Banjir berupa air yang lewat bahkan menggenang sementara karena meluap dari salurannya, telah menimpa penduduk Jakarta.
Kepala
Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, DR. Sutopo Purwo Nugroho,
menjelaskan, banjir menggenangi 500 RT, 203 RW di 44 kelurahan yang
tersebar di 25 kecamatan. Jumlah penduduk yang terendam 25.276 KK atau
94.624. “Pengungsi mencapai 15.447 jiwa. Data sementara tercatat 5 orang
meninggal sejak Selasa (15/1) hingga hari ini. Pendataan masih
dilakukan,” ujarnya dalam rilisnya kepada Tribun, Kamis (17/1/2012).
Mereka
yang terkena musibah banjir itu berupaya untuk menyelamatkan diri dan
barang-barangnya. Kesedihan dan rasa cape hingga kelelahan, kurang
tidur, kurang makan- minum dan berbagai derita menyeliputi jiwa mereka.
Setelah
banjir surut, mereka harus cepat-cepat membersihkan lantai rumah
masing-masing yang biasanya tergenangi lumpur cukup tebal. Bila lumpur
yang masuk ke rumah-rumah itu tidak disiasati dengan cara didorong agar
ikut hanyut bersama surutnya banjir, maka kemungkinan bisa mencapai
hampir sedengkul. Dapat dibayangklan, betapa repotnya membersihkan rumah
yang penuh lumpur. Dan yang kadang lebih sedih lagi, baru saja mereka
bekerja keras membersihkan rumah dari genangan lumpur, tahu-tahu banjir
pun datang lagi. Hingga mereka harus lari mengungsi lagi sambil menunggu
detik-detik kapan mau surutnya banjir, untuk menggiring lumpur lagi.
Dapat dibayangkan, betapa cape’nya mereka. Belum lagi kalau lumpurnya
itu bau dan kotor banget, entah karena ada bangkai atau memang dari
selokan-selokan yang sangat kotor. Maka betapa melelahkannya dalam
membersihkannya.
Itulah limbah,
kotoran, dan lumpur yang mesti harus dibersihkan. Bahkan lumpur yang
menggenang di jalan-jalan raya setelah terkena banjir pun sangat
membahayakan bagi pengendara sepeda motor bahkan pejalan kaki. Betapa
banyaknya pengendara motor yang jatuh terpeleset akibat jalanan
berlumpur yang licin setelah banjir.
Demikianlah sifat banjir fisik yang melelahkan manusia.
Ada hikmah
Di
balik itu, ada hikmah. Bagi orang yang terketuk hatinya, mereka
memberikan bantuan apa saja untuk meringankan beban. Bila itu ikhlas
lillahi Ta’la maka insya Allah mereka yang mengulurkan bantuan itu
mendapatkan pahala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
berrsabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ(رواه عبد الرزاق ، وأحمد ، ومسلم ، وأبو داود ، والترمذى ، وابن ماجه ، وابن حبان عن أبى هريرة)
“Barangsiapa
meringankan satu kesusahan seorang muslim di dunia, maka Allah akan
meringankan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari
kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang sedang
kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan
di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong
seorang hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR Abdul Razzaq, Muslim, Abu Daud NO – 4295, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Abu Hurairah, shahih).
Demikian pula bila seorang Muslim yang tertimpa musibah itu bersabar, maka insya Allah baik baginya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “perkara
orang mu`min itu mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan
itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa
kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa
musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.” (HR Muslim NO – 5318).
Menimbulkan dosa
Sebaliknya,
musibah itu juga akan menimbulkan dosa bagi orang-orang yang tidak
tepat dalam menyikapinya. Misalnya, menggerutu sampai mencaci masa. Atau
sama sekali tidak peduli terhadap penderitaan sesama Muslim, bahkan
senang dengan penderitaan mereka. Atau bahkan lebih dari itu, misalnya
justru menggelapklan bantuan yang seharusnya sampai kepada muslimin yang
kena musibah. Sehingga banjir pun termasuk dalam ujian iman pula.
Banjir jenis lain yang lebih berbahaya
Ketika
banjir berupa air keruh yang menyisakan lumpur, maka manusia bersegera
membersihkannya. Bila tidak, tentu saja rumah-rumah akan tidak nyaman
lagi dihuni.
Coba kita bandingkan.
Bila banjir itu bukan air dan lumpur tapi adalah lontaran kata-kata yang
berisi lebih kotor dibanding lumpur-lumpur. Misalnya lontaran kata-kata
pembelaan terhadap kekufuran, kemusyrikan, kesesatan, kemusyrikan baru
dengan aneka macam istilah (liberalism agama, pluralism agama,
multikulturalisme dan sebagainya), yang semua itu mengotori iman; apakah
banyak manusia yang menyadarinya?
Apakah banyak manusia yang ingin membersihkan dari banjir lumpur berupa gelontoran kata-kata yang merusak iman itu?
Coba
kita bandingkan, seandainya ada orang yang sengaja mengalirkan air
comberan ke dalam rumah-rumah penduduk, dan di sisi lain ada orang-orang
yang menggelontorkan perkataan yang mengotori iman penduduk Muslimin.
Manakah yang akan ramai-ramai ditangkap dan mungkin langsung dipukuli?
Tentu orang yang sengaja mengalirkan air comberan ke dalam rumah
penduduk. Padahal, lebih jahat dan lebih bahaya mana? Tentu lebih jahat
dan lebih bahaya yang menyebarkan kata-kata yang merusak iman,
mempengaruhi untuk membela kemusyrikan baru, kekafiran, dan kesesatan
itu. Karena mereka jelas menjerumuskan manusia ke kemurkaan Allah.
Sedangkan Ummat Islam ini yang dicari adalah ridha Allah. Namun mereka
yang membanjiri Ummat Islam dengan pendapat-pendapat, kata-kata, bahkan
kebijakan yang mendukung kekufuran, kemusyrikan, dan kesesatan itu
menjerumuskan Ummat Islam ke kemurkaan Allah. Karena Allah murka
terhadap kekufuran.
وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ
Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; (QS Az-Zumar/39: 7).
Banjir
yang mereka bikin berupa gencarnya mempengaruhi Ummat Islam agar rela
terhadap kekafiran, kemusyrikan, dan kesesatan itu justru dilaksanakan
secara beramai-ramai oleh manusia-manusia durjana dan durhaka kepada
Allah Ta’ala namun berlagak seakan mengemban kepentingan bersama.
Sejatinya mereka lebih jahat dibanding orang yang menggelontorkan air
comberan ke rumah-rumah penduduk. Sayangnya, banyak Ummat Islam belum
mampu menyadari kejahatan mereka itu.
Banjir perusak iman lewat televisi
Sebagaimana
manusia tidak menyadari, banjir perusakan iman yang digelontorkan lewat
televise dengan aneka tayangan. Padahal akibatnya sangat dahsyat.
Betapa
ngerinya ketika kita menyadari limbah kotor yang digelontorkan televise
berupa tontonan wanita yang mengumbar aurat, berpakaian ketat atau
mini, pergaulan bebas dan sebagainya. Hinga para wanita di aneka tempat
kini telah menirukan tingkah artis dan pelawak yang sama sekali tidak
menjaga aurat bahkan moral.
Betapa
merajalelanya banjir dahsyat pengaruh mengumbar aurat dan berpakaian
ketat atau bahkan mini melanda wanita, padahal di kalangan mayoritas
Muslimin bahkan jumlahnya terbesar di dunia. Para wanita telah banyak
yang kasiyat ‘ariyat, berpakaian tetapi telanjang. Itu akibat derasnya
banjir perusakan moral dan iman lewat televise dan sebagainya. Padahal
betapa dahsyatnya ancaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap para wanita yang kasiyat ‘ariyat itu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada
dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat. (1)
Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk
memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan
bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus
pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena
sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah
dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta.
Wanita-wanita tersebut tidak masuk surga, dan tidak mendapatkan bau
surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan begini
dan begini.” (HR Muslim NO – 3971)
( ولا يجدن ريحها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا ) أي من مسيرة أربعين عاماً كما في رواية
التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى – (2 / 185)
“Wanita-wanita
tersebut tidak masuk surga, dan tidak mendapatkan bau surga. Padahal
bau surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan begini dan begini.”
Artinya dari jarak perjalanan empat puluh tahun sebagaimana dalam suatu
riwayat. (Al-Munawi, syarah Al-Jami’ As-Shaghir huruf shad).
Betapa
dahsyatnya bahaya yang melanda para wanita Muslimah akibat banjir yang
digencarkan aneka tayangan televise dan lainnya berupa perusakan moral
dan iman, hingga menjadikan para wanita mengikuti gaya pakaian syetan
yang sangat menyeret ke neraka. Namun, apakah para manusia peduli untuk
membersihkan itu semua? Atau bahkan menikmatinya?
Limbahnya lebih kotor dibanding banjir biasa
Banjir
yang sifatnya maknawi dengan merusak moral dan iman ini tidak diprotes
orang dan seolah tidak dibersihkan. Padahal limbahnya lebih kotor dan
lebih berbahaya dibanding lumpur banjir biasa. Namun kadang justru
bahaya besar itu diucapkan dengan kata-kata sambil cengengesan atau
bahkan dianggap tidak ada bahayanya, hingga enteng saja. Padahal
perkataan dan pengaruh yang mereka lontarkan sangat berbahaya.
Oleh karena itu Allah langsung yang mengancam mereka lewat Nabi-Nya yang bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
“Bisa
jadi seseorang mengatakan satu patah kata yang menurutnya tidak apa-apa
tapi dengan kalimat itu ia jatuh ke neraka selama tujuhpuluh tahun.”
Berkata Abu Isa: hadits ini hasan gharib melalui sanad ini. (HR At-Tirmidzi No 2236)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sungguh
seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridlai Allah,
suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah
mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan
mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang
ia tidak memperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam
neraka jahannam.” (HR Al-Bukhari no. 5997).
Mereka sejalan dengan Fir’aun tapi tanggung
Banjir
air dan lumpur mudah dibersihkan. Namun banjir suara dari mulut-mulut
yang membela kekafiran, kemusyrikan baru (sepilis, sekularisme,
pluralism agama, liberalism), dan kesesatan tidak mudah dibersihkan,
sedangkan bahayanya pun lebih besar.
Untuk apa mereka itu membela kekafiran, kemusyrikan baru, dan kesesatan?
Untuk
memadamkan Islam, walau mereka mengaku sebagai orang Islam, bahkan
tokoh, atau bahkan tokoh ormas Islam atau partai Islam. Memadamkan Islam
itu pun sia-sia, hanya akan menyengsarakan diri mereka sendiri. Allah
menyifati kejahatan mereka dengan firman-Nya:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ [التوبة : 32]
32. Mereka
berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS At-Taubah/9:32).
Ketika
manusia tidak becus mengatasi banjir dan lumpur, mereka masih
dimaklumi. Tetapi ketika tokoh-tokoh pembela kekafiran, kemusyrikan baru
dan kesesatan membanjiri Ummat Islam dengan kata-kata lewat media massa
yang juga menyerang Islam; maka tidak boleh dimaklumi, namun wajib
ditolak, dan disebarkan bahwa itu besar bahayanya bagi Ummat Islam. Dan
mudah-mudahan Ummat Islam yang menolak dan memberitahu kepada Ummat agar
tahu bahwa itu berbahaya ini termasuk orang-orang yang dinilai Allah
Ta’ala sebagai orang yang membela agama-Nya di hadapan para musuh-Nya.
Banjir
yang hanya membawa lumpur saja dibersihkan lumpurnya, apalagi banjir
jenis lain yang mengotori keimanan, maka harus dibersihkan. Sudah
siapkah wahai saudara-saudaraku?!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ [محمد : 7 - 9]
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
8. Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka.
9. Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang
diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala)
amal-amal mereka. (QS Muhammad/ 47: 7-9).
Betapa
beruntungnya Ummat Islam yang membela agama Allah. Sebaliknya, betapa
ruginya orang-orang yang memadamkan cahaya (agama Allah). Padahal
apa-apa yang mereka miliki berupa kepintaran, jabatan, ketokohan dalam
kekuasaan atau ormas atau partai, pengaruh, dan harta bila mereka
gunakan untuk membela agama Allah, maka betapa bagusnya. Namun sayang,
ternyata banyak orang yang justru menggunakan kepintarannya, jabatannya,
ketokohannya, pengaruhnya, hartanya dan sebagainya itu untuk memadamkan
cahaya (agama) Allah. Dan itu sifatnya tanggung. Tidak seberapa, namun
celakanya tidak beda dengan Fir’aun dan wadyabalanya. Betapa tercela dan
ruginya. Hidup di dunia ini seharusnya untuk mengumpulkan bekal untuk
hidup agar bahagia di akherat kelak, tahu-tahu sebagian banyak manusia
justru sebaliknya. Yakni hakekatnya mereka hanya menjermuskan diri
mereka sendiri, namun mereka tidak menyadari. Na’udzubillahi min dzalik!
(Hartono Ahmad Jaiz)
(nahimunkar.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer