Pertanyaan:
Sifat-sifat dan adab-adab bagaimanakah yang seharusnya dilakukan oleh orang yang meruqyah?
Jawaban:
Jawaban:
Bacaan ruqyah tidak akan berguna terhadap orang yang sakit kecuali dengan beberapa syarat:
Pertama:
Pantasnya orang yang meruqyah adalah seorang yang baik, shalih,
konsisten (istiqamah), memelihara shalat, ibadah, dizkir-dzikir, bacaan,
amal-amal shalih, banyak melakukan kebaikan, jauh dari perbuatan
maksiat, bid’ah, kemungkaran-kemungkaran, dosa-dosa besar dan kecil,
berusaha selalu makan yang halal, khawatir dari harta yang haram, atau
syubhat, karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Perbaikilah makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang doanya terkabul.”
“Beliau
menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan jauh, (rambut) kusust
berdebu, mengelurukan tangannya ke langit seraya (berkata), ‘Wahai
Rabbku, wahai Rabbku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, diberi makanan dengan yang haram, maka bagaimana bisa
dikabulkan karena hal itu.”
Makanan yang halal termasuk di
antara penyebab dikabulkan doa. Di antaranya lagi adalah tidak
menentukan upah atas orang yang sakit, menjauhkan diri dari mengambil
upah yang lebih dari kebutuhannya. Maka semua itu lebih mendukung
kemanjuran ruqyahnya.
Kedua: Mengenal
ruqyah-ruqyah yang dibolehkan berupa ayat-ayat Alquran seperti
al-Fatihah, al-Mu’awwidzatain, dan akhirnya, ayat Kursi, akhir surat
at-Taubah, permulaan surah Yunus, permulaan surah an-Nahl, akhir surah
al-Isra, permulaan surah Thaha, akhir surah al-Mu’minun, permulaan surah
ash-Shaffat, permulaan surah Ghafir, akhir surah al-Jatsiyah, akhir
surah al-Hasyr. Dan di antara doa-doa Alquran yang disebutkan terdapat
dalam al-Kalim ath-Thayyib dan seumpamanya, disertai meludah
sedikit setelah membaca, dan mengulangi ayat tersebut sebagai tiga kali
umpamanya, atau lebih banyak lagi.
Ketiga: Orang
yang sakit adalah orang yang beriman, shalih, baik, takwa, konsisten
(istiqamah) atas agama, jauh dari yang diharamkan, maksiat, sifat
aniaya, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan
Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zhalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra: 82)
Dan firman-Nya,
“Katakanlah,
‘Alquran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka.” (QS. Fushshilat: 44)
Biasanya tidak begitu berpengaruh terhadap ahli maksiat, meninggalkan kewajiban, takabbur, sombong, melakukan isbal (menjulurkan pakaian hingga menutupi mata kaki, pen.), mencukur jenggot, ketinggalan shalat dan menundanya, melalaikan ibadah dan seumpama yang demikian itu.
Keempat: Orang yang sakit
meyakini bahwa Alquran adalah penawar, rahmat, dan obat yang berguna.
Apabila ia ragu-ragu, maka hal itu tidak ada gunanya. Misalnya ia
berkata, “Cobalah ruqyah. Jika bermanfaat, alhamdulillah dan jika tidak
bermanfaat juga tidak apa-apa.” Tetapi ia harus yakin dengan mantap
bahwa ayat-ayat tersebut benar-benar bermanfaat dan sesungguhnya
ayat-ayat itulah penawar yang sebenarnya, sebagaimana yang dikabarkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka, apabila syarat-syarat ini telah terpenuhi, niscaya bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Fatwa Syaikh Abdullah al-Jibrin yang beliau tanda tangani
Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, Darul Haq Cetakan IV
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer