Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Permisalan diriku adalah seperti
orang yang menyalakan api. Ketika api telah menyinari apa yang ada di
sekelilingnya, berdatanganlah anai-anai dan hewanhewan yang berjatuhan ke
dalamnya. Sementara itu, orang ini terus berusaha menghalangi mereka dari api, namun
serangga-serangga itu mengabaikannya hingga berjatuhan ke dalamnya.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itulah permisalan diriku dan diri
kalian (umatku). Aku menarik ikat-ikat pinggang kalian untuk menyelamatkan dari
neraka (seraya berseru,), ‘Jauhilah neraka! Jauhilah neraka!’ Namun, kalian
(kebanyakan umatku) tidak menghiraukanku dan menerjang berjatuhan ke dalamnya.”
TAKHRIJ
HADITS
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu di atas diriwayatkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah dalam ash-Shahih
“Kitabul Fadhail” (4/1789 no. 2284), dan al-Imam Ahmad rahimahullah dalam al-
Musnad (no. 27333), dari jalan Abdurrazaq bin Hammam, dari Ma’mar bin Rasyid,
dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Silsilah
(rantai) rawi ini disepakati kesahihannya oleh al-Bukhari dan Muslim
rahimahumallah dan terdapat dalam shahifah (lembaran) Hammam bin Munabbih,
yaitu lembaran yang semua haditsnya diriwayatkan melalui sanad Abdurrazaq bin
Hammam ash-Shan’ani, dari Ma’mar bin Rasyid, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengeluarkan
semua hadits shahifah dalam al-Musnad (2/312—319).
Sementara itu, Syaikhain, yakni
al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah, hanya meriwayatkan sebagian dari
haditshadits shahifah, termasuk di dalamnya hadits di atas. Sanad ini tidak
diragukan kesahihannya. Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah mengeluarkan sanad
ini dalam Shahih keduanya. Dua perawi menyertai Hammam bin Munabbih dalam
meriwayatkan dari Abdurrazzaq. Mereka adalah:
1. Al-A’raj Abdurrahman bin
Hurmuz, diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah dalam ash-Shahih (no. 6483)
dan at-Tirmidzi rahimahullah dalam as-Sunan (no. 2874).
2. Yazid bin al-Asham Abu ‘Auf
al- Kufi, dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad rahimahullah dalam al-Musnad.
SEMANGAT
RASUL SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM MENYELAMATKAN MANUSIA DARI KEBINASAAN
Duhai, betapa indahnya permisalan
yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Permisalan beliau
sangat mendalam dan penuh arti. Tentu saja, bagi orang-orang yang berakal dan
memiliki kalbu. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini
Kami buat untuk manusia; dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” (al-Ankabut: 43)
Permisalan dalam hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu menunjukkan semangat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam membimbing umatnya agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat, serta menyelamatkan mereka dari jurang kebinasaan. An-Nawawi
rahimahullah dalam al- Minhaj memberikan judul bab bagi hadits ini, bab
“Syafaqatuhu ‘ala ummatihi wa mubalaghatuhu fi tahdzirihim mimma yadhurruhum.
(Bab “Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Umatnya dan
Kesungguhan Beliau Memberi Peringatan dari Segala Hal yang Membahayakan
Mereka).”
Manusia Terbagi Menjadi Dua:
Selamat dan Celaka Meskipun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memperingatkan umat dari neraka dengan penuh kesungguhan, telah mengorbankan
segala upaya siang dan malam, tetapi tetap saja sebagian mereka tidak taat dan
memilih jalan kebinasaan. Perhatikan permisalan yang dibuat oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Di saat api menyala, anai-anai atau serangga
sejenisnya bersikeras menuju kebinasaan. Ia berusaha keras mengusir dan
menjauhkan serangga-serangga itu dan menyelamatkan mereka dari api. Tetapi,
mereka tidak menghiraukannya, justru terus menerjang sehingga banyak yang
berjatuhan ke dalam api dan sedikit yang terselamatkan. Demikian pula manusia
di hadapan syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka terbagi
menjadi dua golongan. Satu golongan selamat dan golongan lainnya lebih
mencintai kebinasaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Semua umatku akan masuk jannah,
kecuali mereka yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapa yang enggan, wahai
Rasulullah?” “Orang yang taat kepadaku akan masuk jannah, dan orang yang
memaksiatiku sungguh telah enggan (masuk jannah).”
An – Nawawi rahimahullah berkata
, “Maksud hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyerupakan
terjatuhnya orang-orang jahil dan menyimpang dalam neraka akhirat karena
kemaksiatan-kemaksiatan dan syahwat padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
telah melarang mereka, seperti terjatuhnya anai-anai ke dalam api dunia karena
hawa nafsu dan ketidakmampuan membedakan (api dan bukan api). Keduanya (baik
manusia yang melakukan kemaksiatan maupun anai-anai yang memilih api) sama-sama
bersemangat atas kebinasaan dirinya.” (Syarah Shahih Muslim) Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
“Sebagian diberi-Nya petunjuk dan
sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan
setan-setan sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa
mereka mendapat petunjuk.” (al-A’raf: 30)
SEMANGAT
RASUL SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM MEMPERINGATKAN UMATNYA DARI NERAKA
Rasul Shallallahu ‘alaihi
wasallam menyeru umatnya untuk menjauhkan diri dari neraka. Beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Jauhilah neraka! Jauhilah
neraka!”
Seruan beliau semisal dengan
firman Allah Subhanahu wata’ala,
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Tahrim: 6)
Saudaraku, di antara semangat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjauhkan manusia dari neraka ialah
beliau mengabarkan tentang neraka, sifat-sifatnya, dan sifat para penghuninya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat neraka dalam beberapa
kesempatan. Di antara kesempurnaan nasihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau mengabarkan sifat-sifat neraka kepada umatnya agar mereka
takut dan menghindar. Akan tetapi, kebanyakan manusia mengabaikan peringatan
itu. Sebagai misal, al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits yang
menunjukkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihat neraka,
sekaligus memperingatkan apa yang beliau lihat, yaitu pedihnya azab neraka.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Terjadi gerhana matahari di
masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pun shalat (gerhana)
bersama manusia.
Beliau berdiri lama seperti
membaca surat al-Baqarah, kemudian rukuk dengan lama. Setelah itu, beliau
bangkit dan berdiri lama, lebih pendek dari yang pertama. Kemudian beliau rukuk
dengan lama, tetapi lebih pendek dari rukuk yang pertama. Kemudian beliau sujud,
lalu bangkit berdiri lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama. Kemudian
beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dari rakaat pertama. Kemudian
beliau bangkit dan berdiri lama tetapi lebih ringan dari sebelumnya, lalu rukuk
dengan lama, tetapi lebih ringan dari yang awal. Kemudian sujud dan
menyelesaikan shalatnya saat matahari telah muncul (shalat gerhana dalam hadits
ini adalah dengan dua rukuk setiap rakaatnya, -red.).
Kemudian beliau berkata,
‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari sekian tanda kekuasaan Allah
Subhanahu wata’ala. Terjadinya gerhana atas keduanya bukanlah karena kematian
atau kelahiran seseorang. Apabila kalian melihat gerhana, berzikirlah kepada
Allah Subhanahu wata’ala (shalatlah)!’ Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kami melihat engkau di tempat berdirimu (ketika shalat gerhana) seakanakan
mengambil sesuatu, kemudian kita melihat engkau menghindar dari sesuatu? (Apa
yang terjadi wahai Rasulullah?)’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda , ‘Sesungguhnya aku melihat jannah (surga), maka aku memegang
seuntai anggur. Andai aku mengambilnya, sungguh kalian akan makan darinya
selama dunia ini masih ada. Aku juga melihat neraka yang aku belum pernah
melihat pemandangan seperti ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah
wanita.’ Sahabat bertanya, ‘Apa sebabnya, wahai Rasulullah?’ ‘Mereka berbuat
kekufuran,’ Sahabat bertanya, ‘Apakah kekufuran kepada Allah Subhanahu
wata’ala?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Kekufuran kepada
suami yakni dengan mengingkari kebaikannya. Seandainya engkau (suami) berbuat
baik kepada salah seorang istri seumur hidupmu kemudian dia melihat satu
kejelekan darimu, dia akan berkata, ‘Belum pernah aku melihat satu kebaikan pun
darimu’.” ( HR. Muslim dalam ash-Shahih no. 907)
Hadits tentang shalat gerhana di
atas menjadi salah satu dalil dari sekian banyak dalil bahwa neraka sudah ada
saat ini dan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah
melihatnya.
SEMANGAT
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM MENGAJARKAN AMALAN YANG MENYELAMATKAN
DARI NERAKA
Di samping menyebutkan sifat
neraka dan memperingatkan umat darinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
sangat bersemangat mengajarkan amalan-amalan yang dapat menyelamatkan manusia
darinya. Semua ini adalah bentuk kasih sayang yang besar dan tulus kepada
manusia. Pada hakikatnya, semua amalan kebaikan, meski sedikit, akan menjadi
benteng dari api neraka, insya Allah. Siapa yang melakukan amalan kebaikan
walau seberat zarah, dia akan melihat balasan baik atas amalannya. Demikian
janji Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,
“Barang siapa mengerjakan
kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(az-Zalzalah: 7)
AMALAN
KHUSUS YANG MENJADI SEBAB KESELAMATAN DARI API NERAKA
Secara khusus, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan beberapa amalan sebagai benteng
dari api neraka. Di antara amalan-amalan tersebut adalah:
1.
Mentauhidkan Allah Subhanahu wata’ala dan menjauhkan diri dari kesyirikan
Inilah pokok keselamatan dari
azab Allah Subhanahu wata’ala di dunia dan di akhirat. Tauhid adalah fondasi
semua amalan. Amalan seseorang tidak akan diterima tanpa tauhid. Disebutkan
dalam sebuah hadits,
Dari Muadz bin Jabal, beliau
berkata, “Suatu saat saya dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas
keledai. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Wahai Muadz.’ Saya
menjawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi
wasallammengatakan hal itu tiga kali (dan saya jawab tiga kali juga). Beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Tahukah engkau apa hak Allah
Subhanahu wata’ala atas para hamba?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Hak Allah Subhanahu wata’ala atas para hamba
adalah mereka mengibadahi-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’
Kemudian beliau berjalan beberapa saat, dan berkata, ‘Wahai Mu’adz.’ Dijawab,
‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya,
‘Tahukah kamu, apa hak mereka atas Allah Subhanahu wata’ala apabila mereka
melakukannya? Allah Subhanahu wata’ala tidak akan mengazab mereka’.” (HR.
al-Bukhari no. 6267)
Hadits Muadz radhiyallahu ‘anhu
di atas menunjukkan betapa pentingnya seseorang memberikan curahan waktu dan
upaya untuk mengenal tauhid dan syirik, kemudian mengamalkannya sepanjang
hayat. Seorang muslim harus memahami dengan benar hal-hal yang membahayakan
tauhidnya dan yang menyuburkan pohon tauhid dalam hatinya. Tidak ada jalan lain
untuk mendapatkannya kecuali dengan terus meminta kepada Allah Subhanahu
wata’ala dan menempuh sebab-sebabnya, di antaranya adalah menuntut ilmu.
2
. Menjaga shalat lima waktu beserta syarat, rukun, dan kewajibannya, seperti
wudhu, rukuk, dan sujud.
Dalil bahwa amalan ini termasuk
benteng neraka adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Barang siapa menjaga shalat lima
waktu, menjaga wudhunya, menjaga waktu-waktunya, menjaga rukukrukuknya, dan
menjaga sujud-sujudnya, yakin bahwa shalat adalah hak Allah Subhanahu wata’ala
atasnya, dia diharamkan dari neraka.” (HR. Ahmad no. 17882 dari Hanzhalah
al-Asadi radhiyallahu ‘anhu)
3.
Berbakti kepada kedua orang tua
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Celaka, kemudian celaka,
kemudian celaka.” Beliau ditanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Orang yang menjumpai masa tua dari salah satu atau kedua orang
tuanya, tetapi dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2881 dari hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
4.
Menjaga shalat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah zuhur
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha,
istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
‘Barang siapa menjaga empat
rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya, haram atasnya neraka’.” (HR.
Abu Dawud no. 1269 dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al- Albani)
5.
Berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala dari azab neraka
Anas bin Malik zberkata bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa meminta jannah
(surga) kepada Allah Subhanahu wata’ala tiga kali, jannah akan berkata, ‘Ya
Allah, masukkan dia ke dalam jannah!’ Barang siapa meminta perlindungan kepada
Allah Subhanahu wata’ala dari neraka, neraka pun berkata, ‘Ya Allah,
lindungilah dia dari neraka!’.” (HR. at- Tirmidzi no. 2572, dinyatakan sahih
oleh asy-Syaikh al-Albani)
Di antara doa memohon
perlindungan dari neraka adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallamsaat tasyahud akhir sebelum salam, yaitu:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-
Mu dari siksa neraka Jahanam, dari siksa kubur, dari ujian hidup dan mati,
serta dari godaan Dajjal.” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah, an-Nasai, dan Ibnul Jarud
dalam al-Muntaqa. Lihat Irwaul Ghalil no. 350)
6.
Dekat, lembut dengan kaum mukminin, dan berakhlak mulia
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Maukah kukabarkan kepada kalian
tentang siapa yang diharamkan atas neraka? Yaitu setiap muslim yang dekat
(dengan kaum mukminin), tenang, dan mudah (lembut akhlak dan sifatnya).” (HR.
at-Tirmidzi dalam as-Sunan no. 2488. At-Tirmidzi berkata, “Hasanun gharib,” dan
hadits ini dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Betapa besar keutamaan ahlak yang
baik dan kelembutan. Namun, subhanallah, di akhir zaman ini kebanyakan manusia
bersikap kasar, termasuk terhadap kerabat dekatnya yang muslim, bahkan kepada
orang tuanya sendiri. Semoga Allah Subhanahu wata’ala memperbaiki diri kita.
Amin.
7.
Bersedekah dan bertutur kata yang baik
Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu
berkata,
Suatu saat aku berada di sisi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba datang dua lelaki, yang
pertama mengeluhkan kemiskinan dan yang kedua mengeluhkan gangguan perampok di
perjalanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Adapun perampok,
sesungguhnya tidak lama lagi datang (waktu) yang rombongan dari Makkah keluar
(melakukan safar) tanpa perlindungan (maksudnya aman, -red.). Adapun
kemiskinan, (ketahuilah) sesungguhnya hari kiamat tidak akan tegak hingga
(datang saat) salah seorang di antara kalian berkeliling hendak memberi
sedekah, tetapi tidak dia dapati orang yang mau menerimanya. Sungguh, kalian
(semua) akan berdiri di hadapan Allah Subhanahu wata’ala, tidak ada hijab
antara Allah Subhanahu wata’ala dan dirinya, tidak ada pula orang yang
menerjemahkan untuknya. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala berfirman kepadanya,
‘Bukankah Aku telah memberimu harta?’ Dia berkata, ‘Benar.’ Kemudian Allah
Subhanahu wata’ala berfirman, ‘Bukankah Aku telah mengutus rasul kepadamu?’ Dia
menjawab, ‘Benar.’ Kemudian dia melihat di sisi kanannya, dia tidak melihat
selain neraka. Kemudian dia melihat sebelah kirinya, dia pun tidak melihat
selain neraka. Maka dari itu, jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan
separuh kurma (yang dia sedekahkan). Jika tidak bisa, dengan tutur kata yang
baik.” (HR. al-Bukhari no. 1413)
Bahkan, dalam hadits lain,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengisahkan berita yang sangat
menakjubkan. Beliau kabarkan kisah seorang wanita pezina yang diselamatkan oleh
Allah Subhanahu wata’ala dari neraka dengan sebab memberi minum seekor anjing
yang kehausan. Jika perbuatan baik kepada hewan saja dibalasi dengan kebaikan,
bagaimana halnya kebaikan dan derma untuk seorang muslim?
8.
Mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, mata yang
terjaga di jalan Allah, dan mata yang menunduk dari apa yang diharamkan oleh
Allah Subhanahu wata’ala.
Ini termasuk amalan yang
dijadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala sebagai benteng dari neraka. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Dua mata yang tidak akan
disentuh oleh neraka: mata yang menangis takut kepada Allah Subhanahu wata’ala
dan mata yang terbuka di malam hari, berjaga dalam jihad fi sabililah.” (HR.
at-Tirmidzi no. 1639 dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
“Tiga mata yang tidak akan
melihat neraka pada hari kiamat: Mata yang menangis karena takut kepada Allah
Subhanahu wata’ala, mata yang terjaga dalam jihad fi sabilillah, dan mata yang
menundukkan dari apa yang Allah Subhanahu wata’ala haramkan.” (Lihat
ash-Shahihah no. 2673)
9.
Berjihad fi sabilillah
Ayat-ayat al-Qur’an dan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutkan besarnya pahala dan
keutamaan jihad fi sabilillah. Di antara keutamaannya, Allah Subhanahu
wata’alal menyelamatkan pelakunya dari api neraka. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Orang yang kedua kakinya
dipenuhi debu karena berjihad di jalan Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu
wata’ala mengharamkan atasnya neraka.” (HR. al-Bukhari no. 907 dari Abu ‘Abs
Abdurrahman bin Jabr bin ‘Amr al-Anshari radhiyallahu ‘anhu)
10.
Bersabar mengemban amanat Allah Subhanahu wata’ala yang berupa anak-anak
perempuan, mendidik, dan menafkahi mereka
Memiliki anak perempuan bukan
kekurangan, apalagi kehinaan, sebagaimana halnya orang-orang jahiliah dahulu
merasa hina dengan kelahirannya. Anak perempuan adalah karunia besar dari Allah
Subhanahu wata’ala. Barang siapa mengemban amanat ini, sungguh mereka akan
menjadi benteng dari api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Barang siapa memiliki tiga anak
perempuan, kemudian dia bersabar atas mereka, memberikan makan, minum, dan
pakaian untuk mereka dari usahanya, sungguh mereka akan menjadi penghalang
baginya dari api neraka pada hari kiamat.” (Sahih, HR. Ibnu Majah no. 3669 dari
hadits ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu) Aisyah radhiyallahu ‘anha
mengatakan,
“Seorang perempuan dengan dua
anak perempuannya masuk (ke rumahku) meminta-minta, tetapi dia tidak
mendapatkan di sisiku selain sebutir kurma. Kuberikan kurma itu kepadanya. Dia
belah sebiji kurma untuk kedua putrinya dan dia sendiri tidak memakan kurma
tersebut. Kemudian pergilah wanita itu. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
datang, kukabarkan kejadian ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
bersabda, ‘Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan, sungguh mereka akan
menjadi pelindung dari neraka’.” (HR. al-Bukhari no. 1418)
Demikian beberapa amalan yang disebutkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai benteng dari api neraka. Semoga
Allah Subhanahu wata’ala memudahkan kita dalam mengamalkan dan memperoleh
keutamaannya, insya Allah.
Sumber: http://asysyariah.com/hadist-amalan-amalan-perisai-api-neraka/
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer