Ada kemungkinan seseorang bermimpi bertemu lailatul qadar. Namun
mimpi tersebut dibenarkan jika ada indikasi kuat dan tidak bertentangan
dengan syari'at Islam.
Ada hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Bulughul Marom no. 704,
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى
الْمَنَامِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - « أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ
الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ
الأَوَاخِرِ »
Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa ada seorang dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi ketika tujuh hari terakhir (dari bulan Ramadhan). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, "Aku
tahu bahwa kalian melihat lailatul qadar pada tujuh hari terakhir
Ramadhan. Siapa yang sungguh-sungguh dalam mencarinya, maka carilah di
tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan." Muttafaqun 'alaih. (HR. Bukhari no. 2015 dan Muslim no. 1165).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Hadits tersebut menunjukkan dalil bolehnya beramal dengan hasil
mimpi orang sholih yang menunjukkan indikasi tertentu dan tidak
bertentangan dengan syari'at. Indikasi yang dimiliki dalam hadits ini
karena langsung dibenarkan oleh Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam-.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa bisa saja seseorang
Allah tampakkan padanya keberadaan malam lailatul qadar ketika ia mimpi
atau sadarkan diri. Boleh jadi ia melihat cahaya atau ada yang
mengatakan padanya bahwa malam tersebut adalah malam lailatul qadar,
atau semacam itu. Lihat Majmu' Al Fatawa, 25: 286.
2- Lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Siapa yang ingin
mencarinya, maka carilah di tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Namun yang dituntut adalah mencarinya pada sepuluh hari terakhir, bukan
hanya di tujuh hari terakhir. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan."
(HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169). Yang dimaksud dalam hadits
ini adalah semangat dan bersungguh-sungguhlah mencari lailatul qadar
pada sepuluh hari tersebut. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 53.
Sedangkan hadits yang dikaji saat ini bisa dikompromikan dengan
hadits terakhir yang disebutkan di atas, yaitu kita katakan bahwa
lailatul qadar terjadi pada sepuluh hari terakhir, namun yang lebih
mungkin adalah di tujuh hari yang tersisa.
Hanya Allah yang beri taufik.
Referensi:
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 143-145.
---
@ Jetis, Saptosari, Gunungkidul, saat dinner di malam 23 Ramadhan 1434 H
Artikel Rumaysho.Com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer