Dinyatakan dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melaksanakan shalat id, beliau memilih jalan yang berbeda (ketika berankat dan pulang).” (HR. Bukhari no. 986).
Sebagai orang yang beriman, kita dianjurkan meniru Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun kita tidak mengetahui maksud dan hikmah dari perbuatan beliau. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sungguh telah ada teladan yang baik dalam diri Rasulullah, bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir, dan banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menegaskan:
“Ayat ini merupakan dasar pokok terkait sikap meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan, perbuatan, dan semua keadaan beliau. (Tafsir Ibn Katsir, 6:391).
Sementara itu, ulama berbeda pendapat tentang hikmah memilih jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang pada saat shalat Id.
Dalam Fathul Bari (2:473), al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan:
Ulama berbeda pendapat tentang makna hadis jabir tersebut dalam berbagai macam alasan. Saya temukan lebih dari 20 pedapat. Saya telah meringkasnya dan telah saya jelaskan keterangan yang lemah. Al-Qodhi Abdul Wahab al-Maliki mengatakan: “Ada banyak keterangan yang disebutkan dalam masalah ini. Sebagian mendekati kebenaran dan kebanyakan hanyalah ucapan kosong tanpa makna.” Berikut diantaranya:
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal itu agar kedua jalan tersebut menjadi saksi baginya. Ada yang mengatakan, agar penghuni dua jalan itu, baik jin maupun manusia, menjadi saksi bagi beliau.
- Agar keutamaan dua jalan itu sama, setelah beliau melewatinya.
- Karena jalan beliau menuju lapangan berada di sebelah kanan. Andai beliau balik lagi melalui jalan itu, berarti beliau kembali dengan mengambil arah kiri. Sehingga beliau memilih jalan lain.
- Untuk menampakkan syiar Islam atau menyemarakkan dzikrullah (bertakbir) di kedua jalan itu.
- Dalam rangka menimbulkan rasa marah dari orang munafik atau orang Yahudi. Ada juga yang mengatakan, beliau ingin menakut-nakuti orang munafik dan Yahudi, karena banyaknya orang yang bersama beliau. Ini yang dikuatkan Ibnu Batthal.
- Untuk menghindari makar atau rencana jahat dari penghuni salah satu jalan.
- Beliau lakukan itu untuk mengajarkan kepada para sahabat akan kegembiraan di hari ini. Atau agar para sahabat mengambil berkah dengan melintasnya beliau di jalan itu, ketika mereka melihat belilau, dan mengambil manfaat dari beliau, dengan bertanya, mengajarkan sesuatu, meniru sikap beliau, sedekah beliau, atau mendapatkan salam beliau ketika berjumpa.
- Untuk mengunjugi kerabat beliau dan menyambung silaturahmi dengan keluarga.
- Untuk menampakkan optimisme dengan menuju ampunan dan ridha Allah, sebagaimana beliau memilih jalan yang berbeda.
- Ketika berangkat, beliau bersedekah. Sementara ketika pulang, beliau sudah tidak membawa apapun. Sehingga beliau mencari jalan lain, agar tidak menolak orang yang meminta beliau. Namun ini pendapat yang sangat lemah.
- Jalan yang beliau lalui ketika berangkat itu lebih jauh dari pada jalan ketika pulang. Maka beliau ingin memperbanyak pahala ketika berangkat dengan memperbanyak langkah. Sementara ketika pulang, beliau percepat agar segera sampai rumah. Ini adalah pendapat ar-Rafi’i asy-Sayfi’i. Namun pendapat ini dinilai lemah, karena pahala langkah kaki juga dihitung ketika pulang.
- Sesungguhnya malaikat tersebar menunggu di setiap jalan. Maka beliau ingin menjadikan mereka sebagai saksi di dua jalan tersebut.
Sementara itu, Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma’ad (1:425), “Pendapat yang benar, hikmah memilih jalan yang berbeda ketika berangkat shalat Id adalah untuk itu semua atau untuk alasan lainnya, yang bisa jadi melatarbelakangi perbuatan beliau.”
Referensi: Fatwa Islam, no. 49010
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer