Malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Karunia dari Rabbul ‘alamin
kepada para hamba-Nya yang mencintai ketaatan kepada-Nya. Keutamaan dan
keistimewaannya masyhur di tengah kita semua. Lalu, bagaimana
memburunya?
Tips Dalam Berburu Lailatul Qadar
Komisi Tetap Penelitian dan Fatwa Saudi Arabia yang diketuai oleh
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz memberikan beberapa tips untuk berburu
lailatul qadar :
Pertama : Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan
kesungguhnya yang lebih dari pada malam-malam sebelumnya dalam
mengerjakan shalat, membaca Al Qur’an, dan berdo’a. Sebagaimana hadits
diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam jika memasuki sepuluh malam akhir bulan Ramadhan, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya dan mengencangkan kain sarungnya.
Juga dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan kesungguhan yang berbeda dari pada malam-malam sebelumnya.
Kedua : Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menghasung
umatnya untuk mengerjakan shalat malam dengan dasar keimanan yang
mengharapkan pahala yang besar. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa
mengerjakan shalat malam pada malam lailatul qadar karena iman dan
mengarapkan pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Al Jama’ah kecuali Ibnu Majah)
Hadits ini merupakan dalil disyariatkannya menghidupkan malam di sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan shalat malam.
Ketiga : Do’a yang paling afdhal untuk diperbanyak dibaca ketika malam lailatul qadar adalah do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu ’anha. Sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan At Tirmidzi yang juga beliau nilai shahih, dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha ia berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana jika seandainya saya mengetahui bahwa suatu malam
adalah malam lailatul qadar. Apa yang saya baca ketika itu?” Rasulullah bersabda,
“Bacalah : ‘Allāhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Maaf, dan Engkau menyukai
permintaan maaf, maka ampunilah aku)’”
Keempat : Mengkhususkan suatu malam dari malam-malam Ramadhan
bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar itu membutuhkan dalil yang
jelas. Namun secara umum, malam-malam ganjil terutama malam ke dua puluh
tujuh lebih besar kemungkinannya sebagai malam lailatul qadar dibanding
malam-malam yang lain. Karena terdapat hadits-hadits shahih yang
menyatakan hal tersebut.
Kelima: Adapun perbuatan bid’ah, tidak diperbolehkan di bulan Ramadhan maupun di waktu lain. Karena terdapat hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa mengada-ada suatu perkara dalam urusan kami ini (urusan agama), yang tidak ada asalnya dari agama, maka itu tertolak”
Hal ini terkait yang diadakan sebagian orang di bulan Ramadhan berupa perayaan-perayaan yang tidak kita ketahui tuntunannya (Fatawa Ramadhan, 10/414-415)
Apakah Perlu Bersungguh-Sungguh Di Siang Hari Juga?
Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, “beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersungguh-sungguh
pada al ‘asyrul al awakhir (sepuluh hari terakhir) bulan Ramadhan
dengan kesungguhan yang berbeda dari pada malam-malam sebelumnya”.
Dalam hadits ini digunakan lafadz al ‘asyrul al awakhir yang
artinya ‘sepuluh terakhir’. Ini menunjukkan kesungguhkan beliau tidak
hanya pada malam hari saja, namun sehari-semalam beliau
bersungguh-sungguh.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan,
“Disunnahkan mengerjakan shalat malam terutama pada sepuluh malam
terakhir bulan Ramadhan. Dan malam-malam yang ganjil lebih ditekankan
lagi, dan yang paling kuat kemungkinannya pada malam ke dua puluh tujuh.
Dan disyariatkan untuk bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada
Allah pada siang dan malam hari di sepuluh hari terakhir Ramadhan” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15/432).
Apakah Perlu Berburu Lailatul Qadar Di Malam-Malam Genap?
Imam Ibnu Hazm Al Andalusi memiliki pandangan yang memberikan kita
alasan untuk berburu malam lailatul qadar di malam genap juga. Dalam
kitab Al Muhalla beliau berkata, “Lailatul Qadar itu ada hanya
sekali dalam setahun, dan hanya khusus terdapat di bulan Ramadhan-nya
serta hanya ada di sepuluh malam terakhirnya, tepatnya hanya satu hari
saja dan tidak akan pernah berpindah harinya. Namun, tidak ada satu
orang manusia pun lailatul qadar jatuh di malam yang mana dari sepuluh
malam tersebut. Yang diketahui hanyalah bahwa ia jatuh di malam ganjil.
Andaikata Ramadhan itu 29 hari, maka dapat dipastikan bahwa awal dari
sepuluh malam terakhir adalah malam ke-20. Sehingga, lailatul qadar
dimungkinkan jatuh pada malam ke-20, atau ke-22, atau ke-24, atau ke-26,
atau ke-28. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam
terakhir.
Andaikata Ramadhan itu 30 hari, maka dapat dipastikan bahwa awal dari
sepuluh malam terakhir adalah malam ke-21. Sehingga, lailatul qadar
dimungkinkan jatuh pada malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27,
atau ke-29. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam
terakhir” (Al Muhalla, 4/457)
Amalan Untuk Meraih Lailatul Qadar
- Shalat Malam
Sebagaimana hadits yang telah lewat, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
mengerjakan shalat malam pada malam lailatul qadar karena iman dan
mengarapkan pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”
- Berdo’a
Sebagaimana hadits ‘Aisyah radhiyallahu ’anha yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
meminta diajari amalan yang dilakukan ketika lailatul qadar, ternyata
Rasulullah mengajarkan ‘Aisyah untuk berdo’a. Dari sini para ulama
mengatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam yang dianjurkan untuk
memperbanyak do’a. Dan do’a yang paling afdhal adalah do’a yang Nabi
ajarkan, sebagaimana telah disebutkan.
- Membaca Al Qur’an
Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Dan setiap malam malaikat Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk mengajarkan dan mendengarkan hafalan Al Qur’an Nabi. Hal ini diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan
beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril.
Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan
kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin
yang berhembus” (HR. Bukhari)
Maka pada malam hari bulan Ramadhan terutama sepuluh hari terakhir dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al Qur’an.
- Istighfar
Hendaknya memperbanyak istighfar di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Sebagaimana hadits ‘Aisyah radhiyallahu ’anha
yang diajari Rasulullah sebuah do’a untuk diamalkan ketika malam
lailatul qadar yang isinya adalah permohonan ampun kepada Allah. Waktu
malam secara umum adalah waktu yang afdhal untuk beristighfar, Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya: “Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdo’a memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
- I’tikaf
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan untuk meraih lailatul qadar. Sebagaimana hadits
yang terdapat dalam Shahih Muslim, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku dahulu beri’tikaf pada sepuluh
hari pertama bulan Ramadhan untuk mencari lailatul qadar , lalu aku
beri’tikaf pada sepuluh hari. Kemudian diwahyukan kepadaku bahwa
lailatul qadar ada di sepuluh hari terakhir. Maka barangsiapa yang mau
beri’tikaf hendaknya ia beri’tikaf”. Maka para sahabat pun beri’tikaf bersama beliau
Inilah beberapa amalan utama untuk meraih lailatul qadar. Namun
selain amalan-amalan ini, hendaknya juga melakukan amalan-amalan
ketaatan lain yang termasuk dalam kategori ‘menghidupkan malam’, seperti
memperbanyak dzikir dan bershalawat.
Apakah Orang Yang Tidak Bisa I’tikaf Berkesempatan Meraih Lailatul Qadar?
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam telah memberi teladan
kepada kita bahwa cara untuk mendapatkan lailatul qadar adalah dengan
i’tikaf. Ini menunjukkan bahwa orang yang beri’tikaf berkesempatan lebih
besar untuk meraih lailatul qadar. Namun bagi orang yang berhalangan
untuk beri’tikaf semisal wanita haid, orang yang sakit, musafir,
semisalnya tetap berkesempatan untuk meraih lailatul qadar. Ibnu Rajab
Al Hambali mengatakan, “Dalam Musnad Ahmad dan Sunan An Nasa-i terdapat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda tentang bulan Ramadhan, “Di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa
terhalang dari berbuat kebaikan di malam itu maka terhalang baginya
kebaikan seribu bulan”.
Juwaibir pernah bertanya kepada Adh Dhahhak, “Bagaimana pandanganmu
tentang wanita-wanita yang sedang nifas, haid, dan juga musafir serta
orang yang tidur di malam lailatul qadar? Apakah mereka mendapat bagian
dari lailatul qadar?’. Adh Dhahhak berkata, “Ya, setiap orang yang
diterima amalannya pada malam itu mendapat bagiannya dari lailatul
qadar’’ (Lathaa-if Al Ma’arif, 192).
Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Semoga kita termasuk hamba Allah yang sukses meraih lailatul qadar. Wabillahi at taufiq.
Penulis : Ustadz Yulian Purnama, S.Kom (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer