Sebetulnya di dalam buku Sejarah Berdarah
ini juga sudah terdapat kontradiksi. Di satu sisi saudara Idahram
berusaha mencitrakan pemerintah Saudi Arabia sebagai pemerintah yang
sadis dan ganas layaknya Nazi Jerman yang dipimpin Hitler, bahkan lebih
kejam dari Hitler.
Namun di sisi lain, dia mengakui fakta-fakta akan pemuliaan dan penghormatan Kerajaan Saudi Arabia terhadap kaum muslimin.
Buktinya, sambutan yang baik dari
pemerintah Saudi terhadap tokoh-tokoh Nahdhatul Ulama (NU) yang sengaja
datang untuk mengkritik pemerintah Saudi. Tidak sedikit pun ada usaha
dari pemerintah Saudi untuk mencelakakan apalagi membunuh para delegasi
yang jelas-jelas aqidah dan amaliah mereka berbeda dengan apa yang
diyakini dan diamalkan oleh pemerintah Saudi, malah kritikan mereka
dalam masalah amaliah mazhab diterima dengan baik oleh pemerintah Saudi.
Dengan jujur[2] saudara Idahram berkata,
“Utusan para ulama pesantren,
alhamdulillah, berhasil dan diterima dengan baik oleh penguasa Saudi.
Raja Saudi menjamin kebebasan amaliah dalam mazhab empat di Tanah Haram
dan tidak ada penggusuran makam Nabi Muhammad Saw. (shallallahu ‘alaihi
wa sallam, pen).” (Sejarah Berdarah…, hal. 138)
Kebaikan pemerintah Saudi terhadap kaum muslimin dunia sudah tidak terhitung jumlahnya, termasuk Indonesia.
Ratusan masjid dibangun oleh pemerintah
maupun yayasan sosial yang mengumpulkan dana dari masyarakat Saudi serta
santunan fakir miskin dan pembuatan sumur-sumur sebenarnya sudah sangat
banyak. Hanya saja jarang diekspos oleh media.
Pemerintah Saudi juga membuka cabang universitas Muhammad bin Su’ud
di Jakarta untuk kaum muslimin Indonesia. Sampai saat ini, saya tidak
tahu ada sekolah di Indonesia yang dibangun oleh pemerintah mana pun di
dunia ini dengan menyewa dua buah gedung besar dan mewah untuk kaum
muslimin di Indonesia secara gratis. Bukan hanya itu, para mahasiswa
juga digaji, buku-buku diberikan secara gratis, asrama juga gratis. Para
santri dan pengajar pesantren-pesantren NU juga banyak yang sekolah di
sini, menikmati fasilitas yang diberikan pemerintah Saudi.
Cabang universitas Muhammad bin Su’ud
ini juga terdapat di negeri-negeri lain. Di dalam negeri Saudi sendiri,
saat ini ada ribuan pelajar muslim dari seluruh dunia, termasuk
anak-anak bangsa Indonesia, bahkan tidak sedikit santri-santri NU. Mereka belajar secara gratis plus digaji oleh pemerintah Saudi.
Ketika terjadi Tsunami Aceh dan Sumatera
Utara, negara Barat gembar-gembor di media massa mengumumkan
sumbangan-sumbangan mereka, padahal nilainya juga tidak terlalu besar,
itu pun ternyata sebagian besarnya berupa pinjaman. Diam-diam pemerintah
Saudi hampir tidak terekspos oleh media (entah sengaja atau tidak?!),
telah mengirim pesawat-pesawatnya ke Aceh yang mengangkut berbagai macam
bantuan. Beberapa media ketika itu menginfokan,[3]
“Rakyat dan pemerintah Arab Saudi
menyumbang US$530 juta (sekitar Rp. 4,8 triliun) untuk korban gempa dan
gelombang tsunami di Aceh dan Sumatra Utara. Semua sumbangan itu berbentuk hibah.
Dari total hibah itu, sebesar US$280 juta berupa uang tunai yang
terdiri dari sumbangan masyarakat sebesar US$30 juta. Sementara US$250
juta sisanya berbentuk makanan, obat-obatan, selimut, dan alat-alat
kedokteran.”
“Semua sumbangan itu merupakan hibah
(pemberian), bukan utang yang harus dibayar. Sumbangan berupa hibah ini
tentu saja lebih baik daripada sumbangan yang berupa utang. Karena utang
ini di kemudian hari akan menjadi beban masyarakat Indonesia. Meskipun
utang itu bersifat pinjaman lunak (soft loan), rakyat Indonesia tetap harus membayarnya,” ungkap salah seorang tokoh.”
Adakah bantuan Saudi untuk Palestina?
Benarkah tuduhan dusta lagi keji yang dihembuskan
saudara Idahram bahwa Saudi bekerjasama dengan Inggris hingga
Palestina berhasil dicaplok Yahudi?
Jawabannya, kenyataan yang ada sangat bertolak belakang dengan tuduhan dusta tersebut. Ketika hizbiyyun
masih sibuk berdemo untuk Palestina dan mengkritik fatwa ulama Saudi
akan haramnya demo, pemerintah Saudi dan masyarakatnya telah
mengumpulkan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk Palestina. Media
menginfokan,
“Raja Arab Saudi pada Senin mengumumkan
sumbangan senilai satu miliar dolar AS bagi pembangunan kembali Gaza
yang digempur secara ofensif oleh Yahudi selama beberapa pekan. ‘Atas
nama rakyat Saudi, saya umumkan sumbangan sebesar 1 miliar dollar bagi
program pembangunan kembali Gaza,’ kata Raja Saudi pada pembukaan
konferensi tingkat tinggi Arab di Kuwait.”
Ketika Amerika Serikat menekan Saudi untuk memboikot pemerintahan Palestina dengan tidak memberi bantuan, media memberitakan,
“Arab Saudi menegaskan bahwa mereka akan
tetap melanjutkan pemberian bantuan dana yang jumlahnya sekitar 15 juta
dollar AS tiap bulannya untuk pemerintah Palestina.”
Media lain menginfokan sumbangan seorang pengusaha,
“Seorang pengusaha Saudi yang menolak
untuk disebutkan identitasnya ini- pada hari Senin, sumbangkan 25 juta
Riyal untuk membantu rakyat Gaza.”
KEBAIKAN ULAMA SAUDI UNTUK KAUM MUSLIMIN DUNIA
Bukan hanya pemerintahnya yang berusaha
membantu Palestina, para ulama di Saudi pun mengeluarkan fatwa sebagai
dorongan kepada masyarakat dan kaum muslimin di seluruh dunia untuk ikut
membantu. Inilah fatwa ulama yang dituduh secara dusta dan keji oleh
saudara Idahram, bahwa mereka telah bersekongkol dengan Yahudi untuk
merebut Palestina.
Fatwa Lembaga
Resmi Untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts
Al-‘Ilmiyyah wal Ifta’ tentang Masalah Palestina
“Segala puji hanyalah milik Allah Rabb
semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita Muhammad dan kepada keluarga
beliau beserta para shahabatnya dan ummatnya yang setia mengikutinya
sampai akhir zaman. Wa ba’da;
Sesungguhnya Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Ifta’
(Dewan Tetap Untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa) di Kerajaan Saudi
Arabia mengikuti (perkembangan yang terjadi) dengan penuh kegalauan dan
kesedihan akan apa yang telah terjadi dan sedang terjadi yang menimpa
saudara-saudara kita muslimin Palestina dan lebih khusus lagi di Jalur
Gaza, dari angkara murka dan terbunuhnya anak-anak, kaum wanita dan
orang-orang yang sudah renta, dan pelanggaran-pelanggaran terhadap
kehormatan, rumah-rumah serta bangunan-bangunan yang dihancurkan dan
pengusiran penduduk. Tidak diragukan lagi ini adalah kejahatan dan
kedzaliman terhadap penduduk Palestina.
Dan dalam menghadapi peristiwa yang
menyakitkan ini wajib atas umat Islam berdiri satu barisan bersama
saudara-saudara mereka di Palestina dan bahu membahu dengan mereka, ikut
membela dan membantu mereka serta bersungguh-sungguh dalam menepis
kedzaliman yang menimpa mereka dengan sebab dan sarana apa pun yang
mungkin dilakukan sebagai wujud dari persaudaraan seagama dan seikatan
iman.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara”. (QS. Al Hujurat: 10)
dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain”. (QS. At-Taubah: 71)
dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Seorang
mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling
menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga bersabda, “Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan
kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada
satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan
tidak bisa tidur”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
dan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga bersabda, “Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzalimi
saudaranya, tidak menipunya, tidak memperdayanya dan tidak
meremehkannya”. (HR. Al-Imam Muslim)
Dan pembelaan bentuknya umum mencakup
banyak aspek sesuai kemampuan sambil tetap memperhatikan keadaan, apakah
dalam bentuk benda atau suatu yang abstrak dan apakah dari awam
muslimin berupa harta, makanan, obat-obatan, pakaian, dan yang lain
sebagainya.
Atau dari pihak pemerintah Arab dan
negeri-negeri Islam dengan mempermudah sampainya bantuan-bantuan kepada
mereka dan mengambil posisi dibelakang mereka dan membela
kepentingan-kepentingan mereka di pertemuan-pertemuan, acara-acara, dan
musyawarah-musyawarah antar negara dan dalam negeri. Semua itu termasuk
ke dalam bekerjasama di atas kebajikan dan ketakwaan yang diperintahkan
di dalam firman-Nya:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
“Dan bekerjasamalah kalian di atas kebajikan dan ketakwaan”. (QS. Al Ma’idah: 2)
Dan termasuk dalam hal ini juga,
menyampaikan nasihat kepada mereka dan menunjuki mereka kepada setiap
kebaikan bagi mereka. Dan diantaranya yang paling besar, mendoakan
mereka pada setiap waktu agar cobaan ini diangkat dari mereka dan agar
bencana ini disingkap dari mereka dan mendoakan mereka agar Allah
Subhanahu wa Ta’ala memulihkan keadaan mereka dan membimbing amalan dan
ucapan mereka.
Dan sesungguhnya kami mewasiatkan kepada
saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina untuk bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya, sebagaimana kami
mewasiatkan mereka agar bersatu di atas kebenaran dan meninggalkan
perpecahan dan pertikaian, serta menutup celah bagi pihak musuh yang
memanfaatkan kesempatan dan akan terus memanfaatkan (kondisi ini) dengan
melakukan tindak kesewenang-wenangan dan pelecehan.
Dan kami menganjurkan kepada semua
saudara-saudara kami untuk menempuh sebab-sebab agar terangkatnya
kesewenang-wenangan terhadap negeri mereka sambil tetap menjaga
keikhlasan dalam berbuat karena Allah Ta’ala dan mencari keridha’an-Nya
dan mengambil bantuan dengan kesabaran dan shalat dan musyawarah dengan
para ulama dan orang-orang yang berakal dan bijak disetiap urusan
mereka, karena itu semua potensial kepada taufik dan benarnya langkah.
Sebagaimana kami juga mengajak kepada
orang-orang yang berakal di setiap negeri dan masyarakat dunia
seluruhnya untuk melihat kepada bencana ini dengan kacamata orang yang
berakal dan sikap yang adil untuk memberikan kepada masyarakat Palestina
hak-hak mereka dan mengangkat kedzaliman dari mereka agar mereka hidup
dengan kehidupan yang mulia. Sekaligus kami juga berterima kasih kepada
setiap pihak yang berlomba-lomba dalam membela dan membantu mereka dari
negara-negara dan individu.
Kami mohon kepada Allah dengan
nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifat-Nya yang tinggi untuk
menyingkap kesedihan dari ummat ini dan memuliakan agama-Nya dan
meninggikan kalimat-Nya dan memenangkan para wali-Nya dan menghinakan
musuh-musuh-Nya dan menjadikan tipu daya mereka boomerang bagi mereka
dan menjaga ummat Islam dari kejahata-kejahatan mereka, sesungguhnya
Dialah Penolong kita dalam hal ini dan Dzat Yang Maha Berkuasa. Dan
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita
Muhammad dan kepada keluarga serta shahabatnya dan ummatnya yang
mengikuti beliau dengan baik sampai hari kiamat.
diterjemahkan dari http://www.sahab.net/home/index.php?threads_id=152
Bantuan kepada kaum muslimin di berbagai
penjuru dunia oleh ulama Saudi bukan sekedar fatwa belaka, namun
benar-benar diamalkan oleh para ulama tersebut. Diantaranya dalam
kisah-kisah berikut.
Keteladanan Mufti
Saudi Arabia dan Ketua Umum Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di Masanya,
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah
Ali bin Abdullah Ad-Darbi menceritakan:
“Ada satu kisah yang sangat berkesan
bagiku, pernah suatu saat berangkatlah empat orang dari salah satu
lembaga sosial di Kerajaan Saudi Arabia ke pedalaman Afrika untuk
mengantarkan bantuan dari pemerintah negeri yang penuh kebaikan ini,
Kerajaan Saudi Arabia.
Setelah berjalan kaki selama empat jam
dan merasa capek, mereka melewati seorang wanita tua yang tinggal di
sebuah kemah dan mengucapkan salam kepadanya, lalu memberinya sebagian
bantuan yang mereka bawa.
Maka berkatalah sang wanita tua, ‘Dari mana asal kalian?’
Mereka menjawab, ‘Kami dari Kerajaan Saudi Arabia’.
Wanita tua itu lalu berkata, ‘Sampaikan salamku kepada Syaikh Bin Baz’.
Mereka berkata, ‘Semoga Allah merahmatimu, bagaimana Syaikh Bin Baz tahu tentang Anda di tempat terpencil seperti ini?’
Wanita tua menjawab, ‘Demi Allah,
Syaikh Bin Baz mengirimkan untukku 1000 Riyal setiap bulan, setelah aku
mengirimkan kepadanya surat permohonan bantuan, setelah aku memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala’.”
dari Koran Al-Madinah, no. 13182
Salah seorang murid Syaikh bin Baz rahimahullah pernah bercerita,
“Pada suatu malam, ketika Syaikh bin Baz rahimahullah sedang shalat tahajjud,
tiba-tiba terdengar suara orang yang melompat ke rumahnya, maka Syaikh
pun membangunkan anak-anaknya untuk melihat apa yang terjadi, dan beliau
tetap melanjutkan shalatnya. Setelah beliau shalat, barulah
anak-anaknya mengabari bahwa telah ditangkap seorang pencuri, dia adalah
seorang pekerja dari Pakistan. Lalu Syaikh minta pencuri itu dihadirkan
ke hadapannya.
Pertama sekali yang beliau lakukan adalah
membangunkan tukang masak dan memasakkan makanan untuknya, setelah si
pencuri makan sampai kenyang, beliau memanggilnya dan berkata,
‘Kenapa engkau melakukan ini?’
Pencuri menjawab,
‘Ibuku di Pakistan saat ini sedang
dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya 10.000 Riyal, sedang saya
hanya memiliki 5.000 Riyal, maka saya hanya mau mencuri 5.000 Riyal.’
Maka Syaikh menghubungi salah seorang
muridnya yang berasal dari Pakistan untuk mencari kebenaran akan
perkataan si pencuri. Pada hari berikutnya, Syaikh telah mendapatkan
kebenaran atas pengakuan si pencuri. Beliau pun memberikan kepadanya
bantuan sebesar 5.000 Riyal dan menambah lagi 5.000 Riyal dengan
anggapan, kemungkinan dia membutuhkannya, maka total bantuan Syaikh
kepadanya sebesar 10.000 Riyal. Singkat cerita, pencuri ini kemudian
menjadi murid Syaikh dan selalu menyertai beliau sampai wafatnya.”
Disarikan dari ceramah, “Maqaathi’ Muatstsiroh; Ibnu Baz rahimahullah Ma’a As-Sariq.”
Abdullah bin Muhammad Al-Mu’taz
menceritakan: Asy-Syaikh Muhammad Hamid, Ketua Paguyuban Ashabul Yaman
di negeri Eretria berkisah,
“Saya datang ke Riyadh di malam hari yang
dingin dalam keadaan tidak punya uang untuk menyewa hotel. Saya
kemudian berpikir untuk datang ke rumah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Awalnya saya ragu, namun
akhirnya saya putuskan untuk pergi ke rumah beliau. Saya tiba di rumah
beliau yang sederhana dan bertemu dengan seorang yang tidur di pintu
pagar. Setelah terbangun, ia membukakan pintu untukku. Saya memberi
salam padanya dengan pelan sekali supaya tidak ada orang lain yang
mendengarnya karena hari begitu larut.
Beberapa saat kemudian aku melihat
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berjalan menuruni tangga sambil membawa
semangkuk makanan. Beliau mengucapkan salam dan memberikan makanan itu
kepada saya. Beliau berkata, ‘Saya mendengar suara anda kemudian saya
ambil makanan ini karena saya berpikir anda belum makan malam ini.
“Demi Allah, saya tidak bisa tidur malam itu, menangis karena telah mendapat perlakuan yang demikian baik.”
Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, hal. 27-28.
Subhanallah, inilah akhlak para
ulama yang sangat dibenci oleh para pelaku syirik dan bid’ah. Inilah
pemerintah yang dituduh ganas dan sadis oleh mereka yang membenci dakwah
tauhid dan sunnah.
Masih banyak lagi kebaikan pemerintah
Saudi dan ulamanya untuk kaum muslimin dunia yang tidak mungkin kami
ceritakan semuanya di sini.
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
YANG PERLU DICERMATI
Pembaca yang budiman, yang perlu dicermati dari buku Sejarah Berdarah ini, mengapa pada bagian awal buku dimulai dengan menjelek-jelekkan Salafi, tidak peduli walau harus berdusta?!
Jawabannya ada di akhir buku tersebut, yaitu agar kaum muslimin
berpaling dari manhaj (metode beragama) Salaf, yaitu memahami agama yang
mulia ini berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sesuai dengan
pemahaman Salaf.
Pada akhir bukunya, saudara Idahram membuat satu bab khusus untuk menolak manhaj Salaf dengan judul “Kerancuan Konsep & Manhaj Salafi Wahabi” yang insya Allah Ta’ala akan kami jawab dengan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat, penjelasan ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya.
Jadi masalahnya, ada pada fanatisme
terhadap kebid’ahan yang sangat bertentangan dengan jalan Salaf, jalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Penulisnya
tidak rela kalau umat Islam meninggalkan bid’ah dan mengikuti
manhaj Salaf. Maka dijadikanlah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah sebagai kambing hitamnya, sebab tidak mungkin dia berani
memcaci maki Salaf atau memperbanyak dusta atas nama Salaf dan memfitnah
mereka.
Oleh karena itu sebelum jauh kita
melangkah, perlu kami tegaskan, Salafi adalah pengikut Salaf, yaitu
Rasulullah Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
sahabat beliau. Bukan pengikut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah. Hanyalah kita mengikuti Syaikh ketika beliau mengikuti
manhaj Salaf. Jika beliau tersalah dalam satu masalah dan bertentangan
dengan manhaj Salaf, maka kita tidak mengikuti pendapat beliau.
Sehingga, “fakta-fakta” sejarah yang
berisi fitnah dan dusta itu, andaikan benar sekalipun, tidak ada
pengaruhnya sama sekali terhadap Salafi dan kewajiban mengikuti manhaj
Salaf. Artinya, andaikan tuduhan-tuduhan keji yang dialamatkan kepada
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu benar adanya,
sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk menjelek-jelekkan Salafi,
sebab Salafi telah ada jauh sebelum berdirinya Kerajaan Saudi Arabia dan
Salafi tidak hanya di Saudi saja.
Kalau kemudian ada yang mengaku-ngaku
Salafi lalu ternyata dia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
manhaj Salaf itu sendiri, tentunya tidak bisa kita menyalahkan manhaj
yang mulia ini, sebagaimana kita tidak bisa menyalahkan semua Salafi di
dunia ini.
Tetapi alhamdulilllah,
tuduhan-tuduhan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
hanyalah kedustaan dan kesalahpahaman belaka, maka patut kalau kami
membela seorang ulama yang terzalimi, meskipun tujuan utama kami dalam
buku ini bukanlah sekedar membela beliau melainkan untuk meluruskan
pemahaman yang menyimpang dari manhaj Salaf dan mengajak umat Islam
secara umum, khususnya penulis buku Sejarah Berdarah
dan kelompoknya untuk kembali kepada kebenaran, yaitu kepada manhaj
Salaf yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk diikuti.
Footnote:
[1] Kita tidak menutup mata, layaknya
manusia biasa, pemerintah dan ulama Saudi tentunya memiliki kesalahan
dan kekhilafan. Akan tetapi, orang yang berbudi tentu tidak mudah melupakan kebaikan saudaranya, sedangkan
orang yang tidak berbudi, alias tidak tahu balas budi, sulit bagi
mereka mengingat kebaikan orang lain, prasangka buruk mereka telah
menutupi semua kebaikan yang ada pada saudaranya, seperti kata penyair,
وعين الرضا عن كل عيب كليلة
كما أن عين السخط تبدي المساويا
“Pandangan simpati menutupi segala cela,
Pandangan benci menampakkan segala cacat.”
[2] Kali ini dia jujur, walau sebenarnya
dia banyak berdusta, sebagaimana yang telah kita buktikan sebelumnya dan
akan datang bukti-bukti kedustaannya yang lain, hadaahullah.
[3] Sengaja kami tidak menyebutkan nama-nama medianya di sini karena alasan syar’i, yaitu adanya pelanggaran-pelanggaran syari’at yang ada dalam media-media tersebut, sehingga kami khawatir ikut ta’awun
mengiklankan keberadaan media tersebut. Alasan lain, dalam masalah ini
penyebutan nama media tersebut bukan suatu hal yang darurat, terlebih
berita-berita ini sangat mudah disearch di internet.
Ditulis oleh Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray hafizhahullah dalam buku “Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan” penerbit TooBagus cet. kedua. Bantahan terhadap buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” karya Syaikh Idahram hadahullah.
Sumber : http://rizkytulus.wordpress.com/
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer