Yang utama adalah melakukan shalat 'ied di lapangan dibanding dengan di masjid. Inilah yang dipraktekkan oleh Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam-, juga para sahabat dan kaum muslimin setelah itu.
Kata Ibnu Qudamah Al Maqdisi,
"Disunnahkan melakukan shalat 'ied  di lapangan. Hal ini diperintahkan oleh 'Ali radhiyallahu 'anhu, juga dianggap baik oleh Al Auza'i dan ulama Hanafiyah. Ini juga menjadi pendapat Ibnul Mundzir.
Sedangkan Imam Syafi'i berpendapat bahwa jika masjid suatu kampung itu luas, maka lebih baik shalat 'ied dilaksanakan di masjid. Karena masjid adalah sebaik-baik tempat dan lebih suci. Oleh karena itu ketika 'ied, penduduk Makkah tetap melaksanakan shalat 'ied di Masjidil Haram.

Sedangkan menurut kami (Ibnu Qudamah), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar shalat 'ied menuju lapangan dan beliau meninggalkan masjid beliau. Begitu pula yang dilakukan oleh khulafaur rosyidin setelah beliau. Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan tempat yang lebih afdhol padahal masjid Nabawi sangat dekat dengan kediaman beliau, begitu pula beliau capek-capek mencari tempat shalat jauh dari rumahnya, lalu beliau memerintahkan untuk meninggalkan suatu yang lebih utama, itu berarti kita diperintahkan untuk meneladani beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak mungkin yang beliau perintah malah memiliki sisi kekurangan, lalu yang beliau larang malah lebih sempurna. Dan tidak pernah dinukil pula dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melaksanakan shalat 'ied di masjid beliau kecuali jika ada uzur. Demikian yang disepakati oleh para ulama.
Kaum muslimin dari masa ke masa, juga di setiap negeri selalu keluar menuju lapangan. Mereka melakukan shalat 'ied di tempat tersebut padahal masjid ada yang luas dan ada yang sempit. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun tetap melaksanakan shalat 'ied di lapangan padahal masjidnya memiliki keutamaan (dibanding masjid lainnya). Sebagaimana shalat sunnah di rumah tentu lebih utama dari shalat sunnah di masjid walau masjid tersebut punya keutamaan yang lebih." (Al Mughni, 3: 260).
Hanya Allah yang beri taufik.

Referensi:
Al Muhghni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, terbitan Dar 'Alamil Kutub, cetakan tahun 1432 H.
---
Di malam hari, 29 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul
Artikel Rumaysho.Com


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers