Pertanyaan:
Yang
saya baca dalam hadis isra mi’raj disebutkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai di masjidil Aqsa, beliau
shalat mengimami para nabi yang lain. Bgmn beliau bisa shalat padahal
beliau belum mndapat perintah shalat?. Kan ketika itu beliau belum naik
ke langit. Matur nuwun jawabannya.
Jawaban:
Jawaban:
Pertama, bahwa syariat shalat sudah dikenal sebelum peristiwa isra’ mi’raj.
Pernah ada seseorang yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab
أَلَيْسَ
تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ؟ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، إِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ،
فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ
حَوْلًا حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ فَصَارَ قِيَامُ
اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ أَنْ كَانَ فَرِيضَةً
Pernahkah
anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah
mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat malam selama
setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat
akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan
untuk shalat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini, sehingga
shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewajiban. (HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127).
Kemudian keterangan lainnya juga terdapat dalam hadis panjang yang
menceritakan dialog antara Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia
mendapat surat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan,“Apa yang diperintahkan nabi itu kepada
kalian?”
Jawab Abu Sufyan, yang saat itu sedang berdagang di Syam,
يَقُولُ : اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ وَلَا
تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ ؛
وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ
وَالصِّلَةِ
Nabi itu mengajarkan, “Beribadahlah
kepada Allah semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun,
tinggalkan apa yang menjadi ajaran nenek moyang kalian. Dia
memerintahkan kami untuk shalat, zakat, bersikap jujur, menjaga
kehormatan, dan menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari 7 dan Muslim 1773)
Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
وهو يدل
على أن النبي كان أهم ما يأمر به أمته الصلاة ، كما يأمرهم بالصدق والعفاف
، ، واشتُهر ذلك حتى شاع بين الملل المخالفين له في دينه ، فإن أبا سفيان
كان حين قال ذلك مشركا ، وكان هرقل نصرانيا . ولم يزل منذ بُعث يأمر بالصدق
والعفاف ، ولم يزل يصلي أيضا قبل أن تفرض الصلاة
Kisah ini menunjukkan bahwa
perintah terpenting yang diserukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana beliau memerintahkan mereka
untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan… Ajaran ini menjadi terkenal
hingga tersebar ke berbagai pengikut agama selain islam. Karena Abu
Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan Heraklius beragama Nasrani.
Dan sejak diutus beliau senantiasa memerintahkan untuk bersikap jujur
dan menjaga kehormatan, beliau juga senantiasa shalat, sebelum shalat
diwajibkan (shalat 5 waktu). (Fathul Bari Ibn Rajab, 2/303).
Sebagian ulama mengatakan,
kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di waktu subuh dan 2
rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah – seorang tabiin,
muridnya Anas bin Malik –,
كان بدءُ الصيام أمِروا بثلاثة أيام من كل شهر ، وركعتين غدوة ، وركعتين عشية
Puasa pertama kali yang
diperintahkan adalah puasa 3 hari setiap bulan, dan shalat 2 rakaat di
waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore. (Tafsir At-Thabari, 3/501).
Meskipun ada ulama yang menolak keterangan Qatadah ini. Apapun itu, intinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah mengenal shalat sebelum peristiwa isra mi’raj.
Kedua, tidak ada keterangan yang jelas tentang tata cara shalat sebelum isra mi’raj.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang masalah ini, jawaban beliau,
الذي
نعلمه أن الرسول صلى الله عليه وسلم كان يصلي قبل المعراج في الصباح
والمساء بكرة وعشياً، وكيف كان يصلي؟ الله أعلم. ولا شك أنه كان يصلي إما
باجتهاد أو بوحي، إن كان بوحي فهو منسوخ، وإن كان باجتهاد فقد تبين الشرع
Yang kami tahu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan shalat sebelum
peristiwa isra mi’raj, di pagi dan sore hari. Bagaimana cara beliau
shalat? Allahu a’lam, yang jelas beliau shalat. Bisa jadi tata caranya
dengan ijtihad mereka atau berdasarkan wahyu. Jika tata cara shalat yang
beliau kerjakan ketika itu, berdasarkan wahyu maka statusnya telah
mansukh (dihapus) [dengan tata cara shalat yang saat ini]. Jika
berdasarkan ijtihad, syariat telah menjelaskan tata cara shalat yang
benar..
(Sumber: http://islamancient.com/play.php?catsmktba=22684)
(Sumber: http://islamancient.com/play.php?catsmktba=22684)
Hal yang sama juga yang
dipesankan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah. Ketika menanggapi pertanyaan
semacam ini, majlis fatwa mengatakan,
فلم يرد
فيما نعلم نقل صحيح ولا حسن يبين كيفية الصلاة التي كان رسول الله صلى
الله عليه وسلم يصليها قبل الإسراء والمعراج، وليس وراء العلم بذلك فائدة،
فنحن متعبدون بما أمرنا الله تعالى به وما استقر عليه الشرع بعد تمامه
Yang kami ketahui, tidak terdapat
keterangan yang shahih maupun hasan yang menjelaskan tata cara shalat
yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum
persitiwa isra’ mi’raj. Dan tahu masalah ini tidak memberikan banyak
manfaat. Karena kita beribadah kepada Allah sesuai dengan apa yang Allah
perintahkan untuk kita, dan yang sudah ditetap dalam syariat setelah
sempurna. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 41207).
Ketiga, tentang shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjadi imam nabi-nabi yang lain pada saat peristiwa isra mi’raj. Shalat apakah yang beliau lakukan?
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian isra’ mi’raj, diantara penggalannya,
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ
“Kemudian aku masuk masjid (Al-Aqsa) dan aku shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim 162).Syaikh Athiyah Shaqr pernah ditanya tentang shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjidil Aqsha, ketika peristiwa isra’. Kemudian beliau membawakan keterangan dari kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah dengan syarah Az-Zurqani,
وقد
اختُلف في هذه الصلاة، هل هي فرض أو نفل قال بعض العلماء إنَّها فرْض، بناء
على ما قاله النُّعماني، وقال البعض: إنها نفْل، وإذا قلنا: إنها فرْض،
فأي صلاة هي؟ قال بعضهم الأقرب أنها الصبْح، ويُحتمل أن تكون العشاء
Diperselisihkan tentang shalat
ini. apakah shalat wajib ataukah sunah. Sebagian ulama mengatakan wajib,
berdasarkan keterangan An-Nu’mani, dan sebagian mengatakan, shalat
sunah. Jika kita mengatakan itu wajib, lalu itu shalat apa? Sebagian
berpendapat, yang mendekati, itu shalat subuh, bisa juga shalat isya..
ada yang mengatakan itu terjadi sebelum mi’raj (naik ke langit) dan ada
yang mengatakan terjadi sesudah mi’raj.
Kemudian beliau membawakan keterangan As-Syami,
ليسا
بشيء، سواء قلنا صلَّى بهم قبل العروج أم بعده؛ لأن أول صلاة صلاها النبي ـ
صلى الله عليه وسلم ـ من الخَمْس مُطلقًا الظُّهر بمكة باتفاق، ومن حمل
الأوَّليَّة على مكةَ فعليه الدليل
Pendapat-pendapat ini tidak perlu
dihiraukan, baik pendapat yang mengatakan shalat jamaah itu sebelum
mi’rajj atau sesudah mi’raj. Karena shalat wajib 5 waktu yang pertama
kali dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara mutlak
adalah shalat zuhur di Mekah dengan sepakat ulama. Dan siapa yang
mengatakan ada shalat wajib pertama sebelum di Mekah maka dia harus
membawakan dalil..
Setelah cukup detail membawakan rincian perselisihan, beliau mengakhiri dengan nasehat,
ومهما يكن من شيء فالخلاف في هذا الموضوع ليست له نتيجة عملية
“Apapun itu, perselisihan dalam kasus semacam ini, tidak memiliki manfaat yang bisa diamalkan.”
Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/28523
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer