Anas bin Malik pernah mengatakan, “Hari Arafah lebih utama dari 10.000 hari-hari lainnya.”[1] Siapa saja yang berpuasa ketika itu akan mendapatkan ampunan dosa (yaitu dosa kecil) untuk dua tahun.
Mengenai hari Arafah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ
اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ
لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ
هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang
dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan
menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah
berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[2]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arafah adalah hari
pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa
saja yang sedang wukuf di Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yang
tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arafah
–yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh
dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya
sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada
hari Arafah.”[3]
Ibnu Rajab selanjutnya menjelaskan bahwa siapa yang ingin
mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa pada hari
Arafah, maka lakukanlah hal-hal berikut.[4]
Pertama: Melaksanakan puasa Arafah (bagi yang tidak berhaji). Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى
اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى
بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu
dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan
dosa setahun yang lalu.”[5]
Kedua: Menjaga anggota badan dari hal-hal yang diharamkan pada hari tersebut.
Ketiga:
Memperbanyak syahadat tauhid, keikhlasan dan kejujuran pada hari
tersebut karena semuanya tadi adalah asas agama ini yang Allah
sempurnakan pada hari Arafah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri
sering memperbanyak hal-hal tadi dan beliau menyebutkannya setelah
menyebutkan bahwa do’a pada hari Arafah adalah sebaik-baik do’a.
Disebutkan dalam hadits,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah. Dan
sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi
sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah,
lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang
menguasai segala sesuatu)”.”[6]
Keempat:Memerdekakan seorang budak jika
mampu. Karena barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukmin, maka
Allah akan membebaskan anggota tubuhnya dari api neraka karena anggota
tubuh budak yang ia merdekakan.
Kelima: Memperbanyak do’a ampunan dan
pembebasan dari api neraka ketika itu karena hari Arafah adalah hari
terkabulnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”[7]
Dan untuk mendapatkan pembebasan dari api neraka dan
pengampunan dosa, hendaklah pula dijauhi segala dosa yang dapat
menghalangi dari mendapatkan ampunan. Di antara yang harus dijauhi
adalah:
Pertama: Sifat sombong dan takabbur. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al Hadid: 23)
Sebagaimana pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ
“Allah tidak akan memandang siapa saja yang menjulurkan celananya (di bawah mata kaki) dengan sombong.”[8]
Kedua: Tidak terus menerus dalam melakukan dosa-dosa besar (al kaba-ir).[9]
Itulah yang dinasehatkan oleh Ibnu Rajab agar seseorang
bisa mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari
Arafah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari tersebut.
Ya Allah, terimalah setiap amalan kami di hari Arafah
yang mulia ini dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan
pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka. Sesungguhnya engkau
Maha Mengijabahi setiap do’a-do’a kami.
Segala puji bagi Allah yang dengan setiap nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id
[1] Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 489, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.
[2] HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.
[3] Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 482.
[4] Ini adalah penjelasan yang kami olah dari pemaparan Ibnu Rajab dengan sedikit penambahan dari kami.
[5] HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.
[6] HR. Tirmidzi no. 3585, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[7] Idem
[8] HR. Bukhari no. 5783, dari Ibnu ‘Umar.
[9] Lihat Latho-if Al Ma’arif, 493-496.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer