhammad’, niscaya manusia mengikuti langkah
kalian karena kalian adalah ahlul kitab.
Allah membongkar makar mereka
ini dalam firman-Nya:
“Sekelompok ahli kitab (kepada sesamanya) berkata: ‘Perlihatkanlah
(seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang
beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada
akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran)’.” (QS.
Ali ‘Imran: 72)
Di antara bentuk hiyal dan makar
Yahudi adalah ketika mereka dilarang mengambil ikan di hari Sabtu. Maka mereka
memasang jaring (jala) di hari Jum’at dan mengambilnya setelah Sabtu. Allah
berfirman:
“Dan
tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka
ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan
di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.”
(QS. Al-A’raf: 163)
Inilah beberapa aqidah dan amalan
kaum Yahudi yang Allah terangkan kepada kita, kami sebutkan agar kita
menjauhinya. Hudzaifah berkata: “Dahulu para sahabat bertanya kepada
Rasulullah tentang kebaikan, adapun aku bertanya kepadanya tentang
kejelekan karena khawatir akan menimpaku.”
Seorang penyair berkata:
عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ
وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ وَقَعَ فِيْهِ
“Aku kenal kejelekan bukan untuk melakukannya, namun untuk
menjauhinya
Siapa yang tidak kenal kebaikan dari kejelekan, tentu akan
terjerumus padanya.”
Sebetulnya masih banyak kesesatan
yang dilakukan sebagian orang yang menisbatkan diri mereka kepada Islam,
seperti ucapan sesat orang-orang Syi’ah bahwa Al-Qur`an telah diubah. Ini juga
ucapan yang pernah dilontarkan kaum Yahudi (lihat kitab Lillah tsumma
Litarikh).
Demikian juga talbis
(mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan) yang banyak dilakukan ahlul
bid’ah, merupakan warisan Yahudi. Allah berfirman, “Dan janganlah kalian campur adukkan
yang haq dengan yang batil, dan janganlah kalian sembunyikan yang haq itu,
sedang kalian mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)
Mudah-mudahan apa yang kami tulis
ini bermanfaat. Dan mudah-mudahan Allah memberi taufiq kepada kita untuk
menjauhi jalan-jalan kesesatan Yahudi dan orang kafir lainnya. Wa akhiru
da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Rujukan : www.asysyariah.com, syarah
Masail Jahiliyah karya Dr. Syaikh Shalih Fauzan
----------------------
“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) dari sisi Rabbnya di hari kiamat hingga ditanya tentang lima hal. Tentang umurnya untuk apa ia gunakan, tentang masa mudanya pada apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan pada apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari ilmunya?” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2417, cet. Al-Ma’arif)
“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) dari sisi Rabbnya di hari kiamat hingga ditanya tentang lima hal. Tentang umurnya untuk apa ia gunakan, tentang masa mudanya pada apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan pada apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari ilmunya?” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2417, cet. Al-Ma’arif)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer