Afwan ustadz, tolong dibahas bagaimana sikap kita
dalam melaksanakan shalat jenazah sebagai makmûm yang sudah paham,
tetapi makmûm lain orang awam. Apakah kita harus langsung keluar tanpa
berdoa atau berdiri menunggu orang-orang selesai, sedangkan imam juga
orang yang paham, tetapi tetap saja berdoa karena melihat makmûm
menunggu imam berdoa untuk jenazah.
Tolong dijelaskan bagaimana sikap yang seharusnya bagi makmûm atau imam yang paham tadi? Jazakallâhu khair.
Hamba Allah (+628191755xxxx)
Jawaban:
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam memberi
contoh kepada kita untuk berdoa bagi kebaikan mayat dalam shalat jenazah
dan setelah dikubur. Banyak Sahabat radhiyallâhu'anhum yang dishalatkan
oleh Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam, namun tidak ada riwayat yang
menyebutkan bahwa beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam mendoakan mereka
setelah shalat jenazah. Andai beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam dan
para sahabat pernah melakukannya, niscaya hal tersebut akan dinukilkan.
Jadi, melakukan doa bersama seperti ini (setelah shalat jenazah) tidak
ada contohnya, dan jika dilakukan secara terus-menerus merupakan
penambahan syarî’ah baru dalam agama Islam yang sudah sempurna.
Syaikh Abdul-’Azîz bin Bâz –rahimahullâh–
berkata, “Hal ini tidak ada dasarnya. Ini adalah bid’ah yang tidak ada
contohnya. Setelah salam, doa dan shalat jenazahpun selesai.
Sepengetahuan kami, berdiri untuk berdoa setelahnya tidak ada dalilnya.”[1]
Karenanya, tidak perlu melakukan hal ini secara
sendiri maupun bersama-sama. Jika Anda berakhlak baik dalam bergaul
dengan masyarakat dan aktif dalam kegiatan yang mubah bersama mereka,
insya Allâh tidak akan timbul masalah jika suatu saat Anda harus
meninggalkan mereka dalam ritual yang dilarang agama. Meraka akan
menghormati pilihan Anda itu.
Imam yang sudah memahami hal ini tetapi masih
melakukannya, barangkali berbuat demikian karena khawatir dibenci oleh
masyarakat dan belum siap mengambil sikap yang semestinya. Hendaklah ia
mengedepankan ridha Allâh di atas ridha manusia, dan insya Allâh dengan
begitu ia juga akan meraih ridha manusia, cepat atau lambat.
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَرْضَى الناسَ عنه. ومن الْتَمَسَ رِضَى النَّاسِ
بِسَخَطِ اللَّهِ، سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناسَ
Barangsiapa mencari ridha Allâh dengan mendapat
murka manusia, Allâh akan ridha padanya, dan menjadikannya diridhai
manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan murka Allâh, maka
Allâh akan murka padanya dan menjadikan manusia murka kepadanya.[1]
Masyarakat melakukan hal ini karena banyak yang
belum tahu kebenaran, padahal mereka sangat mudah menerima saat
kebenaran itu menyapa. Yang mereka butuhkan adalah penjelasan yang
disampaikan dengan baik, ilmiah dan lemah lembut. Dan ini menjadi tugas
mereka yang dituakan dan yang sudah paham di masyarakat seperti bapak
imam ini.
Semoga Allâh Ta'âla mengembalikan umat Islam ke
ajaran Islam yang murni, dan memberikan taufik kepada para juru dakwah
dalam membina umat.
Wallâhu A’lam.
[1] | Fatâwâ Nur ‘ala Darb, 14/19. |
[2] | Shahîh Ibnu Hibbân no. 276, dan ditegaskan keshahîhannya oleh Syaikh al-Albâni. |
(Soal-Jawab: Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XVI)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer