BIASANYA pada umumnya kita saat berbuka
puasa akan segera makan/minum begitu mendengar adzan magrib sudah
berkumandang. Sehingga tidak ada acara yang paling menarik yang
ditunggu-tunggu selain Adzan maghrib di bulan puasa. Karena itu Adzan
Maghrib sama artinya dengan buka puasa. Apalagi dianjurkan untuk
menyegerakan berbuka puasa dan melarang untuk mengundurkan. Maka segera
kita akan melihat di kereta-kereta orang segera ribut membuka minuman
dan makanan bekal untuk berbuka.
Tetapi hal itu tidak akan terjadi pada
saat buka puasa dengan komunitas kaum Syiah. Di komunitas Syiah, buka
puasa tidak sama artinya dengan adzan Maghrib, sebagaimana sebagaimana
orang Suni. Seperti acara buka puasa bersama yang diadakan di Komplek
Yayasan Islamic Cultural Centre ( ICC ) Al-Huda di Warung Buncit
(Jakarta Selatan) tidak jauh dari Republika, persis di samping Halte Busway Pejaten Phillips.
Ketika suara Adzan Maghrib terdengar
berkumandang dari Masjid yang tidak jauh dari Yayasan, para jamaah masih
terduduk mendengarkan ceramah. Bahkan Ustad yang memberikan ceramah
belum menunjukkan tanda-tanda ceramah akan selesai. Baru setelah suara
adzan tidak terdengar lagi penceramah selesai memberikan ceramah. Segera
berbuka ? tidak ! pak Ustad memberikan waktu bagi para jamaah untuk
mengajukan pertanyaan.
Pada saat adzan Maghrib dan ceramah itu
biasanya diketahui orang syiah atau bukan. Orang Sunni biasanya kalau
sudah adzan Maghrib duduknya mulai gelisah tidak tenang menunggu kapan
ceramah selesai, tetapi tidak begitu dengan orang Syiah. Orang Syiah
beranggapan menyegerakan berbuka tidak sama artinya dengan adzan maghrib
langsung makan/minum. Tetapi menyegerakan berbuka itu adalah
makan/minum sebelum adanya kewajiban berpuasa lagi, berarti hari
berikutnya.
Nah setelah ceramah selesai, dan
diperkirakan sisa-sisa sinar matahari tidak lagi kelihatan, baru para
jamaah dipersilahkan untuk berbuka. Biasanya bagi jamaah biasa,
kesempatan itu dipergunakan untuk sesegera mungkin mengambil
makan/minum, biasalah seperti pada umumnya orang Sunni, berupa kolak
atau apa saja yang juga kita jumpai dimana-mana. Tetapi bagi orang yang
(katakanlah orang saleh) biasanya segera merapat dan bersiap untuk
sholat Maghrib terlebih dahulu. Karena di Syiah dianjurkan untuk sholat
Maghrib terlebih dahulu dari pada berbuka puasa.
Adzan maghrib berkumndang ( Adzan-nya
sedikit berbeda dengan adzan-nya orang Sunni ) dan sholat Maghrib pun
tiba. Para jamaah yang biasa, segera kembali menuju barisan, setelah
berwudhu tentunya. Setelah Imam mengumandangkan iqamah, sholat magrib di
laksanakan. Iqamah yang membacakan imam, karena Imamlah yang mengajak
untuk sholat berjamaah.
Setelah sholat Maghrib selesai
dilanjutkan dengan sholat Isya’ berjamaah. Jangan salah duga, ini bukan
sholat kaum musafir. Pada fikih Syiah waktu sholat itu ada 3 waktu.
Waktu sholat Fajar (Shubuh), Waktu siang ( Dhuhur & Asar ) dan Waktu
sholat Malam ( Maghrib & Isya’). Waktu sholat Dhuhur & Asar
beriringan yang jarak keduanya tidak lebih dari 10-15 menit kira-kira
dari awal waktu dhuhur. Hal yang sama dengan jarak antara Maghrib dan
Isya. Tetapi Afdolnya wakatu sholat, sama seperti waktu sholat penganut
Sunni, yang pada umumnya orang Indonesia.
Jadi kira-kira, kalau Adzan Magrib di Jakarta pkl 17.50 maka buka puasa orang Syiah antara pkl 18.15 – 18.30.
Jadi kira-kira, kalau Adzan Magrib di Jakarta pkl 17.50 maka buka puasa orang Syiah antara pkl 18.15 – 18.30.
Acara makan besar selesai, para jamaah
segera bersiap pulang ke rumah masing-masing. Di Madzab Syiah tidak ada
Sholat Taraweh, yang ada sholat lail yang dikerjakan sendiri-sendiri di
rumah, seperti sholat biasa. Tetapi untuk qiyamul lail ini, di madzab
Syiah doanya panjang-panjang, bisa sampai tengah malam.
Di tahun yang lalu ada kejadian lucu. Ketika pemberi ceramah adalah seorang Ayatollah yang datang dari Iran, Ayatollah Syaikh Jakfar Hadi, jumlah jamaah yang datang melebihi kapasitas dan juga konsumsi yang disediakan.
Di tahun yang lalu ada kejadian lucu. Ketika pemberi ceramah adalah seorang Ayatollah yang datang dari Iran, Ayatollah Syaikh Jakfar Hadi, jumlah jamaah yang datang melebihi kapasitas dan juga konsumsi yang disediakan.
Tidak jelas apakah makanan itu model
Iran atau bukan, tetapi ada 3 bagian makan untuk makan besar yakni Nasi,
Lauk dan Lalap. Lalapannya itu mirip rumput dan tidak terbiasa aku
jumpai di orang penjual pecel lele/ayam di pinggir jalan. Karena yang
hadir diluar perkiraan maka panitia kewalahan juga. Mulanya rapi
dibagikan nasi, daging & lalapan. Bagi jamaah yang duduk di dekat
dengan jalur Sutra makan dapat satu set lengkap. Tetapi karena terlalu
lama menunggu orang yang agak jauh tidak sabar juga. Kalau ini sih
kelakukan lintas madzab, karena kekawatiran akan hajat hidup terganggu
hehehehe…, maka yang belakang segera maju dan meminta. Al-hasil panitia
semakin bingung dan asal-asalan. Akhirnya ada sekelompok jamaah yang
mendapat nasi saja, ada sekelompok yang mendapat lauk saja dan ada yang
mendapat Lalapan saja.
Aku termasuk orang yang mendapat lalapan
saja. Itu yang terhidang di depan kita. Karena hanya lalapan saja tentu
saja tidak dimakan. Dan iseng akupun mengumpulkan beberapa piring
lalapan itu menjadi satu dan terlihat seperti rumput di atas piring.
Banyak orang yang tersenyum memandang karena mirip dengan seonggok
rumput untuk makanan kambing.
Catatan: artikel di ambil dari pengakuan pengikut Syi’ah awam.
[sumber: http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/2012/11/berbuka-puasa-bersama-komunitas-syiah.html]
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer