Assalamu’alaikum Ustadz semoga Allah menjaga antum semua
Saya
dahulu melakukan banyak maksiat, kemudian saya ingin melakukan
perbaikan pd diri saya, dan mulai membenahi diri, namun akhir2 ini saya
selalu merasakan was was seperti bisikan bisikan, akan tetapi saya
merasa itu seperti hati saya yg berbicara, namun sebagian hati saya
merasa membenci dan tak menginginkannya, bisikan itu adalah, mencela
Allah dan RasulNya, apakah ini was was syaithon atau apa? Bgmn cara
mengatasinya? Saya selalu merasa takut bahwa saya melakukan kekufuran
ini, sehingga membuat saya menderita karenanya. Terima kasih atas
jawaban dan perhatian Ustadz
Dari: Dadang Suherman
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ketika iblis di usir oleh Allah, dia bersumpah akan menggoda manusia dari segala arah.
قَالَ
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ( )
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ
أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis
menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’raf: 16 – 17)
Tak ketinggalan, godaan dalam bentuk bisikan hati untuk mengucapkan
kalimat kekufuran. Ini tidak hanya terjadi pada mukmin yang awam, bahkan
semacam ini terjadi pada diri para sahabat.
Syaikhul Islam mengatakan,
وكثيرا ما تعرض للمؤمن شعبة من شعب النفاق ثم
يتوب الله عليه . وقد يرد على قلبه بعض ما يوجب النفاق ويدفعه الله عنه .
والمؤمن يبتلى بوساوس الشيطان وبوساوس الكفر التي يضيق بها صدره
Seringkali muncul dalam diri
orang mukmin, salah satu diantara cabang kemunafikan, kemudian dia
bertaubat kepada Allah. Terkadang terlintas dalam hati orang mukmin,
kalimat kemunafikan, dan Allah menghilangkannya darinya. Orang mukmin
diuji dengan was-was setan, bisikan kekufuran yang membuat sempit
hatinya.
Kemudian Syaikhul Islam menyebutkan riwayat dari para sahabat,
كما قال الصحابة : يا رسول الله إن أحدنا
ليجد في نفسه ما لئن يخر من السماء إلى الأرض أحب إليه من أن يتكلم به فقال
« ذلك صريح الإيمان »
Sebagaimana yang diutarakan para
sahabat, ‘Wahai Rasulullah, kami terkadang menjumpai lintasan pikiran
pada diri kami, andaikan kami dijatuhkan dari langit, lebih kami sukai
dari pada mengungkapkan lintasan pikiran itu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar, “Itu bukti adanya iman.” (HR. Muslim 132, Abu Daud 5111, dan yang lainnya).
أي حصول هذا الوسواس مع هذه الكراهة العظيمة ، ودفعه عن القلب ، وهو من صريح الإيمان
“Maksudnya, munculnya bisikan
semacam ini, padahal para sahabat sangat membencinya, dan berusaha
menghilangkannya dari hati mereka, merupakan bukti adanya iman.
[Kitab Al-Iman 238, dinukil dari Kitab Tauhid Dr. Sholeh Fauzan, hlm. 25].
Ulama Sepakat, ini Bukan Kekufuran
An-Nawawi dalam karyanya, Al-Azkar, mengatakan,
الخواطر وحديث النفس إذا لم يستقر ويستمر
عليه صاحبه فمعفو عنه باتفاق العلماء، لأنه لا اختيار له في وقوعه ولا طريق
له إلى الانفكاك عنه
Lintasan pikiran dan bisikan hati, jika tidak mengendap dan tidak
keterusan berada dalam diri pelakunya, hukumnya dimaafkan, dengan
sepakat ulama. Karena munculnya kejadian ini di luar pilihan darinya.
Sementara tidak ada celah baginya untuk menghindarinya.
An-Nawawi melanjutkan,
وهذا هو
المراد بما ثبتَ في الصحيح عن رسول الله (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: ”
إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ
تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ “. قال العلماء: المراد به الخواطر التي لا
تستقرّ.
Inilah makna dari hadis shahih, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي ما حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ
Sesungguhnya Allah mengampuni untuk umatku terhadap apa yang terlintas dalam hatinya, selama tidak diucapkan atau dikerjakan. (HR. Muslim 127).
Para ulama mengatakan, ‘Maksud hadis adalah lintasan pikiran yang tidak menetap dalam hati.
An-Nawawi melanjutkan,
قالوا: وسواءٌ كان ذلك الخاطِرُ غِيبة أو
كفراً أو غيرَه، فمن خطرَ له الكفرُ مجرّد خَطَرٍ من غير تعمّدٍ لتحصيله،
ثم صَرفه في الحال، فليس بكافر، ولا شئ عليه.
Para ulama mengatakan, baik
bisikan itu berupa ghibah, atau kekufuran, atau yang lainnya. Siapa yang
terlintas dalam hatinya kekufuran, dan hanya sebatas lintasan tanpa
sengaja muncul, kemudian segera dia hilangkan, maka dia tidak kafir, dan
tidak bersalah sedikitpun.
[Al-Azkar An-Nawawi, hlm. 345].
Apa Yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Lintasan Kekufuran?
Pertama, jangan sampai diucapkan atau dipraktekkan
Demikialah sikap sahabat, sebagaimana diceritakan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa pernah datang beberapa orang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengatakan,
إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا
يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِه، قَالَ: «وَقَدْ
وَجَدْتُمُوهُ؟» قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ»
‘Kami menjumpai dalam diri kami
lintasan yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau
bertanya kepada mereka, “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” ‘’Itu
bukti adanya iman.” (HR. Muslim 132).
An-Nawawi menjelaskan,
معناه: استعظامكم الكلام به هو صريح الإيمان،
فإن استعظام هذا وشدة الخوف منه ومن النطق به، فضلاً عن اعتقاده إنما يكون
لمن استكمل الإيمان استكمالاً محققاً وانتفت عنه الريبة والشكوك
Makna hadis, kalian merasa berat
untuk mengucapkannya merupakan butk adanya iman. Karena dia merasa berat
mengucapkan kalimat semacam ini, disertai perasaan sangat takut untuk
mengucapkannya. Lebih-lebih dia dia yakini. Sikap semacam ini hanya ada
pada orang yang imannya kokoh dan teruji, sehingga hilang darinya segala
keraguan dan bimbang. (Syarh Shahih Muslim, 2/154).
Kedua, segera minta perlindungan kepada Allah dari godaan setan (baca ta’awudz)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ:
مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ
رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan
mendatangi kalian dan membisikkan: ‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa
yang menciptakan itu?’ sampai akhirnya dia membisikkan, ‘Siapa yang
menciptakan Tuhanmu?’ jika sudah demikian, segeralah minta perlindungan
kepada Allah, dan berhenti (tidak memikirkannya). (HR. Bukhari 3276 dan Muslim 134) .
Ketiga, jangan digubris
Barangkali inilah senjata paling ampuh untuk melawan was-was setan. Tidak mempedulikannya dan tidak menggubrisnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ:
مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ
رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan
mendatangi kalian dan membisikkan: ‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa
yang menciptakan itu?’ sampai akhirnya dia membisikkan, ‘Siapa yang
menciptakan Tuhanmu?’ jika sudah demikian, segeralah minta perlindungan
kepada Allah, dan berhenti (tidak memikirkannya). (HR. Bukhari 3276 dan Muslim 134) .
Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan,
أي عن
الاسترسال معه في ذلك، بل يلجأ إلى الله في دفعه ويعلم أنه يريد إفساد دينه
وعقله بهذه الوسوسة، فينبغي أن يجتهد في دفعها بالاشتغال بغيرها
“Maksudnya, berhenti tidak terus menerus memikirkan lintasan pikiran
itu. Namun dia pasrahkan kepada Allah untuk menghilangkannya. Dan dia
sadari bahwa setan hendak merusak agama dan pikirannya dengan bisikan
semacam ini. sehingga selayaknya dia berusaha menghilangkannya dengan
menyibukkan diri memikirkan yang lainnya. (Fathul Bari, 6/340)
An-Nawawi juga memberikan penjelasan yang semakna,
معناه الإعراض عن هذا الخاطر الباطل والالتجاء إلى الله تعالى في إذهابه
Maknanya, berpaling, tidak gubris dengan lintasan pikiran yang batil ini, dan pasrah kepada Allah untuk menghilangkannya.
Selanjutnya, An-Nawawi membawakan nasehat, dengan mengutip keterangan Al-Maziri,
قال
الإمام المازري رحمه الله ظاهر الحديث أنه صلى الله عليه وسلم أمرهم أن
يدفعوا الخواطر بالإعراض عنها والرد لها من غير استدلال ولا نظر في إبطالها
Al-Imam Al-Maziri rahimahullah mengatakan,
“Zahir hadis menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan mereka untuk menghilangkan lintasan pikiran itu dengan
berpaling dan tidak digubris, tanpa mencari-cari dalil atau merenungkan
bantahan untuk menilai salahnya lintasan itu.”
Dan benar apa beliau nasehatkan.
Lintasan kekufuran semacam ini hanya permainan setan, sehingga buat apa
menghabiskan waktu dengan mencari dalil atau ayat Al-Quran atau hadis
untuk membantahnya. Lebih dari itu, ini bukan termasuk kekufuran,
sehingga tidak perlu terlalu dipikirkan.
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer