Oleh Al-Ustadz Muhammad Ali Ismah Al-Maidani hafizahullah
Bagi seorang yang ingin mengetahui kesesatan sebuah paham atau
kelompok hendaknya dia mengetahui terlebih dahulu mana pemahaman yang
benar dan mana pemahaman yang salah. Banyak kita saksikan seseorang
kebingungan bila dia mendengar atau membaca pernyataan bahwa : Ini
adalah pemahaman yang sesat dan itu adalah pemahaman yang menyeleweng!
Mengapa dia bingung. Hal itu terjadi tidak lain karena dia belum
mengetahui perkara yang benar dan yang salah. Kebingungan ini tidak
hanya melanda orang awam saja. Akan tetapi para pelajar, mahasiswa, dan
kalangan intelek pun mengalami hal yang sama. Untuk itu sudah seharusnya
seorang itu terlebih dahulu mengetahui kebenaran sehingga bila diajak
berbicara tentang firqah-firqah sesat semacam syi’ah, mu’tazilah,
jahmiyah, dan lain-lainnya tidak akan merasa heran. Begitu juga
berkaitan dengan tema yang akan kita angkat kali ini tentang jamaah
tabligh. Sudah semestinya seorang Muslim mempelajari kebenaran yang
terdapat pada manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah dan bagaimana sikapnya
terhadap jamaah ini.
Sesatkah Jamaah Tabligh?
Tidak diragukan lagi bahwa jamaah tabligh adalah suatu kelompok
dakwah yang telah menyebar kemana-mana. Tapi sebenarnya bagaimana jamaah
ini bila dilihat dengan kacamata ajaran Islam. Kalau kita menengok
sejarahnya, jamaah ini dirintis oleh Muhammad Ilyas Ad Diyobandi Al
Jisti Al Kandahlawi kemudian Ad Dahlawi. Dia adalah pendiri jamaah
tabligh di India. Dia pula yang merancang dan merumuskan ushulus sittah
(enam dasar) ajaran jamaah tabligh. Ini dengan isyarat gurunya, Rasyid
Ahmad Kankuhi Ad Diobandi Al Jisti An Naqsyabandi dan Asyraf Ali At
Tanuhi Ad Diobandi Al Jisti. (Lihat Al Qaulul Baligh fit Tahdzir min
Jama’atit Tabligh oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri halaman 24).
Kemudian dilanjutkan gerakan ini oleh anaknya, Yusuf. Dan pimpinan
mereka sekarang adalah In’amul Hasan. (Halaman 7) Jamaah ini dibangun di
atas empat jenis tarekat sufi : Jistiyah, Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan
Naqsyabandiyah. Di atas empat tarekat sufi inilah In’amul Hasan
membaiat para pengikutnya yang telah dianggap pantas untuk dibaiat.
(Halaman 7-8). Dari sini telah nampak jamaah tabligh tidaklah
mendasarkan pemahamannya kepada pemahaman Salaf Shalih sebagai dasar
pemahamannya pasti sesat. Dan berikut ini kita akan mendapatkan bukti
nyata kesesatan mereka. Penampilan zuhud jamaah tabligh telah menipu
sebagian besar kaum Muslimin sehingga ketika ada orang yang menyatakan
bahwa mereka adalah kelompok yang sesat tiba-tiba terkejut sambil
berkata : “Apakah orang-orang yang zuhud seperti itu sesat dan salah.!”
Rupanya, orang-orang seperti ini tidak paham pokok dan dasar Ahlus
Sunnah wal Jamaah dalam menilai sesat atau tidaknya suatu kelompok
tertentu. Mereka mengukur baik dan buruk hanya dari segi penampilan luar
tanpa melihat bagaimana keadaan dalamnya.
Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah orang yang arif dan
bijaksana. Mereka menghukumi kelompok atau perorangan tidaklah
berdasarkan hawa nafsu atau karena sakit hati tetapi dengan ilmu dan
bukti-bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan
semua makhluk. Berapa banyak orang-orang sufi yang berpenampilan
sederhana dan zuhud tidak luput dari kritikan dan kecaman pedas dari
para ulama. Mereka bisa menipu orang awam tapi jangan harap bisa menipu
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ahli Tarikh Islam, Al Imam Al Hafidh Adz
Dzahabi mengomentari tertipunya Al Manshur, seorang khalifah Bani
Abbasiyah karena ulah seorang tokoh mu’tazilah, ‘Amr bin ‘Ubaid.
Khalifah bersyair :
Semua kalian berjalan dengan perlahan-lahan
Semua kalian memburu buruannya
Kecuali ‘Amr bin ‘Ubaid
Imam Adz Dzahabi berkata : “Dia (Manshur) tertipu dengan kezuhudan
dan lagak keikhlasannya hingga dia melupakan kebid’ahannya.” (Lihat
Siyar A’lamin Nubala 6/105 dan Naqdur Rijal karya Syaikh Rabi’ halaman
12)
Ushulus Sittah
“Jamaah ini memiliki manhaj yang dijadikan dasar sebagai tempat
rujukan yang dinamakan Ushulus Sittah (enam dasar), Ushulus Sittah
tersebut berisi :
1. Merealisasikan kalimat thayibah Laa Ilaha Illallah Muhammadar Rasulullah.
2. Shalat dengan khusyu’ dan khudhu’ (penuh ketundukan).
3. Ilmu dan dzikir.
4. Memuliakan kaum Muslimin.
5. Memperbaiki niat dan mengikhlaskannya.
6. Keluar (khuruj) di jalan Allah.
Perhatikanlah wahai para pembaca yang budiman terhadap Ushulus Sittah
ini. Kemudian kita lihat apakah mereka berada di atas manhaj yang benar
dalam memahami, mempraktikkan, dan mendakwahkan dasar-dasar ini.
Sebelum kita membicarakannya, Anda harus mengetahui terlebih dahulu
bahwa Ushulus Sittah ini memiliki Kalimat Rahasia. Jika Anda telah
mengenalinya akan bisa –dengan ijin Allah– memahami semua pendapat dan
gerakan jamaah ini dengan mengembalikan semua ucapan dan perbuatan
tersebut kepada Kalimat Rahasia ini. Kalimat Rahasia itu adalah segala
sesuatu yang menyebabkan lari atau berselisih antara dua orang maka
harus diputus dan dilenyapkan dari manhaj jamaah ini.
Sekarang mari bersama saya membahas dasar yang pertama jamaah ini,
yaitu merealisasikan dua kalimat syahadat. Apakah Anda telah mengetahui
cara merealisasikan dua kalimat syahadat di atas.
Realisasi dua kalimat syahadat itu adalah dengan cara mewujudkan tiga
jenis tauhid, Tauhid Uluhiyah, Rububiyah, dan Asma’ was Sifat. Syaikh
Abdurrahman bin Hasan Alus Syaikh rahmatullah ‘alaihi mengatakan dalam
Kitab Fathul Majid halaman 84 :
“Ucapan beliau, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab : ‘Bab Siapa Yang
Merealisasikan Tauhid Akan Masuk Surga Tanpa Dihisab. Yaitu tanpa
diadzab.’ Saya (Syaikh Abdurrahman) katakan : Merealisasikannya adalah
(dengan cara) memurnikan dan membersihkannya dari noda-noda syirik,
kebid’ahan, dan kemaksiatan.” Setelah kita memahami makna kalimat tauhid
di atas dan Kalimat Rahasia yang ada pada mereka baiklah sekarang kita
lihat realisasinya pada jamaah ini. Mereka merealisasikan kalimat ini
dengan hanya berbicara sekitar tauhid Rububiyah saja. Mengapa demikian.
Karena hal itu tidak sampai menyebabkan terjadinya perpecahan, membuat
orang lari, dan berselisih antara dua orang Muslim.
