Penulis mengenal banyak teman di sekolah dahulu. Sebagian mereka
membuat penulis takjub karena kemampuan mereka dalam menghafal, memahami
pelajaran dan kecerdasan. Puluhan tahun berlalu, dan tatkala Allah
pertemukan kembali dengan sebagian mereka, serasa hilang ‘kehebatan’
yang dahulu pernah mereka miliki.
Ada yang kondisi pengetahuannya relatif tak berkembang setelah
berselang sekian lama. Bahkan tak jarang yang kecerdasannya justru
menyusut, seakan potensi ilmunya terkubur begitu saja tanpa bekas.
Tanpa sadar angan-angan penulispun melambung, mengandaikan sekiranya
dahulu si fulan itu mengoptimalkan potensi kecerdasan yang Allah
anugerahkan kepada mereka.
Teringat masa kecil Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, ketika seorang ulama dari Suriah sengaja datang ke Damaskus
untuk melihat Ibnu Taimiyah kecil. Setelah bertemu, ia memberikan tes
dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu
Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula
ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula
mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut
berkata, “Jika anak ini hidup hingga dewasa, niscaya ia kelak mempunyai
kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya.”
Prediksi itu benar adanya, beliau menjadi ulama besar, dan menjadi
rujukan bagi kaum muslimin di zamannya dan sesudahnya.
Teringat juga masa kecil Imam Nawawi, yang telah tampak bibit-bibit
‘kehebatannya’ sejak kecil. Ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan
tidak suka bermain. Pernah suatu ketika ia dipaksa bermain oleh
teman-teman sebayanya. Namun ia menolak dan menangis karena paksaan
tersebut. Ia lebih suka menghafalkan Al-Quran daripada memenuhi ajakan
teman-temannya. Ketika Syeikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi, salah satu
ulama di zamannya memperhatikan keadaan an-Nawawi kecil, ia pun
mendatangi orang tuanya, berpesan bahwa anak ini diharapkan akan menjadi
orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan
manfaat yang besar kepada umat Islam. Dan Allah takdirkan prediksi itu
menjadi kenyataan.
Hal itu dikarenakan mereka menyambut potensi yang Allah berikan
tersebut dengan rasa syukur. Mereka tindaklanjuti dengan memupuk ilmu,
menyuburkannya dan menempuh segala hal yang bisa menyebabkan ilmu
berkembang dan berbuah. Seperti Imam an-Nawawi yang di masa mudanya
menghadiri 12 majlis ilmu setiap harinya. Maka bertemulah antara bakat
dengan tekad, melahirkan pengetahuan dan karya-karya amal yang
menakjubkan.
Meskipun tidak sehebat Ibnu Taimiyah ataupun Imam an-Nawawi, di
kalangan barisan para penuntut ilmu syar’i, kita juga sering
mendapatkan orang-orang yang dianugerahi kemampuan yang bagus,
kecerdasan yang lebih, yang membuat mereka sebenarnya pantas mendapat
kemuliaan ilmu. Hanya saja cita-cita mereka yang rendah menghancurkan
anugerah tersebut, menghilangkan eloknya keunggulan mereka. Mereka
merasa cukup dengan ilmu yang sedikit, tidak suka membaca dan menelaah,
malas menghadiri majlis ilmu dan terkungkun oleh aktivitas yang tidak
mendukung bertambahnya pengetahuan maupun amal kebaikan. Akhirnya, bakat
mereka terkubur.
Mereka layak untuk dikasihani, memiliki potensi besar, namun tidak mau
mengembangkan potensi diri. Ini mengingatkan kita akan perkataan
Al-Farra’ v, “Tidaklah aku menaruh belas kasihan pada seseorang melebihi
rasa belas kasihanku kepada dua orang; Seorang yang menuntut ilmu,
namun dia tidak mempunyai pemahaman, dan seorang yang paham tetapi tidak
mencarinya. Dan aku sungguh heran dengan orang yang lapang untuk
menuntut ilmu tetapi dia tidak belajar.” (Jami’ Bayanil Ilmi Wa Fadhlihi, 1/103)
Adapun orang pertama, jika memang ia telah bersungguh-sungguh
mengusahakannya, tiada cela baginya. Karena ilmu adalah karunia Allah
yang Dia berikan kepada siapapun yang Dia kehendaki. Bisa jadi Allah
membuka pintu kebaikan untuknya dari sisi yang lain. Dan dia tetap
mendapatkan pahala sesuai dengan jerih payahnya. Rasa kasihan terhadap
tipe pertama ini hanya dari sisi kauniyah, yang bersifat alami. Kita
merasa kasihan karena sudah bersungguh-sungguh mencari, namun belum
mendapatkan. Tapi secara syar’i, ia sudah menjalankan kewajiban, jerih
payahnya tetap terpuji.
Yang paling disayangkan adalah tipe orang kedua. Orang yang telah
diberi potensi lebih oleh Allah, namun ia sia-siakan begitu saja. Betapa
cepatnya mereka melepaskan potensi ini dan menghilangkan berkah
waktu-waktu mereka. Hal itu terjadi karena kufur nikmat. Dan kufur
nikmat itulah yang menyebabkan nikmat itu lenyap. Bukankah potensi
pendengaran, penglihatan dan hati yang Allah berikan kepada kita harus
kita syukuri? Dan di antara cara mensyukurinya adalah menggunakannya
untuk memperbanyak pengetahuan yang tadinya belum tahu menjadi tahu.
Allah berfirman,
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalamkeadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl: 78)
Banyak faktor yang memicu berpalingnya mereka dari nikmat kecerdasan
terus berproses. Alasan sibuk bekerja, ingin santai dan berleha-leha,
juga kesalahan asumsi bahwa belajar itu hanya sarana untuk mencari
pekerjaan. Namun inti dari banyak sebab di atas sekaligus menjadi pemicu
yang paling dominan adalah faktor ‘dunuwwul himmah’, rendahnya cita-cita.
Setelah membaca paparan ini, tidak selayaknya kita posisikan diri
sebagai orang dengan tipe pertama yang disebutkan oleh al-Farra’. Merasa
sebagai orang yang tidak berpotensi dan sudah berjuang secara
maksimal. Dengan sikap ini, bisa jadi kita justru membunuh potensi
diri, dan masuk dalam kriteria tidak mengenali nikmat apalagi
mensyukurinya. Bukankan jenis kecerdasan itu banyak ragamnya?
Maka, bagi yang melihat pada dirinya ada tanda-tanda keunggulan dan
kecerdasan, baik secara umum maupun khusus, tak selayaknya berpaling
dari ilmu. Atau, dia akan mengenyam kerugian yang besar. Seperti yang
dikatakan Imam asy-Syafi’i, “Barangsiapa yang tidak pernah merasakan
rasa pahitnya mencari ilmu, niscaya ia akan mengenyam pahitnya menjadi
orang bodoh sepanjang hayatnya.” Wallahu a’lam. (Abu Umar Abdillah)[]
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2012
(753)
-
▼
October
(116)
- Subhanallah Mulianya Permintaanmu
- Yuk tanyakan pada hati kita
- Mengerjakan Amal Sunnah VS Taat Orang Tua; Mana ya...
- Info: daftar TV Sunnah
- Bakat terkubur
- Hari Kebangkitan
- Biar tak Sepi Sendiri di Barzakh Nanti
- KETIKA LEHER KITA DISEMBELIH
- Awas! Film Kartun Giring Anak-anak ke Jurang Kemus...
- Curhatlah hanya kepada Allah
- Sesatkah Jama'ah Tabligh ???
- Hari Tasyrik
- Download Ebook Islam.CHM
- Download Maktabah Asy-Syamilah versi 3.5
- Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Menghina...
- Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahab...
- Pertanyaan Malaikat Pada Orang Yang Mati Tenggelam
- Jumlah Nabi dan Rasul
- Stop! Simpan Janjimu, Akhi!
- Cantiknya bidadari
- Cara menjadi wanita pendidik
- Perjalanan Cinta
- Istri Sering Main Facebook, Suami Marah
- Takfir, Bukan Masalah Ringan!
- Mengubah Niat Ketika Shalat
- Hadits Dhaif: Puasa ‘Arafah Seperti Puasa 1000 Hari
- Selamat Hari Raya Iedul Adha 1433 H
- Patungan Hewan Qurban
- Hikmah Memilih Jalan yang Berbeda ketika Berangkat...
- Tahukah Anda tentang Asal Mula Penyembahan Berhala?
- Sebaik-Baik Do’a, Do’a Hari Arafah
- Anjuran Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha
- Hukum Khitan dengan Laser
- Berikut adalah fatwa Lajnah Daimah tentang peristi...
- Menunda Menyembelih Qurban karena Idul Adha Pada H...
- Mau Dizinai atau Dinikah Mut’ah Sama Saja
- Sebab Mendapatkan Ampunan di Hari Arafah
- Berakibat Fatal, Menyoal Salafi Wahabi Secara Sala...
- Alhamdulillah!! Terbongkar, Kebohongan Idahram dan...
- Pantesan, Idahram Berani Ngawur Mengusung Syi’ah d...
- Mencacah Daging Qurban di dalam Masjid
- Jangan Pernah Menyepelakan Doa !!!
- Wajib Umrah Sekali Seumur Hidup
- Menunaikan Sembelihan Hadyu Sebelum Idul Adha
- Hukum Makan Daging Qurban Nadzar
- Apakah Orang Kafir Boleh Diberikan Hasil Qurban?
- Doa-doa menyembelih hewan korban
- Bila Hari ‘Ied Jatuh pada Hari Jum’at
- Panduan Shalat Idhul Adha
- Keutamaan Berpuasa pada 9 Hari Awal Dzulhijjah
- Orang yang Memotong Kuku Sebelum Menyembelih, Qurb...
- Syarat halalnya sembelihan ada 10:
- Model-Model Para Pengghibah
- Tidak Ada Istilah “Nganggur”
- Beda Zakat, Sedekah, Infak, Hibah, dan Hadiah
- Arisan Dalam Timbangan
- Tak Hanya Waktu yang Terus Berjalan
- Olah Raga Muslimah
- Hukum Menggunakan Handuk setelah Wudhu
- Arab Saudi dan Indonesia: Kamis Hari Arafah, Jum’a...
- Bersama Orang Tua Menuju Surga (Tafsir Q.S at-Thuu...
- Mengusir Jin Pengganggu dari Rumah
- 17 alasan ulama Islam mengkafirkan kaum Syi’ah
- Sebuah makna dari Qona’ah
- Di balik sebuah canda
- Bahtera yang Kandas
- Ujung Pakaianku, Penyapu Jalanan??
- Inilah Bahasa Arab!
- Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi
- Bahaya Syiah
- Melihat Orang di Bawah Kita yang Lebih Melarat
- Gambaran sebagian Ummat Islam, kenapa mereka tidak...
- Sst.., Ada group pelacuran mut’ah di Facebook!
- Luangkan Waktumu untuk Membaca Al-Qur’an!
- KPK dan Negeri Koruptor (Sebuah Nasihat)
- Keluar Paku dari Tubuh dan Cara Pengobatannya
- Saudariku, Inilah Kemuliaanmu!
- Fatwa Sesat Tidak Harus Dikeluarkan Secara Lembaga
- Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Adzan
- Istriku Bukan Bidadari, Tapi Aku Pun Bukan Malaikat
- bismillah..mari kita berubah
- BAHAYA SYI’AH SEBUAH REALITA
- Info:Streaming Radio Sunnah
- Menyemat Cinta di Hati Kekasih
- Ahli Taat & Ahli Maksiat
- Hukum Memanjangkan Kuku
- Makanan Bermanfaat Merawat Otak
- Saudariku… Kuingin Meraih Surga Bersamamu
- Tiada Maaf Bagimu
- Sembuh & Tobat Dari Islam Liberal
- Saat Sujud, Seorang Imam Masjid Mendengar Seruan P...
- Tata Cara Mandi Wajib
- Misteri Bunga Tujuh Rupa
- Sisa Makanan di Mulut Saat Shalat
- Bolehkah Shalat Dhuha Berjamaah
- Antara Aku, Dia dan Kalung Itu
- Pacaran Islami ?! Emang Ada ?!
- Resep Jitu Obat Anti Malas
- Panduan Shalat Istisqa (Video)
- Tipu Daya Setan
-
▼
October
(116)