Adapun kalau berbicara tentang tauhid Al Asma’ was Shifat maka akan
menyebabkan terjadinya perpecahan, membuat orang lari, dan perselisihan
karena di sana ada kelompok asy’ariyah, maturidiyah, jahmiyah,
hululiyah, ittihadiyah, dan Salafiyah. Mereka semua berbeda dalam
masalah ini. Dan dasar yang dijalani oleh jamaah tabligh dalam Kalimat
Rahasia ini bahwa sesuatu yang akan menyebabkan orang lari,
perselisihan, dan perpecahan antara dua orang maka harus dibuang dan
ditiadakan dari manhaj jamaah ini.
Demikian juga jenis ketiga dari bagian tauhid, yaitu tauhid Uluhiyah
maka pembicaraan dalam masalah ini diputus dan ditiadakan karena akan
menyebabkan terjadinya perpecahan dan perselisihan karena nanti ada yang
Salafi dan ada yang khalafi quburi. Yang pertama (Salafi, pent.) tidak
membolehkan seseorang bepergian ke kuburan, shalat di sisinya, (shalat)
ke arahnya, thawaf di situ, tawassul dengan orang-orang shalih,
istighatsah kepada mereka, dan seterusnya. Berbeda dengan yang kedua
(khalafi quburi, pent.), semua hal tadi boleh bahkan yang kita sebutkan
tadi adalah intisari agama mereka.
Oleh karena itu wahai saudaraku yang mulia, jika ada di antara mereka
yang menerangkan dasar ini tidaklah mereka mengatakan kecuali segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan kita, memberi rizki kepada kita,
memberi nikmat kepada kita, dan seterusnya yang berkaitan dengan tauhid
Rububiyah saja. Kita telah mengetahui bahwa yang namanya ilmu adalah
firman Allah, sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, serta
ucapan para shahabat, apakah dalam bidang aqidah, ibadah, muamalah,
akhlak, dan yang lainnya. Mereka menyatakan ilmu itu ada dua, ilmu
fadha’il yang berasal dari mereka dan ilmu masa’il yang berasal dari
para ulama yang berada di setiap negeri. Setiap orang yang khuruj
(keluar berdakwah) bersama mereka hendaknya mengambil (ilmu masa’il)
tersebut dari para ulama di negeri masing-masing.
Apakah Anda telah memperhatikan pembagian ini. Dan mengapa mereka
membolehkan seseorang berbicara tentang ilmu fadha’il dan melarang
berbicara ilmu masa’il bahkan menganjurkan orang yang khuruj bersama
mereka untuk mengambil ilmu tersebut dari para ulama di negeri
masing-masing. Karena ilmu yang pertama (fadha’il) tidak menimbulkan
perpecahan dan perselisihan, berbeda dengan yang kedua yang akan
menimbulkan perpecahan.
Dalam perkara amar ma’ruf nahi munkar mereka juga menggunakan senjata
Kalimat Rahasia ini. Mestinya amar ma’ruf nahi munkar itu diterapkan
dalam semua perkara akan tetapi mereka menerapkannya dalam perkara yang
sekiranya tidak menimbulkan perpecahan. Lalu bagaimana mereka
mempraktikkannya. Maka jawabnya dengan cara pemaparan, yaitu mereka
memaparkan hadits-hadits dan ayat-ayat yang berisi anjuran untuk
melaksanakan perbuatan itu atau meninggalkan perbuatan yang dilakukannya
tanpa menembus sisi aqidah. Mereka akan mengatakan kepada orang yang
meninggalkan shalat –misalnya– :[ “Sungguh beruntung orang-orang yang
beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al
Mukminun : 12)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam besabda : “Tidaklah setiap
hamba Muslim shalat untuk Allah di setiap harinya dua belas rakaat
tathawwu’ bukan fardlu kecuali Allah akan membangun untuknya sebuah
rumah di Surga.” Ini keutamaan shalat yang sunnah maka bagaimana dengan
yang fardlu.
Oleh karena itu bila ada orang yang bermaksiat ikut khuruj (keluar)
bersama mereka ingin merokok maka mereka membolehkannya bahkan
membelikan rokok untuknya. Demikian juga peminum arak mereka akan
membawakan botolnya. Dan kalau orang itu ingin mencukur jenggotnya
mereka akan berikan pisau cukur untuknya atau mereka akan membawanya ke
tukang cukur. Mungkin Anda akan berkata : “Ini hanyalah hal-hal yang
dilebih-lebihkan saja.” Maka saya katakan : “Semoga Allah memberi
hidayah kepadaku dan kepada Anda.” Cerita tidak sama dengan orang yang
menyaksikan. Lihatlah buku-buku yang mengkritik mereka, Anda akan dapati
perkara yang lebih aneh lagi.
Ketahuilah, mereka memiliki dua pertemuan rutin di malam Selasa dan
Rabu. Pertemuan pertama untuk orang-orang yang pulang dari khuruj. Pada
pertemuan pertama dihadirkan di hadapan mereka orang-orang yang ingin
diberi semangat untuk khuruj bersama mereka atau untuk mempengaruhi
mereka. Pertemuan kedua untuk menata khuruj pada waktu Ashar di hari
Rabu. Amir pertemuan berkata kepada salah seorang yang telah khuruj
–agar yang baru dan para pendengar mengetahui– : “Berapa hari Anda
khuruj.” Yang khuruj menjawab: “Saya khuruj selama 4 bulan di jalan
Allah.” Sang amir berkata : “Masya Allah! Di mana Anda habiskan semua
waktu Anda itu.” Yang khuruj menjawab : “10 hari di negeri-negeri Teluk,
20 hari di belantara Afrika, 1 bulan di Eropa, 1 bulan di Amerika
Selatan, 1 bulan di Asia Timur, India, dan Pakistan.” Maka sang amir
pertemuan berkata (perhatikan ucapannya) : “Masya Allah! Anda adalah dai
dan ketahuilah dai itu seperti awan yang datang ke bumi turun berupa
air hujan kemudian menyirami mereka. Berbeda dengan ulama, mereka itu
ibarat sumur, jika Anda merasa haus Anda harus menempuh perjalanan
sejauh 1 mil untuk mendatangi sumur itu maka Anda akan mati dulu sebelum
sampai ke sumur tersebut. Bahkan mungkin Anda tidak bisa minum karena
timba yang digunakan untuk mengambilnya tidak ada. Dan kalau Anda ingin
minum maka Anda harus datang ke pinggir sumur kemudian menimba dulu baru
engkau bisa minum.”
Apakah Anda merasa tergugah –seperti tergugahnya para pendengar
cerita itu– yang lebih memuliakan dai dari orang yang alim! Maka akibat
dari cerita ini jika salah seorang di antara mereka ingin duduk menuntut
ilmu, diceritakanlah kisah ini maka akhirnya diapun ingin menjadi awan
saja daripada menjadi sumur! Agar Anda tidak kebingungan setelah membaca
kisah ini maka harus diterangkan di sini kekeliruannya. Saya katakan
–dengan mengharapkan bimbingan Allah– : Ketahuilah –semoga Allah
membimbing kita kepada jalan-jalan kebaikan– bahwa awan yang turun
berupa hujan tidaklah menumbuhkan kecuali rerumputan untuk pakan ternak
pada umumnya dan hanya menumbuhkan rumput yang bersifat musiman. Bahkan
kalau hujan itu turunnya di bumi yang gersang atau tidak pada musimnya,
tidak bermanfaat. Dan kadang-kadang awan itu membawa kerusakan dan
menimbulkan kehancuran. Berbeda halnya dengan air sumur, dia bisa
dijadikan air minunm dan untuk bercocok tanam. Dan biasanya daerah yang
ada sumurnya kehidupan di sana lebih bertahan lama karena penduduknya
bisa bercocok tanam, minum, memanen hasil tanamannya, dan seterusnya.
Dan keberadaan sumur bisa memberi manfaat bagi orang yang tinggal di
situ dan bagi orang yang lewat apakah untuk diri mereka, tunggangan
mereka, untuk tanaman mereka, dan perbekalan mereka dengan cara disimpan
dalam bejana-bejana. Sumur, setiap saat airnya bersih, jernih, dan
harum, apakah Anda berpikir untuk meninggalkannya.
Ada kisah lain, mudah-mudahan semakin memperjelas kesesatan jamaah
ini. Diceritakan di hadapan para pemula yang ingin menuntut ilmu syar’i
bahwa salah seorang di antara mereka berkata : [ “Kemana Anda akan pergi
wahai fulan.” Maka yang lain akan menjawab : “Aku akan pergi belajar.”
Kemudian orang yang pertama tadi berkata : “Untuk apa.” Yang lain
berkata : “Agar aku mengetahui perkara yang halal dan haram.” Yang
pertama berkata : “Subhanallah, Anda tidak tahu perkara yang halal dan
haram.! Apakah anda tidak mendengar bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda : ‘Mintalah fatwa kepada hatimu meskipun banyak orang
yang memberi fatwa kepadamu.’ Subhanallah, sampai sekarang engkau tidak
mengetahui perkara yang halal dan yang haram padahal banyak binatang
yang mengerti tentang itu. Apakah Anda tidak melihat kucing ketika Anda
letakkan makanan di suatu tempat kemudian Anda pergi dan kembali lagi
sebentar setelah itu maka Anda akan lihat dia memakannya dan ketika
melihatmu dia akan lari. Berbeda dengan kalau Anda duduk di atas kursi
makanmu kemudian Anda letakkan di sebelahmu sesuatu makanan maka dia
akan makan dengan tenang di sebelahmu. Pada kasus yang pertama kucing
itu tahu bahwa dia terjatuh ke dalam perbuatan yang haram oleh karena
itu dia lari. Dan pada kasus yang kedua, dia tahu bahwa makanan yang
didapatkannya halal oleh karena itu dia makan bersamamu dengan tenang.
Wahai saudaraku, akal kaum Mukminin bisa membedakan mana yang halal dan
mana yang haram! Oleh karena itu mintalah fatwa kepada hatimu walau
banyak orang yang memberi fatwa kepadamu.!”]
Maka wahai saudaraku, apakah Anda setuju dengan permisalan seperti
itu. Tentunya bagi seorang Muslim dalam menentukan perkara halal/haram
dan perkara lain dalam urusan agama ini harus bersandar kepada Al Qur’an
dan As Sunnah. Sebab kalau masing-masing orang diberikan kebebasan
menentukan urusan agama ini sekehendaknya sendiri niscaya akan rusak
agama yang mulia ini. Adapun perkara minta fatwa kepada hati dalam
menentukan suatu permasalahan, hal ini kadang-kadang bisa diterapkan
dalam hal-hal yang memang belum jelas urusannya dalam agama ini. Dan
tentunya syaratnya dia harus seorang rasikh (mendalam) ilmunya dalam
Dien ini dan tidak dikhawatirkan hawa nafsu mempengaruhinya. Diceritakan
bahwa salah seorang tabligh berbicara memberikan semangat kepada para
pendengarnya untuk khuruj bersama mereka dengan meninggalkan anak,
istri, keluarga, harta, negeri, dan lain-lainnya : “Wahai saudaraku,
jika Anda meletakkan gula ke dalam gelas teh kemudian Anda tuangkan air
dan Anda minum tanpa mengaduk gulanya maka Anda tidak akan merasakan
manisnya gula. Dan jika Anda aduk maka akan merasakan manisnya gula.
Demikian halnya dengan iman di dalam hati setiap manusia. Iman itu ada
dan tidak akan bisa dirasakan manisnya oleh pemiliknya kecuali setelah
mengaduknya dengan bergabung dan khuruj bersama jamaah ini.” Saya
beranggapan, Anda akan segera membantah kisah ini dengan berkata :
“Subhanallah! Jadi iman itu ada di setiap hati manusia.! Hingga di
hati-hati orang munafik, kafir, dan murtad!” Dan barangkali Anda akan
berkata pula : “Subhanallah! Jadi para ulama, penuntut ilmu, dai, orang
awam dari kalangan pria dan wanita tidak akan merasakan manisnya iman
bila tidak ikut khuruj dengan kalian.!” Mungkin Anda akan juga berkata :
“Subhanallah! Bukankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
‘Tiga perkara, barangsiapa ada pada dirinya tiga perkara itu akan
merasakan manisnya iman : Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintainya dari selain keduanya, dia mencintai seseorang karena Allah,
dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah dia diselamatkan Allah
darinya sebagaimana dia benci kalau dilemparkan ke dalam neraka.’ (HR.
Muslim 1/66)
Terakhir akan saya tutup dengan sebuah kisah bagaimana mereka
mempermainkan syariat dan akal para pendengarnya. Amir khuruj membagi
kelompoknya pada hari Kamis pagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama,
tinggal di masjid membuat halaqah dzikir yang terus berkelanjutan hingga
semua kelompok pulang. Kelompok kedua menjadi kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 3 orang lebih. Tugasnya mengetuk pintu-pintu rumah
yang berdekatan dengan masjid dan mengajak mereka untuk hadir dan
bergabung dalam kegiatan jamaah ini dan agar mereka menghadiri bayan
(penjelasan) yang diadakan setelah Maghrib sampai Isya’. Dan sebelum
semuanya berpencar sang amir menceritakan kepada mereka kisah-kisah
untuk memberi pelajaran kepada mereka maka dia berkata : “Pernah pada
suatu saat sebuah kelompok ke suatu daerah. Setelah mereka dibagi
menjadi 2 kelompok berdiamlah kelompok pertama dalam masjid. Dan
kelompok kedua keluar mengetuk pintu-pintu rumah. Setiap kali mereka
mengetuk pintu, mereka tidak mendapati jawaban yang menyenangkan dan
sambutan yang baik. Tetapi mereka terus mengetuk pintu-pintu rumah dan
tetap saja tidak disambut dengan baik. Maka ada di antara mereka yang
berkata : ‘Periksalah iman kalian, wahai teman-teman!’ Maka merekapun
memeriksa iman mereka tapi mereka tidak mendapati cacat (!). Maka salah
seorang mereka berkata : ‘Mungkin teman-teman kita yang kita tinggalkan
di masjid lalai berdzikir kepada Allah.’ Maka mereka berkata : ‘Marilah
kita lihat mereka!’ Maka ternyata mereka dapati teman-teman mereka yang
ada di masjid lalai berdzikir kepada Allah. Saudaraku, apa yang terasa
di dalam dirimu kalau engkau khuruj bersama mereka kemudian mereka
menjadikanmu di halaqah masjid apakah Anda ketika mendengar kisah ini
akan lalai dari dzikir kepada Allah. Atau engkau akan berusaha dengan
keras agar Allah memberi taufiq kepada teman-temanmu yang di luar hingga
mereka membawa hasil.”
Tidak diragukan lagi, inilah terjadi. Terlebih lagi jika si tablighi
tadi menyandarkan perbuatannya itu dengan sabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bahwa : “Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu
rumah dari beberapa rumah Allah (masjid), membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka kecuali akan turun sakinah (ketenangan)
kepada mereka. Dan mereka akan diliputi rahmat, dinaungimalaikat, dan
disebut-sebut Allah pada hamba-hamba yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim
4/2074)
Maka menurut mereka, penghuni masjid seperti sumber listrik dan
kelompok kedua seperti lampu. Bila bergerak sumber listrik mereka akan
hidup. Dan kalau tidak bergerak lampunya akan mati. ] Apakah Anda pernah
mendengar permisalan seperti ini dan apakah Anda pernah melihat cara
berdalil seperti ini! (Quthbiyah oleh Abu Ibrahim halaman 4-12)
Kitab Rujukan Jamaah Tabligh
Syaikh Tuwaijiri berkata : “Kitab yang paling top di kalangan tabligh
adalah kitab Tablighin Nishshab yang dikarang oleh salah seorang tokoh
mereka yang bernama Muhammad Zakaria Al Kandahlawi. Mereka sangat
mengagungkan kitab ini sebagaimana Ahlus Sunnah wal Jamaah mengagungkan
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta kitab hadits lain.
Para tablighi (orang tabligh) menjadikan kitab ini sebagai rujukan
dan pegangan bagi orang India dan Ajam yang mengikuti mereka. Di dalam
kitab ini (Tablighin Nishshab) berisi kesyirikan-kesyirikan,
bid’ah-bid’ah, khurafat-khurafat, dan hadits-hadits yang palsu dan lemah
yang banyak sekali. Kitab ini sebenarnya adalah kitab yang jelek dan
jahat serta sarat dengan fitnah dan kesesatan. Orang-orang tabligh
menjadikannya sebagai rujukan untuk menyebarkan kebid’ahan-kebid’ahan
dan kesesatan mereka, melariskannya, dan memperindahnya kepada
orang-orang yang bodoh yang mereka (orang-orang tabligh -red) lebih
sesat dari binatang ternak … .
Dan termasuk juga yang mereka perindah adalah dengan mewajibkan
ziarah ke kubur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam setelah haji. Padahal
dalam perkara itu hanya bersandar dengan hadits-hadits yang palsu. Dan
orang tabligh memiliki kitab lain yang mereka jadikan sebagai pegangan
dan rujukan para pengikut mereka dari kalangan Ajam, India, dan
selainnya yaitu kitab yang bernama Hayatush Shahabah karya Muhammad
Yusuf Al Kandahlawi. Kitab ini juga sarat dengan hadits-hadits yang
palsu dan lemah. Dan ini termasuk kitab yang jahat, sesat, dan berisi
fitnah.” (Lihat Al Qaulul Baligh halaman 11-12)
Dinukil dari www.assunnah.cjb.net
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2012
(753)
-
▼
October
(116)
- Subhanallah Mulianya Permintaanmu
- Yuk tanyakan pada hati kita
- Mengerjakan Amal Sunnah VS Taat Orang Tua; Mana ya...
- Info: daftar TV Sunnah
- Bakat terkubur
- Hari Kebangkitan
- Biar tak Sepi Sendiri di Barzakh Nanti
- KETIKA LEHER KITA DISEMBELIH
- Awas! Film Kartun Giring Anak-anak ke Jurang Kemus...
- Curhatlah hanya kepada Allah
- Sesatkah Jama'ah Tabligh ???
- Hari Tasyrik
- Download Ebook Islam.CHM
- Download Maktabah Asy-Syamilah versi 3.5
- Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Menghina...
- Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahab...
- Pertanyaan Malaikat Pada Orang Yang Mati Tenggelam
- Jumlah Nabi dan Rasul
- Stop! Simpan Janjimu, Akhi!
- Cantiknya bidadari
- Cara menjadi wanita pendidik
- Perjalanan Cinta
- Istri Sering Main Facebook, Suami Marah
- Takfir, Bukan Masalah Ringan!
- Mengubah Niat Ketika Shalat
- Hadits Dhaif: Puasa ‘Arafah Seperti Puasa 1000 Hari
- Selamat Hari Raya Iedul Adha 1433 H
- Patungan Hewan Qurban
- Hikmah Memilih Jalan yang Berbeda ketika Berangkat...
- Tahukah Anda tentang Asal Mula Penyembahan Berhala?
- Sebaik-Baik Do’a, Do’a Hari Arafah
- Anjuran Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha
- Hukum Khitan dengan Laser
- Berikut adalah fatwa Lajnah Daimah tentang peristi...
- Menunda Menyembelih Qurban karena Idul Adha Pada H...
- Mau Dizinai atau Dinikah Mut’ah Sama Saja
- Sebab Mendapatkan Ampunan di Hari Arafah
- Berakibat Fatal, Menyoal Salafi Wahabi Secara Sala...
- Alhamdulillah!! Terbongkar, Kebohongan Idahram dan...
- Pantesan, Idahram Berani Ngawur Mengusung Syi’ah d...
- Mencacah Daging Qurban di dalam Masjid
- Jangan Pernah Menyepelakan Doa !!!
- Wajib Umrah Sekali Seumur Hidup
- Menunaikan Sembelihan Hadyu Sebelum Idul Adha
- Hukum Makan Daging Qurban Nadzar
- Apakah Orang Kafir Boleh Diberikan Hasil Qurban?
- Doa-doa menyembelih hewan korban
- Bila Hari ‘Ied Jatuh pada Hari Jum’at
- Panduan Shalat Idhul Adha
- Keutamaan Berpuasa pada 9 Hari Awal Dzulhijjah
- Orang yang Memotong Kuku Sebelum Menyembelih, Qurb...
- Syarat halalnya sembelihan ada 10:
- Model-Model Para Pengghibah
- Tidak Ada Istilah “Nganggur”
- Beda Zakat, Sedekah, Infak, Hibah, dan Hadiah
- Arisan Dalam Timbangan
- Tak Hanya Waktu yang Terus Berjalan
- Olah Raga Muslimah
- Hukum Menggunakan Handuk setelah Wudhu
- Arab Saudi dan Indonesia: Kamis Hari Arafah, Jum’a...
- Bersama Orang Tua Menuju Surga (Tafsir Q.S at-Thuu...
- Mengusir Jin Pengganggu dari Rumah
- 17 alasan ulama Islam mengkafirkan kaum Syi’ah
- Sebuah makna dari Qona’ah
- Di balik sebuah canda
- Bahtera yang Kandas
- Ujung Pakaianku, Penyapu Jalanan??
- Inilah Bahasa Arab!
- Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi
- Bahaya Syiah
- Melihat Orang di Bawah Kita yang Lebih Melarat
- Gambaran sebagian Ummat Islam, kenapa mereka tidak...
- Sst.., Ada group pelacuran mut’ah di Facebook!
- Luangkan Waktumu untuk Membaca Al-Qur’an!
- KPK dan Negeri Koruptor (Sebuah Nasihat)
- Keluar Paku dari Tubuh dan Cara Pengobatannya
- Saudariku, Inilah Kemuliaanmu!
- Fatwa Sesat Tidak Harus Dikeluarkan Secara Lembaga
- Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Adzan
- Istriku Bukan Bidadari, Tapi Aku Pun Bukan Malaikat
- bismillah..mari kita berubah
- BAHAYA SYI’AH SEBUAH REALITA
- Info:Streaming Radio Sunnah
- Menyemat Cinta di Hati Kekasih
- Ahli Taat & Ahli Maksiat
- Hukum Memanjangkan Kuku
- Makanan Bermanfaat Merawat Otak
- Saudariku… Kuingin Meraih Surga Bersamamu
- Tiada Maaf Bagimu
- Sembuh & Tobat Dari Islam Liberal
- Saat Sujud, Seorang Imam Masjid Mendengar Seruan P...
- Tata Cara Mandi Wajib
- Misteri Bunga Tujuh Rupa
- Sisa Makanan di Mulut Saat Shalat
- Bolehkah Shalat Dhuha Berjamaah
- Antara Aku, Dia dan Kalung Itu
- Pacaran Islami ?! Emang Ada ?!
- Resep Jitu Obat Anti Malas
- Panduan Shalat Istisqa (Video)
- Tipu Daya Setan
-
▼
October
(116)